Chereads / Devil CEO and Stronger Girl / Chapter 16 - 16 I Will Kill You

Chapter 16 - 16 I Will Kill You

Kill, terdengar menarik. Gerand sudah tidak sabar. Malam itu Regi akan jadi milik Gerand seutuhnya.

Gerand tidak suka buang-buang waktu. Ia pun memang sudah tidak sabar. Saatnya menyatu. Smirik terlihat pada wajah Gerand, ia tersenyum remeh ke Regi sambil berusaha posisikan bagian sensitifnya ke inti tubuh Regi. Saatnya menyatu. Cukup sudah untuk pemanasan. Sekaranglah waktunya. Gerand sudah tak tahan bermain-main. Itu waktu yang tepat.

Masih Gerand sempatkan lihat wajah Regi. Memerah bak kepiting rebus. Keringat halus di wajah, lalu mulut mengangga cukup lebar mengais pasokan udara untuk di ambil habis.

Menyatakan betapa Regi kekurangan oksigen.

"Aku akan mencoba bersikap lembut dan kita akan terbang bersama," ujar Gerand, yang sepertinya tidak terdengar oleh Regi.

Wanita itu hanya menutup matanya. Untuk tidak hilang kesadaran. Hal itu terlihat dari nafasnya yang teratur. Lelah, tentu saja. Setelah semua aktivitas panas yang mereka lakukan tadi, tentunya wanita yang belum pernah melakukan aktivitas tersebut tidak bisa berbuat apa-apa.

Gerand dapat lihat gadis itu menangis, tetapi tanpa repot-repot berpikir, Gerand dengan cepat memaksa miliknya masuk. Ia sudah tidak sabar. Dulu-dulu pun Gerand bukan orang baik bermain lembut ke lawan main.

"Akh."

Satu berusaha masih belum membuahkan hasil. Gerand akan berusaha lebih keras lagi. Sesuatu yang masih tersegel membutuhkan perlakuan khusus.

"Menangis."

Gerand tidak memperdulikan erangan lirih Regi, pria itu masih fokus terhadap yang ia lakukan.

Sempit, Gerand berani bersumpah milik Regi yang paling sempurna. Gerand sudah pernah buka segel. Hanya milik Regi yang paling sempurna untuk Gerand. Kelima kalinya Gerand akhirnya berhasil masuk. Bagus sekali. Sungguh perjuangan yang tidak mudah.

Sementara Regi langsung berteriak saat benda asing keras Gerand berhasil merobek selaput daranya. Sakit, seperti tubuh terbelah dua. Benar-benar menyakitkan. Air mata mengalir lebih deras.

"Maaf, aku akan coba memperlambat," ujar Gerand, perlahan-lahan bergerak sendiri.

Hal itu tentu saja membuat Regi asing. Namun pada akhirnya wanita itu terbuai terhadap pelakuan Gerand padanya. Awalnya Gerand bergerak perlahan dan kemudian meningkat. Menjadikan tempo tersendiri. Gerakan tempo adalah sesuatu yang sangat penting dari hubungan seks.

"Gerand, eungh."

Sial, Regi pasti sudah gila kembali mengerang kuat. Sesuatu yang membuat Gerand semakin bersemangat. Regi boelh saja tidak sadar saat mengatakan itu tapi tetap saja, Gerand merasa sangat terhormat.

"Terserah kamu sayang," kata Gerand, semakin mempercepat tempo.

Hingga akhirnya kedua orang itu akhirnya sampai di puncak. Bersamaan dengan itu Regi kembali hanya bisa mengatur nafas yang terasa sangat tipis. Yang mereka lakukan adalah hal terpanas dan paling melelahkan yang pernah dilakukan wanita itu.

Regi menyesal terlahir ke dunia. Harusnya ia tak pantas hidup.

Seringai Gerand kembali dan sepertinya dia masih ingin melakukan beberapa putaran lagi.

"Sayang, maaf mari kita mulai dari awal."

Yang tersisa hanyalah suara erangan dan desahan dari dua orang yang sedang melakukan aktivitas panas tersebut. Keduanya sangat menikmati, waktu tak dapat menghentikan mereka. Sampai pukul 01.00 dini hari Gerand maish semangat bergerak.

Rasa hormat untuk pertama kalinya terhadap Regi, Gerand ekspresikan dengan menyerang habis orang tersebut. Yang paling terbaik dalam sejarah hidup seorang Gerand Yosefa. Regianis kalah total. Gerand Yosefa sangat bersemangat berhubungan seks dengan mangsa barunya.

mangsa baru?

Jika dari sudut pandang Gerand, Regi hanyalah mangsa. Well, untuk kedepannya tak ada yang tahu. Gerand jatuh atau Regi yang tenggelam.

*****

Keesokan harinya Regi terbangun, sekujur tubuh Regi nyeri, terutama di daerah selangkangan. Mata Regi membulat, ingatan buruk semalam langsung menguasai otak orang tersebut. Sial, dengan senang hati Regi mengumpat.

Tentu saja, Gerand membuat Regi terlalu banyak 'bekerja' tadi malam. Setelah itu dapat dipastikan Regi tidak akan bisa berjalan normal.

"Shit." Regi bilang begitu dengan pandangan kosong.

Semua terlalu bodoh.

Tidak bisa berjalan?

Atau lebih buruk, Regi bahkan tidak bisa melakukan apa-apa karena selangkangan yang luar biasa sakitnya.

Astaga!

Oh Gosh.

Secara alamiah mata Regi menatap Gerand yang masih tertidur lelap.

Orang itu sebegitu tenang sedangkan Rein sudah berada di ambang hidup?

Sial!

Regi ingin jadi pembunuh!

Menghabisi nyawa orang yang tampak tidak bersalah tersebut. Lihatlah yang akan dilakukan seorang Regianis.

Bugh!

Tak dapat dihindari, Gerand berakhir dengan begitu menyedihkannya di lantai. Sebelum itu, Regi juga membuat orang itu sulit bernapas. Tidak ada rasa kasihan ataupun akal sehat, Regi cekik leher orang gila tak bertanggung jawab tersebut.

Sebelum akhirnya Regi menendang Gerand hingga terjatuh dari tempat tidur.

Sial memang.

Itu menyedihkan.

"Akh," ujar Gerand sambil memegangi pinggangnya yang sakit.

Itu sangat menyakitkan. Gerand jatuh dengan tidak layak, tanpa kelas dan tidak elit.

Pagi-pagi buta dapat servis tamabi!?

"Aku akan membunuhmu orang gila!" Regi hendak bangun, ia sudah siap bunuh Gerand.

Gila!

Hanya saja itu tidak terjadi. Sebab tahu, Regi lebih dulu merasa sakit di daerah selangkangan. Gerand begitu bersemangat tadi malam sampai Regi kelimpungan. Tidak berpikir kalau itu adalah yang pertama kalinya untuk Regi.

Sial.

Sekarang Regi kesakitan setengah mati.

"Sakit, kan?" Gerand bertanya, saat dia merasa lebih baik.

Pria itu akhirnya bangkit dari posisi jatuh kemudian lihat Regi remeh. Senyum miring itu, siapapun yang lihat pasti ingin lempar wajah Gerand dengan batu!

Wajah tampannya tenggelam berganti menyebalkan.

Gerand marah, rasa itu sudah mencapai puncaknya. Hanya saja, saat melihat Regi kesakitan, perasaan itu berubah menjadi bahagia yang tak terhingga.

Bukan marah lagi.

Mereka sama-sama kesakitan. Adil. Kalau Gerand jatuh, maka Regi karena pegelutan mereka tadi malam.

"Kamu gila!"

sulit. Gerand lempar sesuatu ke Regi. Dengan tidak pedulinya ia lakukan hal tersebut.

"Pakai benda itu dan bersihkan diri. Aku ingin mandi bersama sih, tapi sepertinya tidak pernah bisa. Terima kasih untuk semalam."

"Gila!!!"

Yang tersisa saat itu hanyalah Regi tatap marah Gerand yang baru saja meninggalkan ruangan tersebut. Meninggalkan Regi sendirian.

Betapa bejad dan kejamnya orang itu.

Setetes air mata Regi jatuh, sebelum Gerand pergi, wanita itu masih sempat melempar jam weker yang berada tepat di sampingnya ke arah Gerand.

Ada banyak barang di kamar Gerand, akan tetapi Regi pilih jam weker kemudian melemparkannya ke Gerand. Sayangnya tidak mengenai sasaran.

Gerand lebih dulu meninggalkan Regi yang yang tersisa dengan tatapan kosong. Tak tahu harus berbuat seperti apalagi.

Tidak, semua belum berakhir, masih ada yang bisa Regi lakukan. Hidup Regi belum berakhir!

Wanita itu menyeka air mata dan wajah kasar

Kejadian semalam adalah hal terburuk dalam sepanjang langkah Regianis.

Regi kalut

"Tidak, aku harus melakukan sesuatu." Regi menggeleng, masih belum berakhir!

Masih belum!!!

Regi tak kan kalah sebegitu mudah. Ia pastikan dirinya baik. Lihat saja pembalasan seorang Regianis. Regi tidak mau kalah secepat itu!!!

*****