Denny sangat ingin memukul wajah Jeremy jika saja pria itu tidak memegang kakinya. Secara otomatis tuh kaki kembali sakit. Kali itu hanya memegang biasa sih, bukan mukul setengah keras seperti yang dilakukan pemuda itu sebelumnya.
Mau pegang biasa atau yang lain, tetap aja kakinya sakit. Denny kesal setengah mati. Kenapa kakinya sakit karena tendangan seorang gadis!?
Lemah, tentu saja!
"Pak, tolong jangan tersinggung. Saya hanya ingin membantu."
Denny tidak memperhatikan ucapan Jeremy. Sekarang terserah orang itu mau nyerocos sampai air liur kering. Ngebacot aja.
Persetan soal bantu arau entah apapun itu.
Lagipula, memang benar kok, Denny memang butuh bantuan. Jadi ya terserah. Kaki Denny sakit.
"Tuan, apakah Anda menyukai nona Jenny?" tanya Jeremy. Ia masih mengemudikan mobil.
Satu hal yang perlu ditekankan, Jeremy serius terhadap yang dia tanyakan. Andai kata gak dapat jawaban, Jeremy tak mudah menyerah. Ia akan terus cekcok Denny sampai pertanyannya terjawab.
"Kenapa, kau juga menyukai Jenny?"
Kali itu, keduanya sudah terlihat seperti teman lama. Retak yang tengah ngobrol. Bedanya baru kali itu Jeremy dan Denny bertemu dan berinteraksi secara langsung.
Soal pertanyaan beserta jawabannya, mari kita lihat yang terjadi selanjutnya.
Ini adalah cerita tanpa akhir dan kejelasan yang pasti. Masing-masing dari mereka berjuang mempertahankan diri dari satu sama lain.
Mungkin saja pertarungan antara sesama CEO, orang-orang berkuasa akan terjadi dalam sekejap. Tergantung pada bagaimana mereka berdua berbicara.
*****
Pandangan Regi kosong. Ia tak tahu harus bilang apa. Mengerjap lamat-lamat menatap penampilannya saat ini adalah hal yang bisa Regi lakukan. Sangat menjengkelkan, penampilan memang menarik sih. Regi pikir, dia tak kan bisa lihat dirinya berpenampilan begitu.
Kan Regi paling anti soal berdandan. Cukup layak pandang aja sudah bagus kok. Asal gak buat mata orang lain terluka aja sudah bagus.
Regi ngerasa gak nyaman. Tetapi, apa yang bisa dilakukan?
Regi tak punya banyak hal untuk 'menyelamatkan' dirinya. Regi sepenuhnya terjebak.
Terjebak dalam situasi yang tidak menyenangkan bukanlah pilihan siapa pun dalam menjalani hidup.
Hah... sulit bukan?
"Tenang saja sayang."
Sayang kepalamu!
Regi beralih ke Gerand. Orang gila itu, oh Tuhan, Regi hilang gak tahu harus bilang hal seperti apalagi.
Hanya itu yang dapat Regi pikirkan.
"Kalau begitu tolong diam Pak," Regi tidak ingin ngomong dengan Gerand.
Ingatan semalam terngiang-ngiang di kepala Regi. Membuat ia ngerasa sangat bodoh bahkan lebih dari apapun. Untuk semua hal, Regi pikir ia benar-benar sangat bodoh.
Berada dekat Gerand buat otak Regi sakit. Otak Regi semakin memberontak, tak mau diajak kerja sama. Sungguh ironis, perempuan yang sebelumnya tidak terlibat masalah terjebak dalam hal yang selama ini tidak pernah terpikirkan olehnya.
Gerand adalah masalah hidup untuk Regi. Lalu ia tak tahu harus melakukan hal seperti apa, rasanya sangat sulit.
"Sayang, kamu sudah datang. Ayo, duduk."
Sayang?
Regi gak nyaman di begitu. Sayangnya ujung-ujungnya tetap mingkem aja. Gak tahu harus melakukan hal seperti apa. Regi untuk kesekian kalinya ngerasa dia bodoh.
Regi berusaha tetap tersenyum depan nonya Yosefa. Orang tua itu baik meskipun memiliki sistem pemikiran yang tidak masuk akal bagi Regi.
Regi ngerasa terbebani?
Tentu saja. Ia tak pernah terpikir untuk jadi kelinci percobaan, malaikat tak bersayap, orang yang bantu Gerand atau entah apapun. Regi hanya untuk dirinya sendiri.
Sial beribu sial, Regi terjebak sampai tak bisa bergerak. Jatuh ke lubang gila perbuatan Gerand. Di mana tak ada jalan Regi untuk kembali. Dia sepenuhnya terjebak.
"Sebentar lagi keluarga Darenia akan datang. Kami menyambut mereka di tempat ini."
Eh?
Regi spontan lihat Gerand. Tatapan yang mengisyaratkan tanya yang sangat mendalam. Kok?
Gimana ceritanya begitu?
Kok?
Sebelumnya Regi gak di kasih tahu apa-apa soal pertemuan dengan family Darenia. Regi tahu anak dari family itu yang seharusnya berada di posisi Regi sebagai calon mantu keluarga Yosefa.
Atau sudah di kasih tahu ya?
Entahlah, ingatan Regi bercampur aduk. Ia tak ingat sudah di kasih tahu atau belum soal kedatangan famili Darenia. Lebih tepatnya, Regi lupa soal kapan waktu itu terjadi.
Jangan tanya bagaimana Regi bisa tahu, kedaaan yang buat Regi mengetahui semua hal tersebut.
Kalimatnya upacara penyambutan segala, mungkin itu adalah kalimat sesuai untuk hal tersebut. Tahu ah, gak paham deh. Seolah-olah mereka ingin sambut presiden.
Darenia memang berasal dari keluarga penting, cuman kok rasanya aneh ya kalau dibesar-besarkan?
Lihatlah betapa keluarga tersebut sangat beruntung. Kenapa gak Gerand terima aja pernikahan dengan anak dari family Darenia?
Toh mereka sederajat. Terus, Regi yakin 100% anak keluarga tersebut pasti cantik. Orang berasal dari keluarga kaya, mau terlahir burik aja bisa glow up kok.
Minimal, layak pandanglah. Alat kecantikan gak kurang, dijamin muka langsung cantik. Bak pakai filter.
Ah, lupakan saja.
Maka benar, tidak lama kemudian datanglah keluarga yang terlihat seanggun penampilan dan nama keluarga yang mereka sandang.
Darenia, sangat menawan.
Cocok
Dari jarak kurang lebih 3 meter, bisa Regi lihat kalau keluarga itu adalah orang-orang berdarah campuran yang tentu saja sangat cantik.
Blasteran. And next, memang benar, anaknya cantik minta ampun. Regi sampai insicure. Secara alamiah Regi langsung nunduk. Tak lama sebeb Regi kembali angkat dagu.
Gak tinggi kok, cuma ya, minimal Regi gak malu-maluinlah.
Menawan dan anggun, bahkan untuk sekadar cara berjalan aja mewah. Akan jauh lebih baik sekalian ada karpet merah untuk sambut kedatangan orang berpangkat tinggi seperti itu.
Tidak, itu terlalu berlebih. Intinya, setinggi apapun kedudukan seseorang, dia tetaplah manusia, sama seperti manusia lain. Toh sama-sama punya hidung, makan nasi, dan juga bernafas.
Satu-satunya perbedaan adalah bagaimana seseorang berpikir dan ambil tindakan untuk berada di posisi 'istimewa.'
Hati bijak, baik, ramah serta lain hal-hal baik lainnya yang membedakan. Soal uang, bisa di cari kok.
Akan ada cara dan jalan untuk tempuh hal tersebut. Pasti ada, yakin saja.
Contohnya author, ya elah canda. Hehehe.
Keluarga kerajaan tersebut pun akhirnya sampai. Putri keluarga tersebut pun langsung tersenyum ramah. Menyapa sopan plus anggun.
"Halo Gerand, Bibi dan Paman," sapa Daisy ramah.
Yup, nama 'putri' keluarga Darenia tersebut adalah Daisy. Cantik seperti si pemilik nama.
Sementara itu orang tuanya telah menyambut lebih awal. Regi memandang wanita itu sebentar lalu balas tersenyum. Tidak masalah, Regi akan jadi dirinya sendiri. Pergi jauh-jauh insicure!
Jangan sekarang!!!
Bisakah Regi melewati semuanya???
Begitulah cara Regi sambut tamu terhormat, sementara Regi pun juga seorang tamu.
Sopan adalah ciri khas Regi, jikalau tamunya baik. Untuk seukuran pertemuan pertama, Regi akan bersikap baik. Kalau boroknya sudah kelihatan, Regi akan mempertimbangkan buat orang tersebut menyesal. Bersikap buruk juga.
Regi bukan malaikat tak bersayap yang berbuat baik terhadap orang lain. Regi bersikap sesuai situasi dan kondisi.
Kemudian orang-orang itu pun duduk. Langsung berbincang-bincang sambil menikmati hidangan yang tersedia. Sangat pas.
Mungkinkah?
Lihat saja.
******