Ada banyak minuman, salah satunya vodka. Keluarga Yosefa sudah akrab dengan segala sesuatu yang mengandung alkohol.
Ada jus buah juga kok, tapi Regi lebih suka kokail. Sepertinya kadar alkohol yang digunakan tidak banyak sehingga Regi bisa meminum minumannya.
Regi gak mau mabuk. Ia sangat asing terhadap minuman mengandung alkohol. Oleh sebab itu, Regi tak bisa.
"Oh ya Gerand, di mana Denny?"
Regi lirik sekilas Daisy yang berbicara begitu. Sekedar lirik doang.
Denny adalah sepupu Gerand, tidak heran keberadaannya di pesta itu dipertanyakan. Bisa jadi juga sih karena miss Daisy memiliki hubungan dengan si playboy.
'Pemain' seperti mereka tidak mengherankan punya banyak kenalan wanita. Bahkan tak tutup kemungkinan para model dan aktris pun akrab dengan mereka. Si Gerand dan Denny.
"Denny? kurasa dia akan segera datang," jawab Gerand pendek. Ia kembali minum vodka.
Ngomong-ngomong meja mereka pisah dari para orang tua.
"Hubungan kalian baik-baik saja, kan?"
"Tentu," jawab Gerand singkat.
Dari tadi singkat, padat dan jelas terus. Tuh orang memang aneh.
Dari segi ekskresi Gerand, sedikit banyak pria itu menyukai Daisy. Mungkin, setelah itu tidak ada salahnya bermain dengan gadis itu untuk sementara waktu.
Kalau Gerand tertarik terhadap sesuatu, dia tak menunjukkan rasa ketertarikannya. Justru melakukan hal yang sebaliknya. Tipe bertindak Gerand langsung done, bukan rayuan maut.
Lagipula, Gerand harus jaga sikap, Daisy bukan orang sembarangan yang bisa disentuh sesuka hati. Daisy adalah anak teman orang tua Gerand.
Seperti barang edisi terbatas. Berharga dan rapuh, di situlah posisi Daisy. Gerand tidak bisa langsung main menyerang. Istilahnya bermain secara perlahan.
"Regi, apa yang kamu bisa dansa?"
What it this?
Why, maksudnya nona Daisy ingin ngajak Regi berdansa gitu?
Bersama-sama, sesama wanita, begitukah?
"No," ujar Regi kemudian memggeleng. Regi adalah orang jujur.
Nona Daisy mengangguk, betapa Regi polos. Ini toh model orang pengganti posisi Daisy?
Menarik namun kurang pas.
"Begitu." Senyum terlihat di wajah Daisy.
"Kamu tidak tahu tidak soal aku yang harusnya diperkenalkan ke Gerand? Sebelum aku berbicara begini, aku sudah berpikir jauh-jauh hari. Aku hanya ingin tidak ada yang di tutup-tutupi antara kita. Bahkan itu dari Gerand sekalipun." Senyum masih belum hilang sedetik pun dari wajah nona Daisy.
Regi angkat alisnya. Berapa umur miss Daisy hingga membuatnya tampak normal ketika berbicara dengannya. Biasa-biasa gitu. Regi sangat ingin tahu tentang itu. Penasaran.
"Tentu saja aku tahu Nona," balas Regi. Ia pun turut senyum setelah bilang begitu.
Gerand diam-diam tersenyum lihat situasi yang sepertinya memanas antara kedua orang itu. Jadi orang yang diperebutkan ternyata menyenangkan juga.
Mari lihat apa yang akan terjadi kedepannya. Akankah kedua orang itu saling jambak?
Jujur Gerand ingin tahu. Penasaran.
Apalagi para wanita yang memperebutkannya adalah model Regianis dan Daisy yang berkelas.
Mirip film yang tokoh perempuannya kuat. Sama dengan wanita biasa, tetapi wanita tersebut kuat dan berkelas yang menunjukkan kemampuan masing-masing. Sedangkan lawannya pun juga tak mudah kalah. Bukan status sosial yang buat hal tersebut terjadi, tetapi tingkat kekuatan murni.
Entah siapa yang akan menang, atau yang tumbang duluan. Yang pasti Gerand hanya akan jadi penonton.
"Lalu kenapa kau tiba-tiba muncul di kehidupan Gerand? Sebagai teman hidup bukan musuh lho."
Tsk, siapa yang juga peduli tentang itu.
Tidak peduli apa itu, nona Daisy menyerang secara terbuka, bahkan tanpa ragu-ragu di depan Gerand.
Apakah gak ngerasa malu?
Ah... kemungkinan besar tidak.
Kepribadian seseorang beda antara satu individu dengan individu yang lain. Daisy model orang langsung to the point. Orang itu pun tak ingin membesar-besarkan hal tersebut.
Lingkungan dan sebagainya juga mempengaruhi hasil akhir kepribadian seseorang. Lalu inilah hasilnya. Daisy tak suka basa-basi.
Selain itu, pikiran juga memiliki banyak pengaruh.
"Saya sekretaris perusahaan Yosefa Corp. Mulai dari sana kami menjadi dekat."
Kepengen muntah, namun Regi tahan hal tersebut.
"Itulah yang saya maksud, Nona Regianis. Bukannya kamu pegawai baru? Menurut informasi yang saya dapat, Gerand hanya memiliki sekretaris laki-laki dan baru saja berganti sekretaris baru. Kamu... tidak melakukan apa-apa, kan?"
Maksudnya?
Regi dituduh yang enggak-enggak?
Kalau menuruti emosi negatif, Rein bakal terlihat bak perempuan rendahan tukang rayu atasan. Padahal tidak.
Lagi-lagi Regi hanya mengangkat alis. Apa maksud nona Daisy?
Ingin menuduh Regi menggunakan sihir atau bahkan merayu?
Mungkin lebih dari itu, menjual diri. Ketiga kemungkinan tersebut adalah hal yang tidak pernah terpikirkan oleh Regi. Bahkan saat ia dihadapkan ke kemungkinan terburuk hidup sekalipun.
Regi hidup sendiri. Sekedar untuk menghidupi diri sendiri, berbarengan Regi hidup sederhana, berbekal kepintaran otak, Regi bisa kok hidup mudah sesuai kriterianya. Bukan kriteria orang awam.
Regi langsung respon ucapan sarkas Daisy. Ah, Regi tertipu cover ternyata.
"Maaf, Nona, saya tidak melakukan apa-apa. Hanya takdir yang menyatukan kami.".
Yaks, seriusan, Regi kepengen muntah!
Hah... tahan, gak boleh saat itu. Pokoknya gak boleh!
Regi berbicara tentang takdir cinta, Gerand sampai ingin tertawa terbahak-bahak. Kemudian, nyatanya Gerand tak bisa mengendalikan dirinya sehingga buat pria itu terkekeh pelan.
Sementara itu Regi hanya menatap tanpa ekspresi. Sedetik setelahnya langsung berbicara. Lanjut mempertahankam diri pokoknya. Gak boleh Regi biar harga dirinya diinjak-injak Gerand ataupun nona cantik yang sialnya menyebalkan di depannya tersebut.
Kali itu, Regi mengeluarkan bomnya. Sebelum ngomong, Regi sempat terkekeh pelan.
"Saya berhasil mengalahkan Gerand Yosefa saat pertama kali bertemu dengannya. Kalau tidak percaya, silahkan tanya pada yang bersangkutan."
Cekidot. Sekarang drama yang sesungguhnya dimulai. Ada dua kemungkinan yang bisa saja terjadi. First, Regi merasa malu dengan penolakan langsung Gerand Yosefa. Gerand berbohong untuk mempertahankan harga dirinya. Sekon, Regi yang menang.
Hanya dia itu.
Sebuah bom jatuh kembali.
Dua orang saksikan kalimat sakralnya. Gerand yang mau tidak mau berbohong atau semacamnya. Semua itu bergantung ke hal yang akan dikatakan orang tersebut.
Apapun yang terjadi, yang jelas Regi sudah mempersiapkan diri untuk dua kemungkinan sekaligus. Baik yang terburuk sekalipun. Apapun yang dilakukan Gerand nantinya, Regi akan tetap berdiri sendiri.
Kehilangan keperawanan bukanlah sesuatu yang merenggut nyawa.
Memang tidak semudah hanya mengatakan, tak mudah bak membalikkan telapak tangan. Tapi Regi tidak ingin terjebak dalam kehidupan gila Gerand Yosefa. Soal kehamilan atau apapun, Regi punya batu loncatan lain untuk mengatasinya.
Berbagai macam rencana telah terpatri rapi di benak wanita satu itu. Regi tidak akan pernah mau berakhir sengsara.
Regianis akan melakukan apa saja untuk kelangsungan hidup dan masa depannya, meskipun dia sudah tak lagi perawan.
Jebakan itu akan Regi sulap jadi jalan baginya. Jangan remehkan seorang Regianis.
Meski terjebak situasi sulit, Regi tetap bisa buat kejutan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Sekarang yang tersisa hanyalah Gerand, yang secara spontan berhenti tertawa.
Kena, kan?
Sial, apakah Gerand harus mengakui perasaan palsu depan kedua wanita itu?
Seumur hidup Gerand tidak pernah 'dipaksa' mengungkapkan perasaan seperti ini. Ekspresi palsu yang dia katakan selama ini... mungkinkah itu berbeda dari yang Regi inginkan?
Hanya saja masalahnya harus depan Daisy, orang yang Gerand incar menjadi target selanjutnya.
Menyebalkan sekali!
Jawaban Gerand di tunggu.
*****