But, no problem. Toh yang bakal di hukum Regi kok bukan karyawan. Tak ada yang berniat tegur kesalahan Regi.
Orang bersangkutan yang terbakar kalau dia bermain api. Regi cari kemana-mana lho. Itu pun sudah ketiga kalinya Regi ke ruang kerja Jenny. Agaknya Jenny sibuk, makanya bolak-balik ruang.
Rekap dan cetak file, itulah yang dilakukan Jenny.
"Mohon maaf semuanya, tolong jangan lihat saya dengan tatapan bingung. Saya hanya ingin menumpang sebentar setelah itu pergi. Jangan khawatir, saya sudah mendapat izin pak CEO."
Regi sebenarnya tidak begitu tahu mengapa dia mengatakan itu. Barusan Regi berbohong. Boro-boro mau dapat izin Gerand. Bicara aja Regi gak mau.
Cukup sudah kejadian gila semalam. Lalu untungnya, Regi bisa masuk kerja hari itu. Regi berusaha keras agar tak terlihat mencolok.
Regi bukanlah orang bodoh.
Bagaimana dengan malam ini?
Itulah yang Regi pikirkan. Merusak seluruh aliran saraf Regi. Orang itu sangat kacau.
Sedetik kemudian Regi beralih ke Jenny, orang itu tengah menatapnya heran. Tujuan Regi ke sana adalah berurusan ke Jenny.
"Regi, selesaikan pekerjaanmu. Setelah itu baru kita bicara lagi."
"Eh, oke," ujar Regi menanggapi perkataan Jenny. Auranya kayak Regi dapat perintah sakral.
Gak boleh di abaikan perintah kanjeng ratu.
Tak buang banyak waktu, kedua wanita itu pun segera menyibukkan diri dengan pekerjaan masing-masing. Regi pindah ruangan untuk menghindari Gerand.
Gak rela aja ketemu orang itu terlalu lama.
Mereka harus selesaikan hal tersebut biar bisa ngomong. Lebih cepat lebih baik.
Mungkin sekitar dua atau tiga jam kemudian Jenny, Regi dan karyawan lain hanya fokus ke yang mereka lakukan. Benar, harus begitu agar bisa cepat selesai.
Masalah tugas dan pekerjaan, setiap karyawan akan memiliki sikap sama, yaitu berusaha fokus. Biar cepat selesai demi menghindari masalah. Deadline adalah hal yang sangat menyebalkan.
Bos mereka adalah orang yang tidak menerima kesalahan sekecil apa pun. Syarat bekerja di Yosefa Corp. tekun dan disiplin.
Hah itu benar-benar menyiksa, ah tidak kok. Yang mereka lakukan sesuai dengan gaji yang mereka dapat. Berbanding sama.
"Kamu sudah selesai Regi?"
Bahkan saat di kantor, Jenny memanggil Regi hanya dengan namanya saja. Begitulah, keduanya tinggal menyesuaikan saja.
Sedikit banyak Jenny mulai membiasakan diri dengan Regi. Orang itu bilang ingin jadi teman.
"Ingat baik-baik nasihatku, kamu harus bersikap biasa dan tidak melakukan hal buruk. Tidak peduli apapun yang terjadi, jika sesuatu yang buruk terjadi, datanglah padaku dan aku akan membantumu," ujar Jenny.
Bisakah Regi bersyukur, Jenny yang awalnya kesulitan menerima semangat Regi dalam hal berteman tiba-tiba berubah menjadi teman yang sangat baik. Tapi begitulah adanya.
Kedua orang itu memang telah mengalami banyak perubahan. Sedikit banyak, Regi dan Jenny belajar menyesuaikan diri satu sama lain.
Lalu syukurnya, mereka cocok. Nyambung tanpa ada hambatan berarti.
"Oke, terima kasih banyak." Terlepas banyak hal buruk berseliweran di kepala Regi. Ia masih bsia tersenyum.
Terlebih untuk Jenny, Regi sangat bersyukur.
"Ehem."
Baik Regi maupun Jenny langsung buang muka saat setelah menemukan Gerand yang natap malas ke arah berduanya. Bukan hanya Gerand, tapi Denny juga ikut. Berada tepat di samping orang tersebut.
Sudah mirip bodyguard aja.
"Halo, selamat sore."
Rasanya Regi sangat ingin muntah melihat wajah Denny, senyumnya itu lho. Kalau perempuan lain kemudian besar teriak. Kok kalau depan Regi bawaannya muak?
Gak beres tuh.
Bukan senyum hangat, akan tetapi menjijikkan. Sangat jelas dari penampilan Deny, orang tersebut sedang menggoda seseorang. Atau mungkin itu hanya karakter dan temperamennya. Tapi ya itu.
Sok sekali tebar pesona.
Yaks. Tahu-tahu orang itu malah bilang begini nih.
"Jenny, setelah ini ikut denganku. Ada beberapa hal yang harus kita bicarakan."
Jenny langsung nyengir dengar ucapan Denny. Ingin menolak, tentu saja dan wanita itu gak bisa. Malang sekali kan?
Halo, saat itu bukan lagi jam kerja mereka. Tidak peduli seberapa polos Jenny, dia tahu persis jadwal kerjanya dan apakah dia bisa menolak atau tidak.
Lembur?
Asisten pribadi tidak punya jadwal lembur kecuali sekretaris. Bahkan seorang sekretaris pun bisa protes. Meskipun seorang pekerja, sekretaris juga memiliki kehidupannya sendiri. Lumbur ada jadwalnya lho. Kecuali mendapatkan bos yang susah minta ampun. Model Gerand dan Deny contohnya.
Mereka adalah atasan yang sangat merepotkan, sekaligus mengandung racun. A poison.
"Maaf Pak, sekarang bukan jadwal kerja saya. Bukan jadwal lembur juga," ujar Jenny sebegitu polos. Lalu orang itu lanjut berucap. 'jika urusan kebutuhan pribadi yang semi penting, silahkan panggil nona Feby sekretaris Anda."
Regi tersenyum dengar perkataan Jenny. Bagus, memang harus tegas. Kalau bukan jadwal, kenapa nurut?
Jenny tidak sepenuhnya polos, dia hanya tidak banyak bertindak, walau begitu masih bisa membela diri. Ilmu bela diri aja sih yang kurang. Jenny tahu yang harus dilakukan dan apa yang tidak.
Hello, apa yang Anda dapatkan selama pendidikan, selain pengetahuan dan keterampilan?
Logika pun harus jalan. Licik dan kejam itu beda-beda tipis.
Jika tidak ada sisi 'buruk' tersebut, sulit untuk dapat pekerjaan layak. Terus mudah ditindas dan dibodohi. Yang jelas Jenny tidak mau melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan porsi dan posisinya.
Itu penting atau ia lewat batas.
"Kamu harus datang, dan aku tidak menerima penolakan."
"Mengapa Anda begitu memaksa, Tuan?"
Kali ini Regi yang berbicara. Dari nada dan cara bicaranya, terlihat jelas kalau Regi sangat tidak menyukai tindakan Denny. Maksa?
Kemari, langkahi mayat Regianis.
Seorang bos hanyalah bos, bukan Tuhan yang bisa melakukan apa saja. Atur orang hari begini begitu.
Ada batasan individu untuk itu.
"Kamu ikut denganku."
"Eh?"
Tanpa aba-aba Regi sudah main ditarik Gerand. Orang itu tidak ingin membuang waktu langsung ambil tindakan. Done. Jika masih dilanjutkan, mereka tidak akan pernah selesai. Bila perlu sampai malam berganti ke pagi lagi.
Gerand serius mereka harus cepat, tidak punya banyak waktu. Setelah itu Gerand masih harus bawa Regi ke salon untuk mempersiapkan dirinya. Keadaannya sangat penting dan tidak bisa diabaikan.
Urgent.
Penampilan depan keluarga adalah yang terpenting. Depan orang lain juga. Oleh sebab itu harus cepat.
Jenny hanya bisa lihat Regi yang langsung ditarik oleh calon suaminya. Dalam hati berdoa agar orang itu baik-baik saja selama bersama Gerand.
Hiks, nasib Regi kok gitu banget ya. Menderita luar dalam.
"Pak..."
"Diam, kamu hanya perlu diam dan ikut yang aku bilang. Atau kita akan jadi pusat perhatian karyawan lain. Kau berpikir untuk berkelahi?
Bodoh, meski tidak dengan berkelahi pun mereka akan tetap jadi pusat perhatian kok. Karyawan mana yang gak tertarik lihat bos mereka bawa karyawan?
Hubungan Regi dan Gerand gak jelas!
Sangat-sangat gak jelas!
*****