Gak perlu memastikan kok, baru berbentuk pertanyaan yang muncul di benak orang-orang pun sudah bisa jadi akar dari segala gosip yang akan terdengar nantinya.
The hot gossip.
Rumor yang menyebar dengan mudah. Hangat seperti sup siap disantap. Aneh, kalau soal gossip mah memang cepat.
Jenny cuman bisa pasrah saat bosnya yang gila terus menarik tangannya entah kemana.
Ah bagaimana ini?
Menjengkelkan. Dasar bos gak tahu waktu!
Lihat apa yang akan dilakukan Jenny untuk kasih pelajaran ke orang tak tahu diri tersebut. Punya sekertaris nan seksi kok masih sempat-sempatnya gangguan karyawan biasa???
***** Batas sudah
Jenny tidak ingin berakhir 'mengenaskan' di tangan bosnya. Enak aja, sekarang jadwal pulang, bukan kerja. Bilang aja modus mau ngusulin Jenny doang. Gak bisa di biarin tuh, Jenny harus melakukan sesuatu.
Oke, untuk saat itu Jenny akan nurut-nurut aja, ambil aman. Nanti kalau sudah meninggalkan kompleks kantor, Jenny akan melakukan sesuatu untuk menyelamatkan dirinya sendiri.
Adanya otak untuk dipakai.
Pas tuh, Jenny dan Denny sampai di tempat yang Jenny pikirkan. Yaitu parkiran. Sudah saatnya, Jenny bisa melakukan yang dia mau.
Tebak yang Jenny perbuat. Jenny, si polos langsung nendang tulang kering Denny!
Habis kesal sudah nyampai ke tulang. Tuh tenaga di gas pol deh. Biar kapok.
Jenny melakukan semuanya tepat ketika bos gilanya itu nyuruh Jenny masuk ke mobilnya.
Eh, tuh tendangan maut terlalu berlebih atau gimana ya?
Jenny keterlaluan?
Jenny kagat, saking kagetnya sampai nutup mulut. Cuman, bedanya Jenny ambil langkah seribu ninggalin Denny. Gelar tak berperasaan jatuh ke Jenny.
Kesempatan tidak datang dua kali. Sebelum kabur, Jenny masih sempat ngomong. Kira-kira begini.
"Maaf Pak, Anda bisa menghubungi sekretaris Anda. Permisi."
Tepat setelah bilang gitu, ya Jenny gas pol langkah seribu. Pokoknya get out deh. Jenny gak mau ya jadi 'ladang' permainan. Di kiranya Jenny boneka apa?
Boneka versi barbie. Jenny kan lumayan cantik.
Demi keselamatan hidup, gak apa-apa Jenny ambil tindakan di luar pemikirannya. Plus juga, yang tak pernah terpikir oleh Jenny sebelumnya.
Tidak masalah, jika Anda terjebak masalah, lakukanlah sesuatu untuk menyelamatkan diri. Terlepas mau yang bagaimanapun itu. Yang penting selamat.
Anggaplah sebagai tindakan penyelamatan diri.
Semua hal yang terjadi antara Jenny dan Denny masuk ranah pengamatan Jeremy, orang itu sontak tertawa. Seorang Denny Felixa berakhir sengsara oleh pegawai biasa seperti Jenny. Itu adalah hal terlucu yang pernah dilihat Jeremy dalam hidupnya.
Kasihan. Denny Felixa yang malang.
Makanya jangan main-main.
Ting. Bak suara pertanda lift sudah sampai, Jeremy kepikiran soal sesuatu.
Sebuah ide brilian numpang lewat di kepala karyawan tersebut. Jeremy si pegawai OB mulai berulah.
Bermain sebentar mungkin bakal menyenangkan. Niat terselubung dari ingin menyelamy. Sekalian Jeremy 'hanya' ingin nolong.
Ah entahlah, yang jelas laki-laki itu mendekati Denny Felixia yang terlihat mengenaskan.
"Apakah Anda baik-baik saja Tuan?" tanya Jeremy, ia lihat Denny masih kesakitan.
Sial, tendangan Jenny tak bisa dianggap enteng.
Pertanyaan bodoh!
'Ada yang sakit,' tentu saja!
Dasar bodoh!
Faktanya harga diri Denny lebih berharga. Orang itu pasang wajah pongah. Denny tidak mau mengakui kalau dia sakit, sampai-samlai tuh orang berpura-pura terlihat baik.
Masih kesakitan, Denny coba berdiri tegak. Sial beribu sial, tendangan Jenny terlalu kuat, pria itu meringis.
"Shit," gumam Denny dalam hati.
"Tentu saja." Nah ini yang nyata, Denny tersenyum, dagu di angkat tinggi-tinggi.
Sebisa mungkin Denny tahan dirinya untuk tidak meringis. Tidak lagi. Banyak hal yang harus Denny lakukan untuk jaga harga dirinya. Jaga image sesama lelaki dong.
"Maaf Pak, di mana sekretaris Anda?"
Mulut sialan, Denny sontak tatap Jeremy tajam saat pemuda itu menanyakan keberadaan sekretarisnya.
Siapa orang itu yang bertanya tentang sekretaris seorang Denny Felixa?
Tidak pantas!
"Bukan urusanmu, pergi sana," balas Denny cuek.
Julid mode on. Jangan main-main dengan Denny Felixa!
Harusnya sih kalau dapat sikap begitu pastilah sakit, namun yang ada respon Jeremy malah tawa lirih. Malah ngerasa lucu dengar Denny Felixa ngusir.
Setelah sah-sah di kill verbal, balas kasih kill lanjutan.
Sikap Jeremy tentu buat darah Denny naik berkali-kali lipat. Artinya, pebisnis sukses seperti Denny Felixa ditertawakan oleh karyawan biasa. Hah, Tuhan.
Sadar diri!
Gak pantas!
Bahkan dalam mimpi pun, Denny tidak akan pernah membiarkan itu terjadi!
Tidak akan pernah!
"Pergi atau kamu akan menyesal seumur hidup." Suara Denny terdengar tajam.
Ia tak kan terima dapat sikap buruk. Napas sudah mulai tidak teratur. Mengisyaratkan betapa orang itu kesal.
Jeremy mingkem. Eh, ternyata EQ nya buruk. Gitu aja langsung tersinggung. Gak pantas. Jeremy berdehem sebentar sebelum ngomong. Menundukkan kepala agar semu itu tidak terlalu buruk.
Aura hormat Jeremy menguar jelas.
"Maaf Pak, saya datang ke sini untuk membantu Anda. Sepertinya Anda jatuh sehingga hanya berdiri bersandar di mobil."
Gak usah sok baik mau nolongin!
Walau memang benar sih, Denny tengah bersandar di mobil untuk topang tubuhnya untuk tetap berdiri. Kalau gak gitu, Denny gak bakal bisa melakukan apa pun, bahkan untuk sekedar berpura-pura kuat.
Sok menunjukkan kekuasaan segala.
Tendangan Jenny ternyata sangat kuat. Denny sampai berpikir tulang keringnya remuk. Untuk ukuran wanita, kekuatan Jenny jelas melebihi batas wajar.
Siapa yang masih ngerasa baik-baik saja saat kakinya terkena tendangan super kuat?
Denny yakin kakinya bengkak atau paling tidak membiru karena tendangan Jenny.
Kenyataannya Denny masih pertahanan harga diri. Mahal.
"Tidak, aku baik-baik saja. Kamu bersikap jauh," kata Denny, masih berusaha untuk tidak meringis.
"Benarkah Tuan?"
Biar cepat langsung di cek aja, setelah itu lihat apakah Denny masih bisa besar kepala atau tidak.
Jeremy mendekati Denny, setelah itu, dengan lembut Jeremy pukul tulang kering yang terkena tendangan maut Jenny tadi.
Petugas kurang ajar, begitulah adanya.
Bos mana yang tidak marah terhadap perlakuan gila bawahannya?
Kaki Denny sakit!
Begitu juga dengan Denny yang langsung meneriaki Jeremy yang semakin memperparah rasa sakitnya.
"Apa yang kamu lakukan, brengsek!!!"
"Kenapa Pak, saya pikir kaki Anda berubah menjadi merah atau hijau. Ini harus segera ditangani, Pak. Biarkan aku membantu," ujar Jeremy sebegitu polosnya sampai mirip Jenny.
Orang itu memang sialan.
"Berhenti melakukan kegilaanmu!"
Ah, lama!
Kalau gitu mereka debat aja terus, gak selesai. Lebih baik langsung done aja deh. Jeremy langsung menggendong Denny ke dalam mobil.
Di gendong lho. Kebayang gak?
Kalau saja mereka sahabat, hal itu akan terlihat sangat enak di lihat. Percayalah. Friends sibling.
Terlalu terburu-buru sih. Cuman ya, biar cepat selesai aja gitu.
Sebenarnya, Jeremy ingin bantu atau sangat bersemangat jahilin Denny?
Nah walaupun begitu, intinya adalah untuk benar-benar membantu kok. Jeremy kasihan lihat Denny gak masuk mobil juga.
"Hei, aku menyuruhmu berhenti. Aish shit!"
"Tunggu dulu Pak, santai saja dan saya akan menjadi bodyguard Anda untuk beberapa jam ke depan. Saya tulus kok Pak pengen nolong. Gak apa-apa tidak memasukkannya ke daftar gaji bulanan."
Hahaha, lucu.
Dasar babi sialan. Mulut itu!!!
******