Lalu tanpa Regi sadar akhirnya ia bisa menggerakkan tubuh, sayang hal itu malah membuat ia tak sengaja tersangkut kaki sendiri. Tak terelakkan Regianis hampir terjatuh kalau tak ada seseorang yang menolong. Penolong itu, siapa lagi kalau bukan Gerand Yosefa.
Keduanya bertemu pandang dengan posisi yang sangat intim, dimana Gerand menahan tubuh Regi. Perempuan itu tak tahu harus melakukan apa. Yang ia hanyalah kaget.
Manik gelap sekaligus tajam Gerand seakan mengambil alih seluruh dunia dan kesadaran Regi.
Hipnotis.
Sejak pertemuan pertama, Regianis pun tak menampik paras rupawan Gerand. Gabungan antara dewa dan malaikat sekaligus. Sangat menawan.
Ketika Gerand menarik tubuh Regianis, perempuan itu tak bereaksi sebagaimana mestinya. Tubuh orang itu seperti robot yang disetel.
Kaku.
Dengan begitu apa Regi terhipnotis pesona orang yang brengsek macam Gerand?
Secepat itu?
"Are you oke?"
Satu detik, dua detik, tiga detik. Regianis masih belum bicara sebelum Gerand menjetikkan jari tangan tepat didepan orang tersebut.
"Apa yang kau lakukan?"
Bodoh, Regianis merasa seperti orang paling dungu di dunia.
"Membantumu," jawab Gerand polos.
Wush.
Dengan sekali gerakan Regi pun mendorong Gerand yang seenak jidatnya meraba bokongnya.
Spontan perempuan itu menatap nyalang kemudian secepat kilat juga melayangkan satu pukulan yang kali ini syukurlah tepat sasaran yaitu bibir Gerand.
Rasain, dasar mesum. Persetan!
Tak terelakkan hal tersebut membuat sudut bibir lelaki tampan itu berdarah.
Kali ini Gerand kalah dalam hal kecepatan.
"Aku bersikap baik dan ini balasanmu, sayang?" kata Gerand dengan tawa memaksa.
Terlihat jelas Gerand sedang menahan amarah.
Sementara itu Regianis berdecak kesal. Ambil kesempatan dalam kesempitan orang itu sebut 'menolong?'
Meremas bokongnya?
Itu adalah tindakan pelecehan!
Regi tak akan pernah memaafkan hal tersebut. Tidak akan pernah!
Bahkan jika itu harus bertarung sekalipun!!!
***
Pada akhirnya Regi mau tak mau harus ikut dengan orang gila yang ia pukul tadi.
Ada beberapa hal yang terjadi antara Regi dan Gerand, sepasang calon suami istri akibat hal yang tak pernah diduga sebelumnya. Bahkan saat ini kedua orang berbeda jenis kelamin tersebut hanya terlihat biasa-biasa saja setelah tadi sempat berkelahi.
Memang benar, perkelahian tak bisa terelakkan. Walau pada akhirnya Gerand yang harus mengalah.
Camkan itu, mengalah bukan kalah.
Sekuat apapun Regi, Gerand adalah orang yang sering berolahraga hingga mempunyai tubuh yang bugar dan kuat. Untuk masalah teknik beladiri sendiri ia sering mengunjungi rumah khusus beladiri.
Seorang yang punya badan kekar sepertinya lucu kalau hanya bagus pada penampilan luar.
Jadi Gerand berpikir untuk menyempurnakan apa yang ada padanya.
Tubuh Regi sudah panas dingin sedari tadi. Ia terpaksa harus membatalkan rapat pribadi dengan Jenny karena hal ini. Tapi ya mau bagaimana lagi, ia memang harus melakukan pertemuan yang bagi Regi adalah sesuatu yang sangat menyeramkan.
Benar perkataan Gerand, bahwa ia-lah yang meminta sebuah pernikahan. Jadi mau tak mau ia harus mengikuti proses yang ia ciptakan sendiri.
Kalau tidak mau, lebih baik tenggelam diri pada dasar laut saja. Atau tidak menghilang dari permukaan bumi.
Hanya saja Regi benar-benar sangat gugup. Ia akan bertemu dengan keluarga terhormat, lalu apa ia bisa melakukan hal itu?
Seorang yang terbiasa hidup sendirian sepertinya bagaimana bisa bersikap seolah-olah ini adalah hal yang baik-baik saja?
Tidak akan pernah bisa. Sulit untuk melakukan hal tersebut.
Yang tersisa sekarang hanyalah Regi menatap sedih dirinya sendiri. Sangat menyedihkan.
Bodoh dan malang.
"Hey tenang saja. Ini tak sesulit sidang skripsi," kata Gerand yang menggenggam tangan Regi.
Perempuan itu pun juga sama sekali tak menolak. Menurut pemikirannya ia harus menjadi seorang aktris dadakan untuk meyakinkan orangtua Gerand.
Bermain peran itu akan sangat menyusahkan saat ia harus berpasangan dengan Gerand. Hanya saja seperti tadi, takdir kehidupan sudah menyerat Regi kuat dimana ia tak akan pernah bisa kembali.
"Gerand, kemari sayang."
Regi tanpa sadar melihat Gerand yang tersenyum setengah memaksa. Entah orangtuanya menyadari hal itu atau tidak, tapi Regi sendiri bisa merasakan bahwa Gerand tak nyaman diperlakukan seperti anak manja.
Ah tidak, menurut Regi lebih ke anak bayi.
Apalagi saat melihat nonya Yosefa mengusap pelan kepala orang itu setelah mempersilahkan Regi duduk.
Wow. Drama yang Regi saksikan benar-benar sangat menarik hingga ia rasanya ingin tertawa.
Wajah tak suka Gerand semakin membuat Regi hanya bisa mengulum senyum. Tak masalah, itu adalah sebuah keramahan-tamahan bukan ejekan.
Tolong camkan dan ingat itu dengan baik.
"Kamu sangat cantik sayang. Oh ya, Mama dengar kamu adalah seorang yatim piatu. Sangat disayangkan gadis manis sepertimu harus menghadapi kerasnya hidup. Tenang saja sayang, itu sama sekali tak menganggu keputusan kami. Tapi Nak, adakah wali atau keluargamu yang lain?" tanya nonya Yosefa sambil menatap lurus Regi yang kembali merasa keringat dingin mengalir pada sela-sela tubuhnya.
Semua pertanyaan nonya Yosefa benar-benar diluar perkiraan Regi.
Wali, apa Regi punya sesuatu seperti itu?
Selama ini ia terbiasa hidup sendiri. Lalu..., Sebenarnya ia sama sekali tak tahu apakah punya Paman ataupun Bibi.
Silsilah ataupun riwayat keluarga, Regi sama sekali tak tahu mengenai hal tersebut. Sungguh ia sama sekali tak tahu.
Kalaupun punya Regi tidak tahu siapa. Yang ia tahu hanyalah kedua orangtuanya sudah meninggal hingga mengharuskan ia hidup sendiri. Tak ada yang lain.
"Sayang?" kata nonya Yosefa sambil memegang bahu Regi pelan.
Sementara itu Regi sendiri terasa seperti orang bodoh yang tidak tahu harus melakukan apa. Apalagi saat mengalihkan pandangan yang terlihat hanyalah wajah Gerand menatap tanpa ekspresi dan tuan Yosefa yang juga sedang melihat padanya.
Bedanya adalah tuan Yosefa terlihat masih seperti biasa saja.
"Aku..., Ku rasa aku punya tapi tidak tahu siapa. Tidak, maksudku aku tidak punya. Saat usiaku 10 tahun setelah kematian Ayah dan Ibu aku sudah hidup sendirian. Hanya itu."
Nyonya Yosefa terlihat menyeryit bingung. Maksud Regi ia tidak punya wali?
Harusnya ia punya apalagi untuk perempuan berpendidikan.
"Lalu sekolahmu bagaimana sayang. Benar tidak punya wali?"
Seketika itu juga Regi jadi terdiam. Wali sekolah, tentu saja ia punya. Akan tetapi orang itu hampir melecehkannya hingga saat sudah menginjak semester V ia pun memutuskan untuk menjadikan dirinya sendiri sebagai wali atau sesuatu sejenis itu.
Untuk orang yang sudah cukup dewasa, Regi bisa melakukan apa saja. Yang penting tidak melanggar aturan.
Harus jawab apa???
"Harusnya ada, hanya saja karena kejadian buruk maka aku memutuskan untuk mengurus diri sendiri termasuk wali dan semuanya. Aku merasa sudah cukup dewasa dan pihak kampus juga tidak keberatan," jawab Regi yang kali ini benar-benar lancar.
Ia bisa melakukan hal tersebut sebab punya keberanian yang sudah muncul entah darimana.
Banyak hal yang telah Regi alami selama ini. Karena itu Regi sudah terbiasa dengan semua hal.
Walau bagaimanapun, hidup keras yang ada dalam kisah sepanjang hidupnya menjadi seorang Regianis menjadi sangat kuat.
Gerand sendiri masih terus berdiam diri. Tak masalah, itu bukanlah hal harus ia campuri. Regi pasti bisa mengatasinya.
"Oh maaf sayang, Bibi tidak tahu. Kalau begitu bisa kami saja yang mencarikan wali untuk menikahkanmu nanti?"
Semudah itu, Regi langsung mendapatkan restu?
*****