Chereads / Devil CEO and Stronger Girl / Chapter 12 - 12 Makam Malam?

Chapter 12 - 12 Makam Malam?

"Predator sekalipun punya kelemahan Regianis. Kita tidak bisa menghindar dengan orang seperti mereka. Apalagi kamu, jelas-jelas kita sudah terseret luar dalam. Sekarang yang harus kita lakukan adalah memutar otak untuk menyelesaikan, bukannya meratapi ataupun menyalahkanku. Orang brengsek itu terlihat seram lho. Aku sering membacanya di novel dan menonton drama."

Regianis spontan tanpa ekspresi saat mendengar perkataan Jenny. Bagaimana bisa perempuan itu malah bicara soal novel dan drama saat mereka sedang berada di posisi buruk?

Korban film dan novel nih.

Ayolah, ini menyangkut hidup mereka kedepan. Drama dan novel mah gak sebanding.

Lalu orang ini malah bersikap aneh?

Analoginya tak tepat. Salah total!

"Aku salah ya? Kalau benar aku minta maaf."

Regi masih senantiasa datar bak triplek saat Jenny bicara begitu. Ia malah dapat teman yang model beginian?

Apa arti semangat Regianis sejak pertama bertemu!?

"Baiklah lupakan. Ayo kita berpikir soal yang ku katakan tadi. Aku serius lho tentang orang brengsek. Mereka suka menindas jadi kita harus melakukan sesuatu. Lawan. Aku tahu tak semudah berucap, tapi kita harus berusaha. Gugur sebelum berperang bukanlah pilihan terakhir, Regianis. Masih ada sesuatu yang boleh kita lakukan," ujar Jenny yang kembali terlihat serius.

Tangan mengepal kuat, mengacung ke udara dan semangat besar. Kalau Regianis sih senantiasa datar.

Ada perasaan sedih lihat Jenny agak aneh.

"Terserah kamu saja. Kalau gitu ayo kita selesaikan mereka dengan kasih racun. Kalau gitu pasti akan langsung gugur."

Tanpa diduga Jenny langsung menyentil kepala Regianis yang bicara begitu.

Hello mau masuk bui ketahuan bunuh orang!?

Cukup ia yang gila, Regianis gak boleh.

Yup, Jenny mengakui ia bisa gila ataupun polos di banyak kesempatan. Nah orang lain gak boleh ketularan dong.

"Ternyata gak cuman aku yang gila. Kamu sama," ujar Jenny sambil tersenyum memaksa.

Ironis banget sifat buruknya langsung berpengaruh ke orang tersebut. Jenny pikir Regianis bukanlah orang yang mudah ikut-ikutan.

"Aku frustasi, jadi ya beginilah. Aku ingin menyelenyapkan mereka dari muka bumi, biar bersih."

Wajah datar Regianis terlihat kesal. Ia tengah terjebak, hiks tega.

Otak Regianis agak bermasalah untuk itu Jenny jangan sampai menganggap serius. Ia sadar soal sikap orang tersebut.

Nah kalau Jenny sih tertarik berucap begini.

"Ya sudah kalau gitu kita pakai cara halus. Gak apa-apa, kita bisa kok. Setelah ini ayo kita lakukan rapat pribadi di rumahku. Mulai sekarang kita sekutu."

Regianis hanya menatap datar terhadap yang Jenny katakan. But it's oke, mereka akan berjuang bersama. Tak ada salahnya mempersiapkan strategi. Duet maut pasti bakalan fenomenal.

Astaga Tuhan. Isi pikiran Regianis apa sih!?

Setidaknya masih ada keinginan dan harapan untuk mempertahankan diri. Begitulah.

***

Regi bekerja layaknya seorang sekretaris handal. Ia menyiapkan berkas-berkas dan jadwal pertemuan Gerand dengan klien, setelah itu memeriksa berkas-berkas yang harus ia kerjakan.

Kalau selesai, ya cukup. Tak ada hal lain yang harus ia lakukan lagi.

"Ingin mengatakan sesuatu, nona Regianis?"

Perkataan Gerand hanya dianggap angin lalu oleh Regi. Perempuan itu langsung beranjak saat sudah menyelesaikan tugasnya.

Secara bpribadi Regianis merasa tak nyaman kalau harus berlama-lama dengan orang seperti Gerand. Jika bukan karena pekerjaan maka ia tak sudi menatap wajah atasan gilanya.

Eh, harus jadi partner masa depan?

"Ayolah sayang, apa kita akan terus begini?"

Sayang kepalamu.

Regianis masih belum menghiraukan perkataan atasan yang sialnya akan menjadi suaminya dalam waktu dekat. Langkah kaki Regianis seimbang tanpa halangan apapun.

Pergi dari ruangan tersebut adalah hal terbaik yang pernah Regianis lakukan seumur hidup.

Rahang Regianis mengeras saat pintu ruangan tidak bisa dibuka. Siapa yang melakukan itu kalau bukan si pemilik ruangan. Mr terhormat Gerand Yosefa.

Ternyata ruangan ini dilengkapi sistem canggih. Bagus sekali.

"Bisa tolong buka pintunya Pak. Tugas saya sudah selesai, tolong bersikaplah wajar."

"Aku bersikap wajar kok. Ayolah, hubungan kita tak harus kaku sayang. Bersiaplah, malam ini kamu akan ikut denganku menemui Papa dan Mama. Jadi kamu harus ikut pulang denganku."

Regi mematung di tempat saat mendengar perkataan Gerand. Pergi kediaman keluarga Yosefa?

Itu adalah hal terburuk yang pernah ada dalam hidup Regianis. Aish sial.

"Bisa tolong biarkan aku tenang, aku tidak mau," ujar Regi pelan namun masih bisa didengar oleh Gerand.

Respon yang malah buat orang tersebut terkekeh. Calon istrinya manis benget sih.

"Tak apa-apa sayang, jangan gugup ya. Aku akan membantumu nanti."

Perlahan Gerand mendekat ke sang sekretaris.

"Tetap disana Pak atau saya akan menendang alat vital Anda."

Gerand spontan berhenti saat Regianis bilang begitu. Ditendang bagian itu pasti sakit, jadi ia harus berhati-hati.

Bisa hilang masa depannya kalau adik kecilnya dapat servis gila dari seorang Regianis. Tenaga perempuan itu benar-benar diluar batas penerimaan orang awam!

"Ayolah sayang, jangan bersikap bar-bar. Kita akan menikah sebentar lagi. Tolong anggun sedikit. Mama dan Papa suka lihat gadis baik dan sopan. Kamu sendiri yang memintaku menikah."

Regianis mendengus. Bisakah tenggelamkan orang model Gerand!?

Damn.

"Berhenti bicara menjijikkan. Ah astaga, apa sih dosaku sampai bertemu orang gila sepertimu," kata Regi terlihat sangat gusar.

Kalau bisa ia ingin menjambak rambut sampai berantakan. Tak masalah kalau harus terlihat seperti orang gila sekalipun, sebab kenyataannya ia memang sudah gila!

Gerand menaikkan alis saat lihat seorang Regi kacau. Tidak terlalu juga sih, tapi cukup kentara kalau orang itu kesal.

Cepat juga pengaruh Gerand ke orang tersebut.

"Aku ingin memelukmu, boleh kan?" Gerand bertanya ke Regianis.

Suara bariton Gerand spontan membuat Regi bermetamorfosis jadi patung. Apa yang harus ia lakukan?

Sebelumnya Regianis tak pernah berpikir kalau orang brengsek seperti Gerand bisa bicara baik-baik dengan meminta izin.

Tapi tidak, itu hanya jebakan. Mudah tertipu, cih.

Tak semudah kelihatannya!

"Sudah ku bilang tetap disana atau aku akan menendang adik kecilmu," kata Regi tajam.

Saat ini jarak ia sekitar satu meter dengan Gerand yang memasukkan tangan pada saku celana. Orang itu kelihatan manly. Kalau orang lain yang berada di posisi Regianis pasti sudah klepek-klepek. Melayang kemudian jatuh terhempas ke tanah.

Sakit yang kentara.

"Sebentar, aku tahu kamu tak nyaman. Ku pastikan tak membiarkanmu terluka ataupun rendah. Baik oleh keluargaku atau orang lain."

Perlahan Gerand mendekati Regianis yang masih mematung ditempat.

Sedangkan perempuan itu tak tahu harus melakukan tindakan seperti apa. Rasanya seperti ada lem di kakinya hingga tak mampu bergerak. Hey ayolah, Regianis tak harus bersikap begitu.

Tidak boleh!

Bergerak!!!

Dasar bodoh!

Apa fungsi tubuh Regi sudah tak ada gunanya

Kenapa!

Hal itu hanya buat sebal!

Lebih baik Regi menenggelamkan diri ke dasar bumi daripada berhadapan dengan hal menyebalkan begitu. Dasar sial!

*****