Chereads / Devil CEO and Stronger Girl / Chapter 11 - 11 Jawaban Jenny

Chapter 11 - 11 Jawaban Jenny

"Ehem, tujuan kami memanggil Anda, nona Jenny adalah untuk mengangkatmu sebagai asisten pribadi Deny selama ia berada disini. Lupakan sekretaris, Deny ingin orang dalam perusahaan untuk menjadi asistennya. Meski sekretaris juga masih ikut campur."

"Jadi saya akan bertugas seperti apa Pak?" tanya Jenny.

Sungguh, ia benar-benar bingung, namun hal itu tak serta merta membuatnya hilang kesadaran. Jenny memang kaget, tapi ia ingin membiasakan diri. Baik mengkondisikan pikiran, hati dan otak. Lebih tepatnya belajar.

Deny tersenyum, lantas ia pun berucap, "pertanyaan bagus. Kamu akan bertugas sebagai asisten pada umumnya, menyiapkan keperluanku dan memberikan penjelasan apa saja yang ada dalam perusahaan ini." Sang empu tersenyum ramah.

Aish aneh.

Regi merasa tidak bisa diam. Ia harus melakukan sesuatu. Dalam pandangannya orang bernama Deny itu tengah menjebak sahabatnya.

"Bisa pilih orang yang lebih berpengalaman? Baik aku dan Jenny adalah karyawan baru," sunggut Regi tenang.

Orang tersebut tahu marah hanya akan memperburuk suasana. Untuk itu biar sisi tenang yang bertindak.

Senyum hangat Deny muncul. Calon kakak iparnya lumayan.

"Wah, calon Kakak ipar. Anda sangat jeli. Tapi ya, aku ingin bekerja dengan orang yang ku ingin. Soal pengetahuan atau sesuatu sejenis itu aku yakin orang pilihanku itu bisa menyesuaikan diri. Walau bagaimanapun aku tetap punya kok kualifikasi untuk orang pilihan."

Perkataan tuan Felixa sontak membuat Jenny mengerjap lamat-lamat. Sepertinya ada sesuatu yang tidak ia ketahui.

Ibarat ketinggalan kereta.

Kakak ipar...?

Ah tidak, maksudnya calon kakak ipar...?

"Jadi...?" Jenny spontan bertanya.

Gadis itu menatap Regianis bingung. Sepolos atau bahkan sebodoh apapun Jenny, ia tahu bahwa Regi tak hanya sebatas karyawan biasa. Pantas kemarin berani ngusir pak Gerand. Eh ternyata calon toh.

Sementara itu wajah Regianis memerah menahan kesal, sedangkan Gerand mengangkat sebelah alis. Pasti akan ada tontonan menarik sebentar lagi.

Sepemahaman Gerand, Regianis adalah tipe perempuan yang mudah terbawa emosi. Kecerdasan emosional perempuan itu kurang baik. Mungkin itu terjadi sebab ia merasa bisa melawan. Sayangnya tidak semua hal itu berakhir baik. Terlebih pakai kekerasan. Tidak elit.

"Aku akan menikah, kalau itu benar-benar terjadi dan bukan permainan. Aku pasti memberitahumu. Tapi kalau hanya permainan, aku tak ingin terlibat didalamnya. Begitupun kamu, Jenny," kata Regianis terang-terangan menyindir kedua orang yang tengah menatap remeh padanya.

Sesaat setelah Regi bicara begitu Deny pun langsung berdecak pelan. Bagaimana bisa orang itu malah bicara sesantai itu padahal yang Deny ingin adalah sesuatu yang lebih?

Seorang Deny Felixa kecewa berat.

Benar gak sih yang Gerand bilang bahwa Regianis kurang baik di sisi EQ?

Dasar pembohong.

"Ah astaga, kamu negatif thinking, calon kakak ipar."

Deny mengusap dada pelan. Mengisyaratkan ia terluka. Hal yang membuat Regianis rasanya ingin penggal kepala orang tersebut.

"Berhenti memanggilku begitu. Sekarang katakan apa kamu sama brengseknya seperti pak Gerand Yosefa? Sebab kalau dari wajah dan ekspresi, kalian mirip. Hanya ingin bermain dan menindas. Tak percaya cinta dan tulus. Kalau begitu hiduplah dengan rasa terbang tak berarti. Percayalah ke diri sendiri dan jangan menyusahkan orang lain."

Cukup lama diam, Gerand pun turut ikut campur ke pembicaraan. Regianis menjudge seseorang hanya dari sudut pandangnya. Lihat yang baik bisa tidak sih, walaupun sedikit.

"Bisa berhenti berpikiran negatif Regianis. Memangnya kamu siapa, peramal yang melihat masa depan seseorang. Atau cenayang yang bisa membaca pikiran? Ayolah, kamu hanya manusia biasa. Tolong jangan berlebihan."

Urat tangan Regianis yang mengepal terlihat. Walau begitu ia terlihat rileks seperti tak terjadi apa-apa sebelumnya.

"Saya bicara fakta Pak. Apa harus saya beber yang Anda lakukan terhadap saya. Saya sekretaris baru disini dan Anda sangat menjijikkan sampai saya rasanya ingin muntah," kata Regi dalam satu tarikan napas.

Yang Regi katakan sontak buat Deny tertawa. Hal yang perempuan itu katakan terasa mengena dan menggelikan secara bersamaan.

"Hahaha. Kita sedang bicara bisnis calon kakak ipar. Maaf ya kalau aku yang mulai duluan. Jadi nona Jenny, aku yakin kamu pasti setuju," kata Deny yang kali ini sudah beralih ke si target.

Tindakan lanjut Deny hanya tergantung persetujuan orang itu saja. Setelah itu tak ada lagi.

Tepat pada saat itu juga Deny pun menuangkan Vodka ke gelas kemudian meminumnya. Gerand pun melakukan hal sama.

Regi? Orang tersebut meremas kuat tangan Jenny yang tiba-tiba dingin. Ayolah, ia harus bisa melakukan sesuatu untuk mengatasi hal ini.

Jenny pun menatap Regianis seolah-olah bilang 'bagaimana, apa yang harus ku lakukan?'

Regianis seolah-olah bilag 'jangan terima. Aku pasti akan membantumu nanti.' itulah responnya.

Regianis hanya tersenyum setengah memaksa saat Jenny bergetar dalam genggaman tangannya.

Demam mendadakkah?

"Jawaban Anda, nona Jenny?"

Sekarang yang bicara adalah Gerand bukan Deny. Sebab orang tersebut tengah sibuk makan. Perihal makanan pun bisa mengambil alih pikiran lelaki itu sama seperti perempuan. Walaupun perempuan lebih banyak. Tapi ya biar ada kesan yang tak terlalu kentara ia seorang penjebak, maka dari itu Deny akan fokus ke kegiatan makan.

Kalau ia terburu-buru yang ada malah bawa dampak buruk.

Regianis masih menggenggam erat tangan Jenny saat orang itu mulai bicara. Baru bertemu sebentar dengannya gadis malang ini harus mengalami hal yang sulit. Secara tak langsung Regianis yang memancing 'predator' tersebut ambil langkah.

Regi tentu merasa bersalah ke sang sahabat. Walau bagaimanapun jika bisa ia ingin melindungi Jenny dari permainan gila orang brengsek. Cukup ia sendiri yang terlibat, tidak dengan Jenny. Ia tak salah!

Jawaban apa yang Jenny berikan?

***

"Apa yang kamu lakukan tadi?" tanya Regianis terlihat kecewa pada keputusan Jenny.

Ibarat lihat nilai mata pelajaran termudah kecil. 10 contohnya. Wah terlalu miris.

Ayolah, Jenny menerima tawaran pekerjaan yang ditawarkan oleh orang brengsek Deny Felixia.

Tidak adakah sesuatu yang lebih buruk daripada itu!?

Regi kesal bukan main.

Jenny saking terlalu polos gak sadar kalau Deny brengsek?

"Aku tidak terlalu bodoh Regianis. Aku pun punya pikiran sendiri sampai memutuskan ambil tawaran tersebut. Gimana kalau kita kerjasama, kamu pun tidak ingin kalah, kan?"

Regi spontan bungkam oleh perkataan Jenny. Tapi ya, bagaimana mereka malah terlibat ke hal seperti ini?

Jenny sudah hilang akal?

Kemana sifat pun polosnya?

"Sekarang bukan permainan Jenny. Kamu ingin mati ya, orang yang kita lawan itu setara dengan predator. You hear me?" kata Regianis yang secara alamiah mengusap kepala kuat-kuat.

Perempuan itu pusing harus melakukan hal seperti apa. Hell no, mereka terjebak situasi merepotkan?

Why?

Dosa besarkah yang membuat itu terjadi?

Dosa yang bagaimana, biar Regianis tebus dengan hal lain.

*****