Chereads / Devil CEO and Stronger Girl / Chapter 10 - 10 Pertemuan

Chapter 10 - 10 Pertemuan

Jenny tidak mengalami kesulitan sebab ia pakai celana bukan rok.

Perkataan tersebut membuat Regi teringat dengan semua hal yang menimpanya. Perbuatan buruk Gerand berputar-putar. Ibarat kaset rusak yang tak tahu kapan berhenti.

Selanjutnya, akankah orang gila yang menjabat sebagai atasannya itu melakukan yang ia mau?

Istri dadakan?

Menikah, sejujurnya Regi belum siap. Di usianya yang masih 21 tahun. Terlalu cepat. Sama sekali tak pernah terbersit di pikiran untuk menikah muda.

Hidup dan perjalanan Regi masih panjang. Banyak hal yang belum ia capai.

Eh harus jadi istri orang?

Mana kaya dan berpangkat lagi.

Regi benar-benar akan menikah?

"Oke," kata Regi datar.

Sekarang ia sudah kembali pada mode dingin, tidak ada lagi wajah ramah dan nada ceria yang terpancar dari perempuan tersebut.

Kesal.

Saat keduanya sampai, hal pertama yang mereka lihat adalah gedung perusahaan. Tentu, kalau bukan itu lantas apalagi?

Tanpa membuang waktu keduanya pun memasuki kantor.

Saat tiba Regianis dan Jenny merasa karyawan lain menatap mereka aneh. Why, ada yang salah?

Hari ini Regi tak datang cepat seperti kemarin sebab berkunjung ke rumah Jenny. Setelah itu ia juga harus menunggu perempuan itu menyiapkan kue.

Alhasil datang tidak terlalu cepat. Stabil, seperti jadwal orang kantoran pada umumnya.

Walau begitu sekarang masih termasuk pagi, buktinya baru satu sampai dua karyawan yang mereka temui sepanjang perjalanan.

"Apa hanya perasaanku, atau karyawan lain menatap kita aneh?" tanya Jenny dengan berbisik.

Khawatir oleh cara karyawan melihat mereka. Kejadian kemarin sudah trending topikkah?

Wouh cepat.

"Bukan perasaanmu, tapi memang begitulah adanya."

"What!"

Jenny panik, jadi beneran!?

"Sstt. Pelankan suaramu," ujar Regi.

Ia spontan menutup mulut sahabatnya tersebut.

Orang itu terlalu polos hingga sering kelepasan. Ya, kira-kira begitulah. Bikin repot.

"Ah iya, maaf."

Saat sampai di lift keduanya pasti sudah akan berpisah. Hal tersebut tak terjadi saat Regi melihat seseorang tengah menatap lurus pada mereka.

Orang yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Who?

Selain itu laki-laki, bagaimana Regi tak berpikir macam-macam saat seseorang itu terlihat seperti akan menelan ia dan Jenny hidup-hidup. Mana tersenyum lebar bak orang bodoh, senyum yang sangat menjijikkan bagi Regianis.

Sementara itu Jenny hanya mengerjapkan mata lamat-lamat. Hah pasti mode anak kecil.

Orang dihadapan mereka berwajah blesteran.

"Selamat pagi."

"Pagi," kata Regianis singkat kemudian menyuruh Jenny ke ruangan divisi manajemen.

"Pergilah ke ruanganmu. Selamat bekerja."

"Oh, kamu juga selamat bekerja," ujar Jenny kemudian meninggalkan tempat tersebut.

Tak takut sih, cuman kepengen pergi aja.

Saat melewati seseorang yang sempat menatap mereka tadi, Jenny menundukkan kepala kemudian tersenyum sedikit, mengisyaratkan bahwa ia izin.

Orang sopan memang begitu.

"Wah, baru kali ini ada yang pergi meninggalkanku tanpa kenalan," gumam Deny. Tangan bertengger di dada seolah-olah mengisyaratkan ada rasa sakit di sana.

Hah, tega.

Biasanya setiap perempuan yang ia temui akan bertingkah seperti cacing kepanasan. Minimal cari perhatian biar kenal satu sama lain. Bisa dengan menggoda ataupun menunjukkan sifat anggun.

Atau yang lebih parah lagi langsung mengajak 'bermain.'

Sedangkan sekarang ia dapatkan hanyalah kepala menunduk hormat dan sikap sopan saja.

Kurang!

Regianis pun beranjak meninggalkan Deny. Berbeda dengan Jenny, orang itu tak tersenyum sedikitpun.

Ia hanya mengatakan 'permisi' kemudian langsung ke ruangannya. Hanya itu.

"Ah... seleramu sangat menantang, Gerand. Begitu juga denganku."

Barang, itulah yang tengah Deny pikirkan. Perempuan hanyalah sebuah barang yang saat tak perlu tinggal ia buang.

Pernah beberapa kali Deny terkena karma dan amukan oleh perbuatannya itu. Sayangnya dengan kekuasaan, semua bisa berhenti tanpa ia harus bersusah payah.

Perempuan sangatlah merepotkan.

"Gadis manis, waiting me," kata Deny sambil menyeringai.

Hari ini akan ia pastikan setidaknya berkenalan dengan mangsa baru.

Semua hal menyenangkan akan dimulai dari sekarang. Look, akan ada banyak hal yang terjadi.

Permainan yang menyenangkan selalu bisa membuat orang brengsek seperti Gerand dan Deny bergairah. Tak ada hal yang lebih menyenangkan selain bermain perempuan.

Deny sangat senang, dan tidak sabar untuk permainan dengan gadis manis.

Harus.

"Gerand, ayo mulai. Aku dikacangin lho. Sakit."

Sang empu bersmirk.

*****

"Apa maksud Anda, Pak?" Regianis bertanya tanpa melihat ke sang atasan.

Rasanya ingin ngamuk tapi terhalang sesuatu.

Tepat dihadapannya ada seseorang yang ia lihat bersama Jenny.

Gerand sudah memperkenalkan orang tersebut sebagai saudara sepupu. Yang membuat Regi berbicara begitu adalah, bagaimana bisa kedua orang yang menjabat sebagai CEO itu nyuruh ia ikut permainan gila yang keduanya mainkan?

Tak akan lama Jenny akan datang ke tempat ini.

Lalu Regianis hanya perlu diam dan bersikap sewajarnya saja saat kedua orang ini ngomong panjang lebar?

Iya kalau pembicaraan dan perbuatan mereka wajar dan tak mengandung unsur kegilaan. Tanpa disuruh pun Regi pasti diam, duduk manis dan terlihat santai. Tak ada asalan baginya mencampuri urusan kedua orang tersebut.

Akan tetapi bahkan berbeda. Orang-orang itu buat darah naik.

"Tidak ada, kami ingin kamu diam, apa itu kurang jelas?"

"Apa yang akan kalian lakukan?" tanya Regi. Manik indah orang tersebut memicing.

Pertanyaan tersebut tak dapat jawaban saat sudah lebih dahulu terdengar suara ketukan pintu.

Regi spontan meringis dan tangan terkepal kuat ketika dengar suara ketukan pintu. Pastim Jenny dengan semua sifat yang ada padanya.

Polos buat orang sulit. Percayalah. Terlebih 'lawan' mereka adalah orang kejam model Gerand dan Deny.

Mungkinkah bilang soal pernikahan?

Atau sesuatu yang lebih buruk?

"Selamat siang, Pak."

Regianis hanya tersenyum setengah memaksa. Sikap sopan Jenny patut diacungi jempol. Hanya saja kondisinya tak relevan ditujukan pada kedua orang brengsek yang sialnya berkedudukan tinggi.

Apa tidak ada yang bisa orang berkedudukan tinggi tersebut lakukan selain menindas yang lemah dan berada di posisi bawah?

Like... dermawan?

Hah...

"Selamat siang. Silahkan duduk nona Jenny."

"Dasar gila."

Itulah yang ada dalam pikiran Regianis.

Seperti yang sang atasan bilang, Jenny pun duduk pada salah satu kursi yang sudah terdapat beberapa macam makanan dan minuman.

Salah satunya minuman mengandung alkohol. Regi spontan l meringis tertahan lihat jenis minuman tersebut. Apalagi kalau bukan Vodka.

Sungguh, minuman satu itu adalah jenis hal ekstrem untuk orang lurus seperti Regianis maupun Jenny.

Auto hilang kesadaran.

"Silahkan makan nona Jenny. Kita akan bicara santai."

Gerand spontan memutar mata malas. Apa yang Deny ucapkan terlalu 'menggelitik' dalam pendengarannya.

"Oh saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu. Kenalkan nama saya Deny Felixa. Pemilik Felixa Corp yang bertempat di Amerika. Rencananya saya akan menjalin hubungan kerjasama dengan perusahaan ini. Saya juga adik sepupu tuan Yosefa."

Regianis menatap jengah orang yang bicara itu, ini sudah kedua kalinya ia mendengar hal tersebut. Lalu masih sama seperti yang sudah-sudah, wajah sok berkuasa orang itu tak hilang sedikitpun.

Wajah yang seakan-akan bilang ia memiliki kekuasaan dan bisa melakukan apapun.

Tak ada respon. Hal itu tiba-tiba membuat Deny tertawa tertahan. Niatnya sih ingin memecah keheningan namun hal itu malah membuat situasi tak mengenakkan semakin terasa. Excited.

Ayolah, Deny ngomong sama manusia atau patung?

Dasar menyebalkan.

*****