Chereads / Devil CEO and Stronger Girl / Chapter 8 - 08 Two Evil

Chapter 8 - 08 Two Evil

"Looking good. Oke, ayo lakukan."

Semangat Deny menggelora. Jarang-jarang dua bisa main-main dengan Gerand lagi. Itu adalah momen langka.

"Em... aku dapat yang bagus, kan?" Deny bertanya sambil menyeruput kopi.

Alis naik turun menikmati cita rasa minuman. Selain itu ia cuman nangguk. Enak banget kopinya. Selain pencinta perempuan, Deny juga penikmat kopi. Aish, sayang bukan vodka, kalau jenis itu pasti lebih menantang.

Deny terlihat sangat santai, senyum terpatri indah di bibir. Bersikap bak dewa Apollo yang tengah minum anggur. Bisa bayangin betapa ia sangat menawan?

Ketika bicara soal perempuan, hal tersebut selalu berefek ke presdir muda Deny Felixa. Ia terbang dan bahagia walau hidup tanpa jodoh. Belum ketemu saja, nanti bakal dapat kok.

Deny suka bermain perempuan. Sebatas bermain. Play the game. Only it.

Kebiasaan tersebut sangat sulit ia tinggalkan. Kemanapun kali melangkah, ya akan terus ikut. Hidup seorang Deny Felixa hanya tentang bermain dan bersenang-senang.

Gerand terkekeh, ia suka dengan sikap Deny. Cepat tanggap itu lho. Lebih-lebih mereka sepemikiran. Gerand ketuk-ketuk tangan di meja. Ia tatap Deny intens.

"Tergantung nasibmu. Teman Regi memang kurang wow, namun ia tak mudah, dia termasuk orang yang berhati-hati. Tenang... kalau kau beruntung, silakan, ingin seks panas pun aku tak peduli. Care ke perempuan yang bukan targetku bukanlah hal menarik."

Gerand angkat bahu cuek setelahnya menyesap kopi. Ia pencinta segala jenis minuman. Lebih-lebih yang buat tak sadarkan diri. Tingkat toleransi alkohol Gerand bagus, dua botol Vodka, orang tersebut masih terlihat baik.

Tidak wow, selera Redis dan Deby tak jauh beda. Kalau gitu agak berkurang sedikit tingkat semangat Deny. The fucking world.

"Hahaha benar. Kamu tidak harus berindak dan terlibat jauh. Biar aku yang urus. Kalau kamu terlihat, yang ada lama-kelamaan kamu tertarik ke gadis polos itu. Baik kau atau aku sama-sama serakah dan brengsek," kata Deny, tertawa datar.

Orang itu bisa bertingkah seperti apapun. Terlebih lagi terkait hal yang dia suka. Gadis polos membawa banyak perubahan besar untuk Deny.

Menantang, biasanya kan dapat yang hot-hot terus. Pasti menggairahkan bermain gadis polos. Deny sudah tak sabar untuk itu.

"Tenang, aku sudah punya target sendiri. Hanya saja jangan marah, untuk kali ini kita harus berbagi. Aku punya rencana agar gadis sok itu hancur."

Deny berdecak sebal. Ia tahu persis isi pikiran sang kakak sepupu. Otak Deny tersetel peka terhadap hal-hal berbau pikiran Gerand. Yang buru-buru, Deny paham benar.

"Melalui temannya. Hei c'mon, kau tidak boleh. Sportif dong. Sudah ditawarin kepadaku sekarang malah nyuruh berbagi. Oh God, yang benar sedikit?" Deny menggerutu sambil memajukan bibir.

Mirip bebek. Imut, namun yang ada Gerand ingin muntah. Enek lihat ekspresi menggelikan sepupunya tersebut.

Sekarang Deny cemberut bak anak kecil. Penampilan polos itu sangat menjijikkan untuk Gerand. Kalau bersikap begitu, tentulah secara tak langsung mengundang Gerand untuk lempar berkas di dekatnya ke Deby.

Makan tuh berkas.

Sadar Deny Felixa!

Sok imut, cih!

Lemparan tersebut tepat mengenai wajah Deny.

Tak terhindarkan, suara orang khas dipukul pun terdengar. Padahal lemparan lho, bukan pukulan telak di wajah.

Deny mengumpat, yang sialnya pun hanya tenggelam sebatas di otaknya saja.

"Dasar tidak punya perasaan. Cepat, sini aku lihat data perempuan bernama Jenny itu. Dari namanya sih lumayanlah, tapi aku masih belum mengenal orangnya. Awas ya Gerand, kalau kau menawarkan perempuan super jelek yang tidak bermutu. Walaupun aku hanya bermain, tetap saja aku punya standar."

Deny mengoceh sambil tatap lurus orang yang menatapnya. Ekspresi awal masih dipakai. Tak pernah luntur.

Toh mau gimanapun ia tetap imut kok. Cover yang menipu.

"Lihat file yang aku lempar. Dia karyawan baru sama seperti Regi. Data Regi juga ada. Ku peringatkan untuk tidak mengganggu targetku."

Boleh gak di tampol?

Udah geregetan nih Deny. Ah tidak, yang ada Deny dapat serangan balik. Serangan tersebut tidak main-main. Bisa jadi r.i.p bertulis Deny Felixa.

Hahaha, lupakan, itu terlalu berlebih.

"Ck. Kalau wanita yang dia tawar ke aku, minta berbagi. Giliran targetnya gak boleh dilirik. Defenisi sepupu lucknut." Deny mencibir Gerand. Mulut maju beberapa centimeter.

Kalau diukir mungkin sampai tuh sekitar 3 centi.

"Jangan khawatir, si Regi itu tetaplah milikmu. Hanya saja maaf, aku akan balas kalau kau mempermainkanku. Aku bukan orang bodoh," celoteh Deny melihat-lihat file yang dilempar kakak sepupunya tersebut.

Mengancam, bicara jahat dan kasar sering keluar dari mulut seorang Deny Felixa. Cuman, kalau soal takut, Deny serius memang takut dan segan terhadap saudara sepupunya.

But hey, saat berhubungan ke perempuan semuanya jadi tak berlaku.

Deny tak akan tinggal diam. Jadi beda lagi dong ceritanya.

Ada banyak hal yang bisa dilakukan Deny Felixa, meski itu menyangkut sepupunya sekalipun.

Deny terus bertindak walau dengan tindakan tak terduga sekalipun.

Ini tentang sesama lelaki.

"Wow, kamu gila, tuan Gerand Yosefa. Wanita jelek seperti ini kau tawarkan padaku?" tanya Deny, menatap tak percaya.

Jangankan sesuai selera, foto yang ia lihat sangat jauh di bawah standar.

Gerand pasti sudah gila menawarkan orang model begituan kepadanya.

Lihat saja Deny ilfeel, apalagi kalau jadi target. Cih!

Terlihat enggan sebab semangat turun, ujung-ujungnya Deny tetap menyingkap lembar berikutnya. Penasaran ke visual gadis pilihan Gerand. Saat sampai di halaman berkualitas, Deny pun langsung terpaku ke sebuah foto yang ia lihat. Bukan foto Regianis target Gerand, akan tetapi masih orang yang sama, yaitu Jenny, wanita pertama yang Deny lihat.

Sebuah foto tanpa menggunakan kacamata tebal dan penampilan berbeda. Meski hanya pakai baju kasual, namun tetap saja, buat segalanya berubah. Kalau di persenkan, kira-kira 50%.

Penampilan perempuan itu berbalik 180°. Padahal baru setengah persen. Belum pakai the power of make up.

"Apa kau sudah selesai berbicara?"

Glek, Deny menelan ludah.

"Wait, aku ingin lihat Regi dulu. Siapa nama aslinya?" tanya Deny sambil mencari foto lain.

"Regianis," jawab Gerand, memakan satu potong kue.

Dia hanya menatap santai Deny yang sedang fokus pada aktivitas sendiri.

Gerand tersenyum remeh lihat ekspresi kaget orang tersebut. Berbanding terbalik dari ekspresi awal. Sok nolak. Cih.

"Seleramu tidak berubah. Walaupun untuk orang miskin. Lumayan," kata Deny yang masih melihat file.

Sedangkan Gerand hanya tersenyum remeh Adik sepupunya enggan mengakui apa yang ia lihat.

Jenny dan Regi adalah perempuan langka yang tampil sederhana. Kerenanyalah, saat dipoles sedikit, akan terlihat yang tidak pernah terbayangkan.

Inner beauty terpancar jelas. Soal harta, terkhusus target sekarang Gerand ingin fokus ke sifat yang buat adrenalin tertantang.

Transformasi.

"Oke, ku anggap yang tadi sebagai persetujuan. Kau juga harus setuju berbagi dibagian lebih awal. Menurutku Jenny tidak terlalu menarik."

Ucapan spontan Gerand membuat Deny langsung menatapnya. Gak harus menunggu waktu lama orang itu pun berucap. Gak enak kalau yang begituan.

Cih, tak menarik, terjebak baru tahu rasa.

Deny berdecak, ia hanya tatap kesal Gerand.

"Aku tidak suka berbagi, my lord Gerand Yosefa. Kamu yang menawarkan, tanpa perantara atau bantuanmu, aku akan tetap memiliki gadis yang tak bersalah ini."

Serius, Deny tidak suka berbagi. Tolong dengan sangat. Bersikaplah sesuai hidup realistis.

*****