Chereads / Devil CEO and Stronger Girl / Chapter 7 - Tawaran Permainan

Chapter 7 - Tawaran Permainan

"What!" ujar Gerand tidak percaya.

Gerand Yosefa disuruh berkenalan dengan seseorang yang tidak pernah ia pikir sebelumnya. Anak teman sang ibu.

Praktik terlarang jodoh menjodoh, Gerand pikir itulah yang terjadi. Ah tidak, orangtua Gerand sebatas memperkenalkan setelahnya membiasakan diri satu sama lain.

So, masih termasuk jodoh?

Selama ini orangtua Gerand tak pernah menyinggung soal pernikahan atau semacamnya.

Lalu tiba-tiba sekarang Gerand disuruh berkenalan dengan wanita?

It's so funny.

Yang lebih menyebalkan lagi adalah orang yang bertanggung jawab atas perjodohan tersebut si brengsek Deny Felixa, yang tidak lain dan tidak bukan sepupunya sendiri.

Orang itu muda dua tahun dari Gerand.

Orang brengsek itu mana beres soal perempuan.

Menurut informasi yang Gerand dapat dari ibunya, perempuan yang bertemu ia adalah teman Deny.

Gila. Itulah yang memenuhi pikiran Gerand.

Siapa yang masih pakai perjodohan di zaman 4.0?

Sekarang serba canggih!

Toh papa dan mama Gerand mengelak saat Gerand nyingung soal nikah. Lalu tiba-tiba disuruh kenal-kenalan?

Sial, Gerand tak mungkin terjebak keadaan rumit dan gila?

Ia masih muda, banyak kok yang tertarik dengannya tanpa harus dijodohin.

Sedetik kemudian senyuman pun muncul. Jika orangtuanya ingin ia bertemu seorang perempuan atau bahkan menikah, Gerand sudah mendapatkan orang yang tepat.

Ia bebas.

"Tidak perlu repot Ma, Pa. Kalau soal pacar, bahkan istri, Gerand sudah punya orang yang cocok. Mau Gerand perkenalkan?" Gerand bertanya, menatap lurus ke arah orangtua yang sialnya bikin tensi darah naik sekaligus sepupunya yang sedang menatap aneh.

Of course, Deny selalu jadi keponakan baik. Berlagak sok polos sambil menatap jijik, apalagi kalau bukan puppy eyes. Tak sadar umur!

Dalam otak briliant Deny, kok Gerand bisa sebut kalimat sakral 'istri?'

Bagaimana orang brengsek menyebut hal tabu?

Deny pikir Gerand akan betah menjomblo sampai umur 40 tahun.

Bukankah perempuan sama, sebagai kepuasan.

Game over.

Eh tiba-tiba bajingan itu bicara soal calon istri?

Itu adalah hal teraneh dan paling gila yang pernah Deny dengar.

It's oke, kalimat perjodohan pun termasuk gila. Deny pun berpikir seperti Gerand. Akan tetapi yang lebih gila adalah Gerand Yosefa memiliki 'itu...?'

Itu..., calon istri?

Hebat!

"Wanita, calon istri!?" ucap Deny tanpa sadar.

Reaksi tersebut langsung dapat tatapan mematikan dari Gerand sehingga ia langsung terdiam.

Serem benget sih.

Banyak hal yang harus digarisbawahi, salah satunya adalah Deny Felixia takut kepada kakak sepupunya tersebut. Jadi ya begitulah.

"Apa maksudmu Gerand. Wanita, who, apakah dia berasal dari keluarga baik-baik?"

Gerand sangat ingin berdecak, alih-alih tak boleh ia respon negatif, yang ada berganti senyum ramah. Harus baik terhadap kepala keluarga Yosefa kalau gak mau dipanggang.

"Of course. Bukan hanya berasal dari keluarga baik tetapi pacarku juga orang yang berpendidikan. Cerdas dan cantik."

Deny melotot. Ia tak salah dengar, Gerand bicara lembut kok perutnya bergejolak?

Rasanya seperti ada sesuatu yang ingin keluar.

Entah kenapa tiba-tiba mual. Deny ingin muntah dengar Gerand yang brengsek bicara lembut!

Sejak kapan Gerand Yosefa bersikap seperti itu?

Ouh pencitraan.

"Tolong tenang, Deny," seloroh Gerand menyenggol lengan sepupu kurang ajarnya.

Harus di servis biar otaknya agak waras.

Serius, orang itu memperburuk keadaan. Wajah sok polos, cih!

"Oke, abaikan aku. Silakan lanjut."

Setelah mengatakan itu Deny pun langsung mengambil kopinya lalu menyesap minuman tersebut. Kalau dapat peringatan Deny jadi anak baik dalam sekejap.

Pasti repot kalau Gerand marah.

Itu terlihat semacam monster mencabik habis tubuh korbannya!

"Jawab pertanyaan Papa, Gerand."

Kali ini yang berbicara adalah nonya Yosefa. Orangtua satu itu tengah menatap lurus anak satu-satunya tersebut.

Jangan sampai Gerand hanya beralasan agar tak bertemu putri rekan bisnis keluarga mereka.

"Gerand akan membawanya besok malam, Pa, Ma. Tenanglah, pilihan Gerand yang terbaik. Nama wanita itu Regianis. Dia yatim piatu dan hidup mandiri setelah lulus universitas ternama. dia pemegang sabuk hitam karate. Regi bekerja sebagai sekretaris Gerand."

"Bukankah orang itu pengganti sekretaris. Kamu percaya wanita secepat itu, Gerand? Kalian belum lama berkenalan. Apa kamu ingin berpura-pura menikah untuk lepas?" tanya nonya Yosefa.

Sementara itu Gerand hanya menatap lurus dan meminum kopi. Terlihat tenang agar tak mencolok. Lain lagi dengan Deny yang tanpa sadar menggaruk kepala.

Gak gatal lho, cuman mau biar ada kerjaan walau aneh.

Sekarang lebih buruk dari yang ia bayangkan sebelumnya.

Padahal kan lebih baik ikut yang paman dan bibi mau. Kenalan. Nah semisal gak cocok baru cari celah untuk lepas. Lagipula belum tentu mereka akan menikah.

Catat dan ingat. Yang terjadi bukanlah praktik jodohan. Hanya untuk memperkenalkan Gerand kepada seorang wanita. Only it.

Bisa lolos kok.

Ya..., meski ujung-ujungnya akan kearah 'itu' juga sih.

But calm down, keputusan akhir tetap di tangan Gerand. Jika orang itu merasa tidak cocok maka ia boleh menolak.

It's freedom life.

Deny jadi penasaran ke orang yang membuat Gerand bisa mengucap kalimat 'calon istri'.

Apakah orang itu cantik dan hot?l

But never mind, teman yang akan Deny kenalkan adalah seseorang yang setara model papan atas. Jika Deny menunjukkan foto orang itu, Gerand pasti akan jatuh cinta pada pandangan pertama.

Langsung klepek-klepek bak ikan diangkat ke darat.

Sayangnya, belum sempat Deny berucap, Gerand sudah lebih dulu 'ngamuk' pakai style berkelas.

Kalimat semi puitis keluar tanpa celah dari seorang Gerand Yosefa.

"Gerand tahu orang seperti apa yang akan Gerand dinikahi Pa, Ma. Kalau tidak percaya lihat besok malam, Gerand pastikan setelah lihat orang itu kalian langsung setuju," ujar Gerand.

Lengkap dengan aura percaya diri yang tak terukur. Jelaslah, kalau ingin ukur pakai alat apa?

Family Yosefa mengangguk kemudian lanjut ke ancara inti. Beranjak ke kamar masing-masing setelah diskusi tentang bisnis. Seperti biasa, apapun akan berakhir soal bisnis.

Tak lama setelah itu nonya dan tuan Yosefa pergi menyisakan dua saudara sepupu tersebut.

Deny yang kepo sudah diujung tanduk berucap ke Gerand. Kali ini dia tidak bisa diam. Bahkan walau itu sampai membuat sepupunya kesal.

Yang dia bicarakan serius, no playing.

"So, kamu akan menikah, Kakak?"

"Panggil aku seperti biasa Mr Felixa, jangan pakai Kakak. Aku jijik mendengarnya," ucap Gerand malas.

Right, biasanya Deny langsung sebut Gerand tanpa embel-embel hormat. Justru saat Gerand dengar pria itu menyebut 'kakak', Gerand jijik.

"Oke Gerand. Aku sedang tidak mood main-main jadi langsung biar cepat. Siapa orang beruntung dan malang yang nyangkut di hatimu. Oh forget it, tidak ada yang namanya nikah kontrak, kan?" tanya Deny sambil menatap lurus ke arah sepupunya tersebut.

Terlihat jelas ia butuh jawaban secepatnya.

"Orang itu sudah lama jadi incaranku. Bukan nikah kontrak. Regianis terlalu sulit jadi target hal-hal berbau kontrak. Cerdas dan bisa bela diri bukan sesuatu yang mudah."

Senyum manis setengah paksa Deny membuat Gerand rasanya ingin menenggelamkan orang tersebut. Sial sekali sih dapat sepupu model orang seperti Deny.

"Wow. Jadi kamu terjebak, tolong jangan bilang kamu kalah oleh senjata sendiri. Itu menyedihkan."

Deny tampak meringis. Ironis lho, karma baru datang sekarang. Kenapa gak dari dulu-dulu aja?

Senjata makan tuan.

Aish, Gerand Yosefa bukanlah orang lemah sehingga mudah takluk oleh wanita.

Itu keharusan dan hal mutlak.

"Ingin bermain denganku, Deny?"

Si empu hanya mengangkat alis saat dengar Gerand berucap. Hey, jangan lupa wajah smirk.

Game, Deny selalu bersemangat soal hal-hal itu.

"Kedengarannya menarik, Kak. Kalau gitu aku pasti akan bergabung."

Detik berikutnya, senyum miring muncul di wajah kedua orang tersebut.

Sudah sealiran, seotak, sepemikiran lagi.

Menarik.

Kita lihat duet maut antara dua orang sepupu yang memiliki sifat tak jauh beda.

Hal seperti apakah dalam otak jahat tersebut?

*****