"Kakak..." Dengan nada gemetar, Tangtang berseru ketakutan. Ia langsung berbalik dan lari menuju Mo Heng. Badannya gemetaran, menunjukkan bahwa ia benar-benar ketakutan.
Mo Heng juga terkejut dengan kata-kata Gu Tingwei. Ia segera menggendong Tangtang, membenamkan kepala gadis kecil itu dalam pelukannya. Tangan besarnya Mo Heng menepuk-nepuk punggung Tangtang untuk menenangkan emosinya.
Yu Jiaojiao panik, "Bukan, Weiwei tidak bermaksud apa-apa!"
Sekarang, Yu Jiaojiao sungguh menyesal! Jika tahu kejadian seperti ini akan terjadi, ia pasti tidak akan berbohong tentang putri duyung kepada Gu Tingwei!
Wajah Yu Jiaojiao memerah, dengan panik ia menjelaskan, "Bukan seperti itu, maksud Gu Tingwei sebenarnya adalah... Apa Tangtang bisa menjadi istrinya…"
Mo Heng dan Tangtang terdiam. Bahkan Gu Tingwei pun terdiam. Ketiganya menunjukkan wajah bingung secara bersamaan.
"Ini semua salahku, saat Weiwei masih kecil, aku selalu menakutinya bahwa ia hanya bisa menikahi putri duyung! Mungkin saat melihat Tangtang yang imut dan cantik, Weiwei ingin menikah dengan Tangtang…" Yu Jiaojiao menjelaskan.
Sambil tersenyum canggung ia melanjutkan, "Ini adalah cara Weiwei mengungkapkan perasaan sukanya."
'Tidak mungkin Gu Tingwei benar-benar mengira Tangtang sebagai putri duyung kan?' batin Yu Jiaojiao.
Setelah mendengar penjelasan itu, Mo Heng menghelakan napas lega. Ia berkata dalam hati, 'Ya jelaslah! Seorang anak kecil mana mungkin bisa tahu bahwa Tangtang adalah putri duyung!'
Yu Jiaojiao meminta maaf, "Aku benar-benar minta maaf telah membuat Tantang takut. Anakku Weiwei jarang berkomunikasi dengan orang, makanya…"
Yu Jiaojiao melanjutkan kata-katanya dalam hati, 'Sering membuat salah paham!'
Mo Heng menjawab, "Tidak apa-apa, Weiwei masih kecil, kata-katanya itu normal kok. Tangtang juga sering berbicara sembarangan."
'Gu Tingwei tidak mahir bersosialisasi, maka ia juga tidak akan menyadari perbedaan Tangtang.' Saat memikirkan hal itu, tiba-tiba Mo Heng merasakan gerakan di lehernya.
Tangtang memeluk lehernya, menggerakkan mulut kecilnya ke arah telinga Mo Heng. Dengan nada pelan ia bertanya, "Kakak, isteli?"
Mo Heng tahu Tangtang masih belum mengerti apa maksud dari kata istri. Ia kemudian mengetuk ujung hidung Tangtang dengan jarinya dan menjawab, "Maksudnya adalah orang yang sangat dekat. Berarti Kakak itu sangat menyukai Tangtang."
Anak kecil itu masih sangat polos. Mo Heng takut Tangtang tidak akan mengerti jika ia menjelaskan hal itu terlalu dalam.
Kaki Tangtang menendang-nendang di udara dan sekali lagi membenamkan kepalanya di leher Mo Heng, tidak ingin melihat ke arah lain.
Pada saat itu, Guru Zhou akhirnya datang dengan membawa buku pelajaran di tangannya. "Oh, kedua pihak orang tua sudah saling bertemu?"
Guru Zhou mengenakan setelan abu-abu polos dengan dandanan tipis di wajahnya. Ia juga memakai kacamata tanpa bingkai, membuatnya terlihat sangat bisa diandalkan.
Mo Heng menepuk punggung Tangtang dan mengatakan, "Tangtang, gurumu sudah datang, mari kita sapa!"
Tangtang mengangkat kepalanya dan melihat Guru Zhou. "Selamat pagi, Gulu!"
Guru Zhou tersenyum. Ia melihat Tangtang dan berpikir, 'Anak ini memiliki mata yang berkilauan, jernih seperti air laut, dan terlihat begitu polos.'
"Tangtang sudah umur berapa?" tanya Guru Zhou.
Tangtang membuka mulutnya dan ingin menjawab, tapi tiba-tiba ia teringat akan keberadaan Gu Tingwei dan segera menutup mulut sendiri dengan tangan.
Sebenarnya, Tangtang sekarang sudah berumur seratus tahun. Namun ia masih seekor duyung kecil.
Mo Heng membantu menjawab, "Tiga tahun."
Guru Zhou menganggukkan kepalanya dan menasihati Mo Heng, "Lain kali, tolong biarkan Tangtang menjawab sendiri."
'Memang benar, Guru Zhou sangat ketat dan keras.' pikir Mo Heng.
Guru Zhou melihat jam tangan, "Waktunya belajar! Kedua orang tua bisa beristirahat di luar, kelas akan dimulai sekarang."
Mo Heng menurunkan Tangtang. "Tangtang baik-baik ya, dengarkan kata Guru!"
Tangtang diam-diam melirik ke arah Gu Tingwei. Ia mencengkeram celana Mo Heng dengan kuat, tidak ingin Kakaknya itu pergi.
Mo Heng berjongkok kemudian berbisik di telinga Tangtang, "Tangtang jangan takut! Kakak itu sangat menyukai Tangtang, dia tidak tahu kamu adalah putri duyung."
Namun, Tangtang tetap merasa takut. Ia memiliki firasat bahwa Gu Tingwei sudah mengetahui identitas aslinya…
"Tangtang harus jadi anak baik, belajar sama Guru dengan baik ya!" Gu Tingwei menyentuh kepala Tangtang. Ia menarik Tangtang dari kaki Mo Heng dan menyerahkannya kepada Guru Zhou.