Guru Zhou memeluk Tangtang yang gugup. "Tangtang, ayo bilang bye-bye ke Kakak."
Dengan mata yang diselimuti air mata, gadis kecil itu berkata kepada Mo Heng, "Kakak, bye-bye..."
Pelatih Zhou memeluk Tangtang menuju ruang VIP.
Yu Jiaojiao melihat Tangtang dan tiba-tiba merasa kasihan dengan gadis kecil yang sekelas dengan Gu Tingwei itu.
Namun beberapa detik kemudian, ia terbangun dari pikirannya dan segera menggelengkan kepalanya.
'Lagipula anakku juga tidak makan orang, kok!' batin Yu Jiaojiao.
***
Di dalam ruang VIP yang biasanya hanya ada satu set meja dan kursi, untuk menyambut kedatangan Tangtang maka Guru Zhou memesankan satu set meja dan kursi yang baru.
Gu Tingwei mengikuti dari belakang Guru Zhou. Saat melihat set meja dan kursi bermotif Hello Kitty diletakkan bersebelahan dengan meja dan kursinya yang hitam polos, alis matanya segera mengerut.
'Untung bukan aku yang harus duduk di sana!' batin Gu Tingwei.
Gu Tingwei mengangkat kepalanya dan melihat Tangtang yang masih berada di pelukan Guru Zhou.
Lagi-lagi Gu Tingwei berbicara di dalam hati, 'Merah jambu, lumayan cocok untuk anak kecil ini.'
Guru Zhou mendudukkan Tangtang di kursi bermotif Hello Kitty, dengan lembut ia berbicara kepada gadis kecil itu, "Tangtang duduk dulu ya, guru akan menyiapkan kelas sebentar."
Soal pelajaran yang dikerjakan oleh Gu Tingwei semalam masih belum sempat dihapus dari papan tulis. Guru Zhou segera membersihkannya kemudian menggunakan kapur berwarna untuk menggambarkan beberapa karakter kartun. Setelah itu, ia mulai mengarah Tantang dan Gu Tingwei.
Guru Zhou melihat Gu Tingwei sedang duduk di kursinya seperti biasa. Sedangkan Tangtangā¦ gadis itu mengangkat pantat kecilnya dari kursi, berusaha keras menyeret meja dan kursinya ke samping, seakan-akan ingin menjauh dari Gu Tingwei.
Melihat tindakan Tangtang, Guru Zhou pun bertanya, "Tangtang tidak suka dengan Kakak Tingwei?"
Udara di sekitar Tangtang terasa membeku dalam seketika.
Tidak lama kemudian, perlahan-lahan Tangtang menoleh ke arah Gu Tingwei. Ia melihat anak laki-laki itu dengan gelisah.
Seperti dugaan Tangtang, Gu Tingwei kini sedang menatapnya. Suara hati Gu Tingwei terdengar melalui gelombang otak, "Dia tidak suka sama aku?"
Tangtang segera berdiri tegap, lalu dengan tulus dan hampir berteriak mengatakan, "Suka!"
'Tidak berani bilang tidak suka!' batin Tangtang.
Guru Zhou tertawa melihat tingkah Tangtang yang menggemaskan.
Gu Tingwei merupakan anak terpintar yang pernah Guru Zou ajar. Di sisi lain, ia juga anak paling arogan.
Pelajaran yang sesuai dengan umur Gu Tingwei sama sekali bukan masalah baginya, bahkan bisa dibilang sangat mudah baginya. Maka dari itu, Guru Zhou selalu memberikan pelajaran yang khusus padanya.
Sayangnya, Gu Tingwei memiliki satu kelemahan yang jelas, yaitu kekurangan empati. Bagi kebanyakan anak yang ber-IQ tinggi, persepsi mereka tentang dunia memang berbeda dari orang biasa. Inilah penyebab mereka memiliki kekurangan empati.
Menurut Guru Zhou, anak yang kekurangan empati seperti Gu Tingwei biasanya memiliki sifat yang tidak suka berteman, tidak suka bersosialisasi, dingin, dan tidak disukai. Apabila tidak diarahkan dengan benar, sifat ini kemungkinan besar akan menyesatkan mereka.
Padahal, anak-anak ber-IQ tinggi adalah jenius yang seharusnya berdiri di puncak piramida, memiliki kekuatan, serta pengaruh yang luas dan luar biasa. Guru Zhou tidak ingin murid kebangganya tersesat di masa depan.
Itulah mengapa selama ini Guru Zhou selalu berusaha untuk menemukan cara agar bisa membangkitkan rasa empati Gu Tingwei. Namun, percobaan yang dilakukannya selalu gagal.
Tapi hari ini, akhirnya Guru Zhou melihat harapan dari Mo Tangtang. Ia bisa merasakan bahwa kemunculan gadis kecil itu sangat spesial bagi Gu Tingwei.
Gu Tingwei yang biasanya bersikap dingin terhadap apapun dan siapapun, untuk pertama kalinya tertarik dengan sesuatu selain dirinya sendiri.
Guru Zhou memerhatikan bahwa Gu Tingwei sebenarnya sangat peduli akan sikap Tangtang terhadap dirinya. Ini adalah tahap awal yang sangat bagus!
Setelah selesai bertanya kepada Tangtang, sambil tersenyum Guru Zhou bertanya kepada Gu Tingwei, "Weiwei, kamu suka sama Tangtang tidak?"
Gu Tingwei melirik Tangtang yang berdiri tegap. Bahu gadis kecil itu seolah menunjukkan keinginan untuk berada sejauh mungkin dari Gu Tingwei.
Setelah melihat itu, Gu Tingwei berdiri seperti menara Pisa yang miring dan menganggukkan kepalanya. Anak itu tidak suka membuka mulut, anggukan kepala sudah menunjukkan keyakinan tertinggi darinya.
Guru Zhou sangat senang dengan jawaban itu. "Kalau begitu, mulai hari ini kamu harus menjaga Tangtang dengan baik ya!"
Sejak detik itu, Guru Zhou seakan-akan melupakan tanggung jawabnya sebagai pelatih dan ia menjadi orang yang seolah tidak ada di ruang kelas ini.