Gu Tingwei menasehati Tangtang, "Tangtang haru makan sayur supaya bisa tumbuh tinggi dan sehat."
Namun, Tangtang tetap menggelengkan kepalanya, "Tidak mau sayul…"
"Kakak akan makan bersama Tangtang."
Meskipun Gu Tingwei sudah merayu, Tangtang tetap enggan. Ketika nampan makanan sampai di tangannya, tangan kecil Tangtang bahkan tidak sedikit pun menyentuh piring sayur itu, bagaikan piring itu berisi racun.
Tangtang belum lama belajar berjalan di daratan, maka dari itu ia masih belum bisa melakukannya dengan baik. Kini gadis kecil itu harus mengambil nampan makanannya sendiri, padahal cara jalannya masih bagaikan orang mabuk
Gu Tingwei melambatkan langkah kakinya dan berjalan di belakang Tangtang dengan sabar.
"Cepat lihat, anak itu lucu sekali…"
"Sendiri makan ke kantin, hebat sekali!"
"Lucu sekali! Dengan cara berjalannya yang seperti ini, makanannya akan tumpah semua… Kita bantu tidak?"
Tangtang berjalan sambil membatin, 'Makananku tidak akan tumpah!' Kalaupun tumpah, gadis kecil itu hanya akan menumpahkan sayur.
Setelah itu, Tangtang tidak sengaja menabrak seseorang. Kakinya terbelit sedikit dan ayam gorengnya hampir terlempar dari piring. Sebuah ide pun timbul di otak kecilnya.
'Jika ayam goreng bisa terbang, maka sayur yang tidak aku sukai tentu saja juga bisa terbang. Hehe, akan kuterbangkan semua sayur ini!'
Sambil merencanakan pikiran iblis itu, wajah Tangtang menampilkan senyuman jahat. Bagaikan seekor rubah, ia sengaja berjalan ke area yang terdapat orang banyak, sengaja menyentuh orang-orang sambil memiringkan nampan makanannya agar sayur-sayur itu terjatuh.
Sayangnya, sayuran yang dibenci Tangtang justru tidak goyah dan tetap tertata rapi di atas nampan.
Tangtang hanya menumpahkan sedikit kuah sayur saja. Tumpahan itu mengenai tangan kecilnya, terasa begitu lengket. 'Benci sekali!'
Gu Tingwei yang berdiri di belakang Tangtang melihat segala tindakan gadis kecil itu. Ia bahkan mengetahui pikiran iblis Tangtang yang membuatnya terdiam.
Langkah kaki Tangtang yang seperti pemabuk ini membuat keduanya tak kunjung sampai di tujuan. Makanannya sudah cukup dingin, tetapi mereka masih belum keluar dari kantin.
Gu Tingwei berdeham, "Ehem! Tangtang harus hati-hati dengan nampanmu ya! Jika nanti sayurnya tumpah, kita harus membantu para pekerja untuk membersihkan lantai. Nanti setelah membersihkan lantai, ayam goreng dan ikan akan menjadi dingin dan tidak enak lagi."
Badan Tangtang menegang. Kakinya terhenti sejenak, kemudian ia segera melihat ayam goreng dan ikannya. Tatapan matanya bergeser dari menu daging kesukaannya ke menu sayur yang ia benci. Kemudian… Tangtang hanya bisa pasrah.
'Palingan nanti aku diam-diam akan memuntahkan sayur-sayur itu. Huhuhu, pokoknya tidak mau sayur!'
Mo Heng berdiri di depan pintu ruang istirahat, ia melihat dua anak muncul membawa nampan makanan di tangan mereka. Melihat Tangtang dengan mandiri mengangkat nampan makanannya, air mata Mo Heng rasanya mau keluar.
Mo Heng segera menghampiri Tangtang dan mengambil nampan makanannya. Ketika ia melihat menu yang dipilih gadis kecil itu, dengan senang sekaligus terkejut Mo Heng bertanya, "Tangtang memilih sayur?!"
Sejak hari pertama Mo Heng membawa Tangtang ke daratan, gadis kecil itu sama sekali tidak pernah mau makan sayur!
Awalnya Mo Heng tidak menganggap rumit masalah ini, ia kira putri duyung memang hanya makan daging dan ikan. Tapi ternyata, beberapa hari yang lalu Tangtang tiba-tiba mengeluh sakit perut. Mo Heng sangat panik, tapi ia juga tidak berani membawa gadis kecil itu ke dokter. Setelah belajar sepanjang hari, Mo Heng sadar bahwa ternyata Tangtang sembelit.
Pada saat itulah Mo Heng tahu bahwa putri duyung sama dengan manusia. Setiap hari mereka tetap harus mengonsumsi vitamin dan serat dari makan makanan yang seimbang.
Sedangkan Tangtang hobi sekali pilih-pilih makan, ia hanya suka makan daging dan ikan. Sayangnya, tidak peduli apapun yang dilakukan Mo Heng untuk membujuknya, Tangtang tetap tidak mau makan sayur.
Karena tidak ada cara lain, Mo Heng hanya bisa menghaluskan sayuran menjadi jus dengan blender kemudian mencampurnya ke dalam bubur.
Mo Heng masih memikirkan cara lain untuk membuat Tangtang makan sayur. Tapi saat ini ia malah melihat gadis itu memilih menu sayur atas kemauannya sendiri.
Tangtang melihat Mo Heng yang salah paham. Ia segera menunjuk Gu Tingwei dan berkata, "Kakak… makan…"