Di hari-hari sekolah, biasanya Wen Yujing selalu mencuci otak Jiang Lingzhi. Dia mengatakan bahwa tempat yang jarang dilewati orang-orang seperti ini sangat cocok untuk melakukan aksi perampokan uang.
Sama seperti yang biasa digambarkan di drama serial televisi!
Tubuh Jiang Lingzhi sangat tegang. Dia bersandar erat ke dinding dan menunggu dua orang itu lewat.
Sambil menghisap rokok, kedua orang itu menatapnya. Tatapan mereka tampak sedang mengamati. Kemudian mereka berjalan perlahan melewatinya begitu saja.
Jelas hanya beberapa puluh detik, tetapi bagi Jiang Lingzhi rasanya seperti satu abad telah berlalu.
Suara langkah kaki mereka berdua menghilang.
Jiang Lingzhi akhirnya dapat menghela napas lega sejenak. Namun, sebelum dia bisa benar-benar merasa lega, telinganya tiba-tiba mendengar suara.
"Halo, Adik?"
Suara ini tiba-tiba terdengar dari belakangnya.
Setengah tubuh Jiang Lingzhi sampai terasa membeku karena saking terkejutnya. Ketika dia ingin mengambil dua langkah ke samping, dia tidak sengaja menginjak batu bata di tanah yang menghadap ke atas. Kakinya tersandung batu bata itu, dan tubuhnya seketika terjatuh ke tanah.
"Akh..."
Seorang gadis terjatuh di jalan bebatuan dalam keadaan yang memalukan.
Jiang Lingzhi menyadari bahwa dua orang tadi berbalik mau menghampirinya. Dia mengangkat tasnya sambil melindungi diri dengan histeris, seperti orang gila. "Kalian… kalian jangan kemari!"
Dia membawa uang tunai 400 yuan sekarang. Jika mereka benar-benar menginginkannya, bisa-bisa nanti dia terpaksa harus memberikannya pada mereka.
Kedua orang itu juga terlihat tidak menyangka bahwa Jiang Lingzhi akan bereaksi dengan begitu berlebihan. Mereka saling memandang dan tertegun di tempat.
Jiang Lingzhi merasa pergelangan kakinya sangat sakit, dan jantungnya tiba-tiba berdetak bertambah cepat. Seketika banyak pikiran terlintas di benaknya. Dia bahkan berpikir kalau mungkin saja dirinya akan mati di sini!
Raut muka kedua orang itu sungguh di luar dugaan. Mereka hendak mendekati Jiang Lingzhi lagi.
Tiba-tiba terdengar suara merdu di dekatnya.
"Apa yang kamu lakukan?"
Suara orang yang datang itu terdengar begitu acuh dan sangat letih.
Saat ini sudah senja. Pemuda itu berdiri di ujung gang. Pancaran cahaya senja terakhir dari matahari terbenam menyinarinya. Dia berdiri menghadap cahaya tersebut, sehingga wajahnya tidak dapat terlihat jelas. Di antara kedua jarinya, terselip sepuntung rokok yang menyala dengan api merah.
Kemeja putih dipadukan dengan celana panjang hitam. Penampilannya cukup keren dan menyegarkan, apalagi ditambah postur tubuh yang sangat tinggi. Orang itu melemparkan puntung rokok dari tangannya ke tanah dan menginjaknya.
Jiang Lingzhi tercengang di tanah begitu mendengar suara itu. Dia tidak bisa mendengar apa-apa lagi, hanya suara detak jantungnya yang terdengar semakin keras.
Kedua orang itu jelas mengenalnya. Mereka tidak mencoba mendekati Jiang Lingzhi lagi, melainkan berjalan ke arah pemuda itu sambil tersenyum.
"Kak Nan."
"Kakak Nan, benar-benar kebetulan sekali."
Mereka berdua berjalan menghampiri pemuda itu dan menyerahkan sebatang rokok.
Li Shunan mengambilnya, lalu mengangkat dagunya dan menunjuk ke dalam dengan raut muka malas. Dia bertanya dengan acuh. "Situasi apa ini?"
Detak jantung Jiang Lingzhi seperti menabuh genderang. Dia belum tenang dari rasa takutnya barusan. Dia melihat ke arah sumber suara itu dalam kondisi lemah, tak berdaya, sangat ketakutan, dan tidak tahu harus berbuat apa. Bahkan sampai sekarang dia masih kebingungan.
Jiang Lingzhi masih belum bisa tenang akibat kejadian mengejutkan barusan… Tiba-tiba dia malah bertemu orang yang meminjamkan uang padanya waktu itu, sehingga membuat suasana hatinya semakin rumit.
Akhirnya mereka mulai saling mengobrol.
Apa mereka saling kenal?
Tapi, sebenarnya itu juga bukan hal yang aneh. Bagaimanapun juga, pada hari itu, Li Shunan dikelilingi oleh orang-orang seperti itu di bus!
Kemudian, Jiang Lingzhi mendengar salah satu dari mereka berkata, "Aku melihat ada seorang adik perempuan berwajah cantik di gang yang berkelok-kelok ini. Orang yang baru pertama kali datang ke sini pasti akan tersesat. Sebagai warga negara yang baik, sebenarnya kita hendak menanyainya untuk membantu kalau saja dia tidak tahu jalan pulang. Namun, entah apa yang terjadi, gadis itu malah terjatuh."
Orang itu berkata jujur, bahkan dia terdengar sangat bingung.
Jiang Lingzhi terdiam.
Jiang Lingzhi tidak dapat mendengar dengan jelas apa yang sedang mereka bicarakan.
Dia hanya tahu bahwa suasana saat ini sangat rumit.
Sangat! Rumit!
Dan juga canggung.