Li Shunan berjalan mendekat dan menendang gerbang besi hingga terbuka. Gesekan gerbang besi yang terbuka di kedua sisinya mengeluarkan suara berderit. Tanpa memedulikan Jiang Lingzhi yang ada di belakangnya, Li Shunan langsung berjalan masuk.
Jiang Lingzhi tercengang dan masih terkejut dengan suara keras akibat pintu yang ditendang Li Shunan tadi. Setelah terdiam sesaat, dia berjalan mengikuti Li Shunan ke halaman dengan hati-hati.
Li Shunan memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana. Dia menunjuk ke arah keran di sebelah halaman, lalu mengambil kursi dan duduk di sana dengan malas. Kemudian dia berkata, "Di sana ada keran."
Jiang Lingzhi melirik ke arah yang Li Shunan tunjuk. Memang ada sebuah wastafel di sebelah halaman. Di sana juga ada sebuah kolam.
Ini adalah pertama kalinya Jiang Lingzhi datang ke tempat seperti ini. Rumah dengan gaya kuno yang memiliki pesona seperti Lào Cai (sebuah provinsi di timur laut wilayah pegunungan Vietnam, berbatasan dengan Provinsi Yunnan di Cina. Lao Cai memiliki banyak situs bersejarah, gua-gua alam dan menghasilkan spesialisasi pertanian seperti plum Bac Hà).
Jiang Lingzhi menunduk memperhatikan penampilan dirinya sendiri. Kemudian dia meletakkan tas sekolahnya di atas sebuah kursi dan berjalan ke keran tersebut untuk membersihkan diri sebentar.
Lututnya terasa sedikit kesemutan. Bagian yang baru saja kena goresan sedikit mengeluarkan darah, namun sekarang sudah mengering.
Noda di roknya hanya bisa dibersihkan sedikit demi sedikit, namun masih agak sulit untuk dicuci hingga bersih.
Selama Jiang Lingzhi membersihkan lukanya, Li Shunan duduk di sana sambil menontonnya dengan sorot mata dingin dan bersandar di sandaran kursinya. Dia menggigit puntung rokok di mulutnya, dan asap rokok mengepul penuh di sekitarnya.
Gayanya sungguh terlihat natural.
Setelah Jiang Lingzhi selesai membersihkannya, dia mematikan keran dan melihat ke halaman. Lampu di ruangan utama sudah menyala, sedangkan ruangan-ruangan di kedua sisi tetap gelap. Dia berjalan ke kursi di mana dirinya sebelumnya meletakkan tas sekolahnya, kemudian akhirnya baru bereaksi. "Apa ini rumahmu?"
Jiang Lingzhi mengikuti arah pandangannya. "Aku tidak sengaja tergores saat terjatuh tadi. Akan aku obati sesampainya di rumah nanti."
"Oh." Li Shunan menghirup rokok di tangannya lagi. Dia seperti memikirkan sesuatu, lalu berdiri tanpa banyak bicara. "Kalau sudah selesai membersihkannya, aku antar kamu keluar gang."
Jiang Lingzhi mengangguk, mengambil tas sekolahnya dan tiba-tiba teringat sesuatu. Dia mengeluarkan 400 yuan yang telah lama dia simpan di dalam tasnya, lalu dia menyerahkannya pada Li Shunan. "Oh iya, ini uangnya yang waktu itu."
Setelah itu, dia juga menegaskan, "Aku sungguh bukan penipu."
Li Shunan menurunkan pandangannya dan melihat jari-jari Jiang Lingzhi yang putih dan kurus. Dia menundukkan kepalanya sambil tersenyum. "Kamu sangat menepati janji, anak muda."
Masih dengan tangan yang terangkat di udara, Jiang Lingzhi mengoreksi kesalahan dalam ucapan Li Shunan, "Aku bukan anak-anak."
Li Shunan mengangkat alisnya dan tidak berkomentar. Dia menggigit puntung rokok di antara bibir tipisnya dan tertawa pelan. "Aku hanya menggodamu. Kamu tidak perlu membayar ganti rugi."
Padahal, Li Shunan tidak benar-benar berpikir bahwa Jiang Lingzhi adalah seorang penipu. Tapi ternyata gadis ini malah menganggapnya serius.
Li Shunan tampak seperti sedang merenungkan sesuatu untuk beberapa saat, kemudian dia berbicara dengan santai, "Duduklah, obati dulu lukamu. Setelah itu, baru aku antar kamu."
Otaknya mungkin sudah diserang oleh kelelahan. Li Shunan beberapa kali menjadi bersikap lebih lembut dalam menghadapi gadis penipu ini.
Tapi, gadis ini tidak menyadarinya sama sekali. Dia benar-benar tidak berupaya membentengi diri walaupun hendak diantar pulang oleh pria asing.
Li Shunan menghembuskan asap rokok berbentuk cincin. Dia melemparkan puntung rokok di tangannya ke tanah dan menghancurkannya.
Jiang Lingzhi mengerjap-ngerjapkan matanya, dan tangannya memegang uang 400 yuan. Dia melihat punggung laki-laki bertubuh tinggi dan ramping itu langsung memasuki ruangan.
Dia melirik ke samping dan meletakkan 400 yuan di kursi di sebelahnya.
Meskipun pria ini mengatakan bahwa dia tidak perlu membayar ganti rugi dan mengembalikan uang yang sudah dia pinjam, tapi ini terkait dengan reputasinya. Jiang Lingzhi harus mengembalikan semua uangnya!
Ponsel di dalam tasnya berdering.
Jiang Lingzhi mengeluarkan ponselnya untuk melihat siapa yang menelepon. Ternyata itu adalah panggilan dari ibunya. Dia mungkin akan dimarahi ibunya lagi karena masih belum pulang, padahal sekarang hari sudah malam. Mungkin karena saking gugupnya, tangannya sampai gemetar dan tidak sengaja menekan tombol mematikan panggilan.
Jiang Lingzhi tertegun.
Selesai sudah.