Siswa kelas 1 dan 2 SMA tidak perlu menjalani kelas belajar pada hari Sabtu. Namun, pada hari Jumat, kelas akan berlangsung lebih lama dibandingkan hari biasanya.
Jiang Lingzhi dan Wen Yujing berjalan keluar dari gerbang sekolah sambil saling mengobrol.
Mobil Paman Chen telah diperbaiki. Dia berhenti di pinggir jalan gerbang sekolah. Ketika dia melihat Jiang Lingzhi, tangannya yang memegang ponsel, melambai-lambai pada gadis cantik itu. "Zhizhi, di sini."
Jiang Lingzhi tertegun, lalu dia menoleh dan mengucapkan selamat tinggal ke Wen Yujing. Dia berjalan menghampiri Paman Chen sambil membawa tas sekolah di punggungnya. "Paman Chen, mobilnya sudah selesai diperbaiki?"
Paman Chen tersenyum ramah. "Rusaknya tidak terlalu parah. Takutnya Nyonya Besar akan khawatir kalau kamu harus pulang sekolah sendiri terus. Jadi saya mendesak orang-orang bengkel untuk menyelesaikannya lebih cepat."
Jiang Lingzhi mengangguk, lalu membuka pintu kursi belakang dan masuk ke mobil. Tak bisa dihindari, ada perasaan kehilangan di dalam hatinya. Kehidupannya kini telah kembali ke rutinitas seperti sebelum-sebelumnya.
Dia mungkin tidak akan memiliki kesempatan untuk pulang sekolah sendiri lagi.
Mobil mulai melaju perlahan. Paman Chen sesekali mengobrol dengan Jiang Lingzhi.
Mobil melewati pusat perbelanjaan besar di pusat kota, dengan banyak orang-orang yang berlalu-lalang. Jiang Lingzhi duduk bersandar sambil melihat ke luar jendela.
Di antara kerumunan banyak orang di jalanan, sekilas Jiang Lingzhi melihat sosok siswa laki-laki itu dari belakang.
Dia bertubuh ramping dan tinggi, serta tampak paling menonjol di antara banyak orang.
Jiang Lingzhi berkedip-kedip dan tiba-tiba duduk tegak. "Paman Chen, hentikan mobilnya."
Paman Chen melihat Jiang Lingzhi dari kaca spion dengan bingung, kemudian dia perlahan menghentikan mobilnya di pinggir jalan. "Ada apa Zhi Zhi??
Mata Jiang Lingzhi tetap tertuju pada punggung sosok laki-laki itu. "Aku melihat teman sekelasku. Paman Chen, tidak usah tunggu aku. Aku akan pulang sendiri nanti."
Setelah berbicara, dia mendorong pintu dan turun dari mobil, tak lupa sambil membawa tas sekolahnya. Rambut panjangnya yang diikat model ekor kuda berayun-ayun indah ke kanan dan ke kiri.
Paman Chen mengikuti Jiang Lingzhi turun dari mobil dan memanggilnya beberapa kali di belakangnya.
Namun Jiang lingzhi seolah-olah tidak mendengar apapun. Kali ini, dia sangat ingin menyingkirkan julukan penipu yang tersemat pada dirinya.
Dia sendiri juga tidak tahu mengapa dirinya memiliki obsesi yang begitu besar untuk membuktikan hal itu.
Dia bukanlah penipu yang suka merampas uang orang lain.
Pikiran bawah sadarnya tidak ingin orang lain salah paham mengenai dirinya.
Jiang Lingzhi membawa tas sekolahnya melintasi persimpangan dan mengikuti arah sosok laki-laki itu.
Dia masuk ke dalam gang terpencil yang jalurnya panjang.
Pada saat ini, hari sudah hampir senja. Orang-orang di gang sedang mengemasi barang-barang mereka dan bergegas untuk pulang.
Sinar matahari masuk ke gang yang diramaikan suara berisik orang-orang. Cahaya yang tenang bersinar ke dinding gang yang tertutup lumut.
Ketika Jiang Lingzhi mengikuti sampai masuk ke gang ini, sosok laki-laki itu sudah menghilang. Dia memegang tas sekolahnya erat-erat dan masih sedikit terengah-engah, dengan sedikit keringat membasahi dahinya.
Jiang Lingzhi berjalan melewati kerumunan orang. Begitu sampai di persimpangan jalan, dia kebingungan.
Dia tidak dapat menemukan arah sosok itu pergi barusan.
Setelah kehilangan tujuannya, Jiang Lingzhi ragu-ragu sejenak, karena berada di tempat yang asing. Dia berpikir-pikir, lalu memutuskan melanjutkan berjalan ke gang yang ramai di sebelah kanan.
Sebelumnya dia tidak pernah terpikir untuk berjalan sampai sini. Dia masuk ke dalam gang yang dilalui orang. Suasana di dalam gang semakin sepi.
Kemudian, dia tiba-tiba menyadari bahwa setelah berkeliling beberapa saat, dia sepertinya telah tersesat.
Jiang Lingzhi cukup menyesal datang ke tempat ini sendirian. Dia menghentikan langkahnya sejenak. Ketika dia hendak kembali ke jalan semula, dua orang tiba-tiba muncul di depan gang.
"Ada uang tidak?"
"Tidak, biaya hidup untuk bulan ini semua telah digunakan untuk membeli sepatu dan uang yang tersisa hanya cukup untuk keperluan hidup hari ini."
"Sial, kehidupan ini sangat keras."
"..."
Dua pria berpakaian rapi itu sedang merokok sambil mengobrol dan tertawa. Mereka datang dari depan gang.
Jiang Lingzhi adalah anak baik-baik sejak dia masih kecil. Dia belum pernah melihat adegan seperti ini.
Apalagi saat ini langit sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kegelapan. Kondisi di dalam gang terlihat cukup sepi. Jiang Lingzhi meremas tas sekolahnya dan seketika merasa gugup.