Jiang Lingzhi tetap menyiapkan buku yang akan digunakan untuk kelas berikutnya ke atas meja. "Oh."
Wen Yujing tidak puas dengan tanggapan Jiang Lingzhi. "Mengapa kamu hanya bereaksi seperti itu?"
Jiang Lingzhi menatapnya selama dua detik. "Wow, aku sangat senang. Sekolah kita akan kedatangan anak pindahan."
Wen Yujing terdiam.
Kata senang yang tidak terdengar tulus sedikit pun.
"Apa kamu sama sekali tidak penasaran? Aku dengar murid pindahan itu luar biasa tampan!" Sorot mata Wen Yujing berbinar gembira.
Jiang Lingzhi mengangkat kepalanya dan menatap Wen Yujing. "Apa kamu pernah melihatnya?"
Dia sungguh tidak habis pikir, bagaimana bisa seseorang memiliki hasrat pada orang asing.
Wen Yujing menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku hanya mendengar bahwa dia kemarin datang ke sekolah kita untuk mengurus prosedur perpindahan sekolah. Ada seseorang yang melihatnya, dan kemudian... Ya Tuhan, ckck... penampilannya itu luar biasa tampan, bahkan melebihi Daniel Wu. Siswa baru itu memiliki kesan liar lebih dari Edison Chen."
Wen Yujing meragukan Jiang Lingzhi dan menyenggolkan bahunya pada gadis cantik itu. "Ling Ling, bukankah kamu suka laki-laki yang tampan? Mungkin saja pria tampan itu tipe favoritmu."
Gerakan Jiang Lingzhi terhenti sesaat. Dia teringat jelas kata-kata yang diucapkannya pada hari itu, lalu menjawab lirih. "Aku hanya mengatakan omong kosong, tidak serius."
Perwakilan mata pelajaran bahasa Inggris berhenti di depan meja mereka dan mengetuk meja. "Kertas ujian."
Jiang Lingzhi menghentikan pembicaraannya yang belum selesai. Dia membungkuk untuk mengambil kertas ujian dari tasnya dan menyerahkannya pada gadis itu.
Tapi berbicara tentang pria tampan...
Jiang Lingzhi tiba-tiba teringat siswa laki-laki kemarin. Dia seketika merasa sangat jengkel.
Setelah Wen Yujing menyerahkan kertas ujiannya kepada anggota komite mata pelajaran, dia membungkuk lagi dan mencolek pipi Jiang Lingzhi dengan jarinya. Sentuhan tangannya terasa sangat lembut. "Adik Ling, ada apa denganmu? Sepertinya kamu sedang memikirkan sesuatu."
Jiang Lingzhi masuk sekolah setahun lebih awal, jadi dia satu tahun lebih muda dibandingkan semua teman-teman di kelas.
Jiang Lingzhi menghela napas dan menatap lurus ke arah Wen Yujing. Dia bertanya dengan kesal, "Apa aku terlihat seperti penipu?"
Gadis itu mengikat rambutnya model kuncir kuda, sehingga menunjukkan parasnya yang mempesona, sepasang mata yang murni seperti anak anjing, selalu menunjukkan wajah polos, dan ekor matanya sedikit melengkung. Sungguh kecantikan yang murni dan menggoda.
Wen Yujing merasa kalau Jiang Lingzhi sangat tidak akan akan dirinya sendiri. "Siapa yang bilang, mana ada penipu yang seimut kamu?"
Bagaimana mungkin membuat penipu yang asli menjadi bingung? !
"Lalu mengapa dia mengatakan bahwa aku termasuk sekelompok penipu?" ujar Jiang Lingzhi dengan lirih.
Wen Yujing tidak mendengar apa yang Jiang Lingzhi katakan karena bertepatan dengan bel kelas berbunyi. Kemudian dia lebih mendekat pada Jiang Lingzhi. "Apa yang barusan kamu bilang?"
Jiang Lingzhi menggelengkan kepalanya dan membungkuk untuk mengambil pena di tasnya. "Bukan apa-apa. Guru akan segera datang, sudah waktunya pelajaran pertama."
Wen Yujing bingung. Karena pelajaran akan segera dimulai, dia memindahkan kursinya kembali ke mejanya.
Jiang Lingzhi membuka tasnya dan kebetulan melihat uang kertas berwarna merah di dalamnya. Gerakan tangannya terhenti, dan dia menghela napas.
Jika dia tidak mau dituduh sebagai penipu lagi, tampaknya itu tergantung pada uang 400 yuan ini.
Jiang Lingzhi menutup ritsleting tasnya dengan sangat kesal, lalu membuka buku pelajaran. Dia melupakan sejenak hal-hal yang tidak penting dan fokus belajar dengan serius.
Dia harus menghapus penghinaan ini!
Namun, takdir terkadang terlalu indah untuk diungkapkan dengan kata-kata.
Ketika Jiang Lingzhi tidak ingin bertemu dengannya, laki-laki itu selalu muncul secara tidak terduga. Ketika Jiang Lingzhi ingin bertemu dengannya, dia justru tidak bisa melihat jejak-jejak kehadiran laki-laki itu.
Dua hari berikutnya, Jiang Lingzhi tidak pernah bertemu lagi dengan laki-laki itu dalam perjalanan pulang.
Jiang Lingzhi sangat tertekan akhir-akhir ini, karena julukannya sebagai penipu telah tertanam di hati orang lain. Terlebih lagi, dia bahkan tidak memiliki kesempatan untuk menjelaskannya.
Laki-laki itu mungkin adalah siswa dari sekolah sebelah, SMA 36, sedangkan guru Jiang Lingzhi menyuruh para murid untuk menjaga jarak dengan siswa-siswa dari sekolah itu.
Mungkin Jiang Lingzhi tidak akan punya kesempatan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman itu.