Jiang Lingzhi duduk di atas tempat tidur, memakai kembali sandalnya, dan kembali ke meja belajar. Dia mengambil uang tunai sebesar 400 yuan dari dompetnya dan memasukkannya ke dalam tas sekolah.
Dia ingin membuktikan bahwa dirinya benar-benar bukan penipu.
——
Alarm Jiang Lingzhi berbunyi pada jam 6 pagi.
Jiang Lingzhi bangun dan membersihkan diri, lalu menuruni tangga sambil menenteng tas sekolahnya. Lu Yuping sudah menyiapkan sarapan di dapur lantai bawah.
Lu Yuping suka mengurus sendiri semuanya yang ada di rumah ini tanpa terkecuali selama bertahun-tahun.
Jiang Lingzhi masuk ke dalam ruang makan dan meletakkan tasnya di kursi sebelahnya. Dia mengambil sebutir telur dari piring dan perlahan mengupasnya.
Lu Yuping berjalan keluar dengan membawa susu dan roti, lalu meletakkannya di depan Jiang Lingzhi. "Ayahmu sedang berganti pakaian, tunggulah sebentar."
Jiang Lingzhi mengupas telur rebus hingga bersih dan memasukkannya ke dalam mulut, lalu bertanya dengan suara yang tidak jelas karena sambil makan, "Bukankah biasanya Ayah baru berangkat bekerja jam 9 pagi?"
Lu Yuping berbalik dan berjalan memasuki dapur. "Ayah akan mengantarmu ke sekolah dulu, kemudian kembali ke rumah lagi."
Jiang Lingzhi terdiam.
Untuk apa Ayah harus repot-repot?
Jiang Lingzhi makan telur sambil cemberut dan pipi menggembung.
Lima menit kemudian, Jiang Puqing perlahan menuruni tangga sambil menguap dan mengancingkan bajunya.
Dia sudah bertahun-tahun tidak bangun pagi-pagi sekali. Kini, semua langit di luar masih dipenuhi awan putih.
Jiang Puqing mengenakan kacamatanya, duduk di kursi meja makan dan menghela napas. "Zhi Zhi sudah dewasa. Dia ingin pergi ke sekolah sendiri, jadi biarkanlah dia pergi..."
Jiang Lingzhi mengangguk, sangat setuju dengan pendapat ayahnya. "Ya, Ayah benar!"
Aku… sudah… dewasa!
Gerakan tangan Lu Yuping terhenti. Pandangannya kembali terarah ke Jiang Puqing. "Kamu bilang apa barusan? Coba ulangi lagi."
Jiang Lingzhi menoleh dan menatap ayahnya dengan penuh harap.
Inilah ayahku yang sesungguhnya!
Tunjukkan martabatmu sebagai kepala keluarga, Ayah!
"Aku bilang…" Jiang Puqing mengambil roti panggang, seolah-olah tidak memperhatikan tatapan mata Jiang Lingzhi yang menggebu-gebu. "Zhi Zhi, menurutlah pada ibumu. Benar apa yang dikatakan ibumu."
Jiang Lingzhi tidak tahu harus berkata apa.
Baiklah, kalian memang kejam.
—
Setibanya Jiang Lingzhi di sekolah, sudah mulai waktunya membaca pagi di dalam kelas.
Jiang Lingzhi duduk di bangkunya. Dia mengeluarkan buku bahasa Inggris dan mulai membacanya
Di seberang meja, Wen Yujing meletakkan buku teks di hadapannya dan memanggil Jiang Lingzhi, "Ling Ling…"
Jiang Lingzhi menoleh, melihatnya Wen Yujing dan mencondongkan tubuh ke arah temannya itu. "Ada apa?"
Wen Yujing terlihat lesu, dengan lingkaran hitam yang tampak samar di bawah matanya. "Jam berapa kamu tidur semalam?"
Jiang Lingzhi melirik ke depan kelas. Guru sedang menundukkan kepala untuk menyiapkan pelajaran, jadi tidak memperhatikan mereka berdua. Dia berbisik, "Cepatlah."
Wen Yujing, yang awalnya ingin mencurahkan isi hatinya pada seseorang, sekarang menjadi kesal. "Mengapa kamu lebih terlambat dibandingkan aku? Aku semalam baru tidur jam 12 malam. Tugas sekolah yang kemarin terlalu sulit. Aku membutuhkan waktu yang lama untuk selesai mengerjakan semuanya."
Setelah berbicara sampai sini, dia terdiam dan memandangi Jiang Lingzhi selama beberapa saat. "Semua orang begadang sepanjang malam, mengapa kamu tidak memiliki lingkaran hitam?"
Jiang Lingzhi memiliki kulit yang sangat bagus tanpa cela sedikit pun. Kulitnya seputih porselen batu giok, tampak seolah dapat dipatahkan hanya dengan meniupnya. Dia jelas-jelas tidur lebih larut malam dibandingkan Wen Yujing, namun tidak terlihat sedikit pun lingkaran hitam di matanya!
Semakin memikirkannya, Wen Yujing semakin merasa frustrasi.
Guru menurunkan kacamatanya, mengangkat kepalanya dan memperhatikan seluruh siswa di hadapannya. Mereka berdua pun langsung terdiam dan duduk tegak sambil membaca tulisan di buku dengan cermat.
Setelah kelas membaca pagi selesai, siswa perwakilan tiap mata pelajaran mengumpulkan PR satu per satu.
Ruang kelas begitu berisik, dan terdengar teriakan murid-murid yang belum selesai mengerjakan tugas sekolah.
Wen Yujing memindahkan kursinya dan mendekat ke meja Jiang Lingzhi. "Ling Ling, apa kamu sudah dengar kalau akan ada murid pindahan di sekolahan kita?"