Jiang Lingzhi sampai di rumah ketika hari sudah malam.
Dia sudah memakan semua permen kapas dan mematahkan tusuk bambunya. Jika ibunya tahu kalau dia sudah makanan cepat saji di luar, dia pasti akan diomeli tanpa henti.
Dia menggunakan kunci untuk membuka pintu. Terlihat ruang tamunya yang terang dan luas.
Jiang Lingzhi mengganti sepatunya di teras dan berjalan masuk ke dalam sambil membawa tas sekolahnya.
Mendengar suara pintu dibuka, Lu Yuping bangkit dan berjalan menuju ruang tamu, kemudian menunjuk jam dinding. "Zhi Zhi, mengapa hari ini kamu pulang terlambat sekali? Kamu lihat, jam berapa sekarang?"
Sekolah selesai jam 5.20, dan sekarang sudah jam 7.30.
Jiang Lingzhi berjalan perlahan dan mengguncang lengan Lu Yuping. "Bu, aku tidak sengaja tertidur di bus, dan busnya melaju terlalu jauh."
Jiang Lingzhi tidak pernah membuat orang tuanya khawatir sejak dirinya masih kecil hingga besar seperti inu. Lu Yuping tidak akan bisa berbuat apa-apa jika putrinya bertingkah manja seperti ini. Suaranya berubah melunak. "Bukankah aku menyuruhmu untuk pulang naik taksi? Dasar anak ini, pergi cuci tangan dan makan sana."
"Baik." Jiang Lingzhi menjawab sambil meletakkan tas sekolahnya dan masuk ke kamar mandi.
Setelah mencuci tangannya, Jiang Lingzhi berjalan keluar dan duduk di meja makan. Dia menyeka tangannya dengan tisu, lalu bertanya sambil menghadap ke arah dapur. "Di mana Ayah?"
Hari ini, rumah terlihat sangat sunyi. Televisi di ruang tamu masih menyala, yang membuat sedikit suara dan lebih menambahkan ketenangan.
Lu Yuping meletakkan makanan di atas meja. "Ayahmu sibuk akhir-akhir ini. Dia tidak bisa menjemputmu pulang sekolah selama beberapa hari ini. Tolong jaga dirimu sendiri dengan baik. Tunggulah beberapa hari sampai mobil selesai diperbaiki. Paman Chen akan bisa menjemputmu lagi."
Jiang Lingzhi mengangguk. Dia berpikir sejenak dan mencoba untuk berdiskusi dengan ibunya. "Bu, aku rasa aku bisa pulang sendirian untuk ke depannya."
Lu Yuping langsung menolak tanpa pikir panjang. "Bagaimana bisa begitu? Tidak aman seorang gadis sendirian pulang ke rumah!" Apa kamu tidak pernah menonton siaran berita?"
"Para oknum perdagangan manusia dan bajingan di luar sana itu suka memilih siswa perempuan yang sedang sendirian!"
Jiang Lingzhi terdiam.
Baru saja main babak pertama, sudah langsung dikalahkan.
Jiang Lingzhi mengetuk kaca dengan menggunakan ujung jarinya dan mencoba melakukan upaya terakhir. "Tetapi teman-teman sekelasku lainnya juga pulang sendiri. Ibu tidak bisa terus-terusan memperlakukanku seperti anak kecil. Lagi pula, aku pulang sendiri selama beberapa hari belakangan ini, dan tidak ada hal buruk yang terjadi di luar."
Lu Yuping memegang lap pembersih di tangannya dan menyandarkan setengah tubuhnya ke dinding sambil melirik putrinya dari dapur. "Kamu ini masih berusia 16 tahun. Apa kamu pikir kamu sudah dewasa? Selain itu, lihat jam berapa kamu pulang hari ini?
"..."
Jiang Lingzhi tidak bisa berkata-kata apa lagi
Di babak kedua, dia benar-benar kalah telak.
Upaya pemberontakannya telah gagal. Jiang Lingzhi akhirnya tidak tertarik untuk bernegosiasi lagi.
Setelah makan malam, Jiang Lingzhi menarik tas sekolahnya dan berjalan ke atas dengan lesu. "Bu, aku kembali ke kamarku untuk mengerjakan tugas sekolah."
Lu Yuping menasehati putrinya sambil membersihkan meja makan. "Jangan lupa berlatih piano. Sebentar lagi sudah waktunya kompetisi. Kamu tidak bisa menganggap enteng jam-jam berhargamu."
"Aku mengerti."
Jiang Lingzhi masuk ke kamarnya, lalu pergi mandi dan berganti pakaian bersih. Kemudian dia duduk di depan piano dan memulai latihan keterampilan dasar sehari-hari.
Sudah satu jam dia berlatih piano, dan sekarang waktu menunjukkan hampir jam sepuluh malam. Langit di luar jendela sudah gelap, disertai suara serangga di malam musim panas.
Jiang Lingzhi mengucek-ngucek matanya dan duduk di depan meja belajar. Dia mengeluarkan kertas ujian dari tasnya dan mulai mengerjakan tugas sekolah.
Ada tiga mata pelajaran yang harus dikerjakan selain matematika. Satu kertas ujian untuk setiap mata pelajaran dan berbagai pertanyaan ulasan
Jiang Lingzhi telah selesai mengerjakan semua kertas ujian saat waktu sudah lewat tengah malam.
Jiang Lingzhi memeriksa semua lagi dan memastikan bahwa tidak ada yang terlewat, lalu dia memasukkan barang-barang sekolahnya kembali ke dalam tas dan menggosok pergelangan tangannya yang sakit. Akhirnya dia bersiap untuk tidur.
Jiang Lingzhi berbaring di ranjang dan mematikan lampu di samping tempat tidurnya. Dia sangat mengantuk hingga tidak bisa membuka matanya lagi. Namun, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan menyalakan lampu lagi.