Adelia berjalan kembali ke ruang makan. Martha baru selesai membenahi peralatan makan yang kotor di bak cuci piring, lalu menuju kamar Adelia untuk membujuknya, tapi tidak disangka anak gadisnya itu sudah berjalan kembali.
"Del?" panggil Martha.
"Bu, Ayah dimana?" ucap Adelia.
"Apa ada sesuatu sampai kamu berlaku tidak sopan seperti tadi di dapur?" tanya Martha. Biasanya Adel selalu menyambut ayah dengan senyuman lebar di wajahnya, apalagi kalau James membawa oleh-oleh makanan atau cemilan kesukaan, sudah pasti Adelia akan senang, tapi dengusan kesal yang tadi Martha lihat bukan seperti Adelia anak gadisnya.
"Iya, Adel salah Bu, makanya Adel mau minta maaf" jawab Adelia mengambang.
"Ya sudah, paling ayah sedang mandi, tunggu saja sampai ayah selesai mandi, lalu kamu ajak makan ya" pinta Martha. Adelia mengangguk. Martha lalu kembali ke dapur
Sepanjang jalan menuju kamar, Adelia mencoba menyusun rencana untuk memperbaiki keadaan keluarganya. Tuhan tidak akan memberikan dirinya kesempatan kedua tanpa alasan yang penting. Adelia harus berupaya agar Ayahnya tidak tertipu seperti di masa lalu dan keluarga mereka tidak hancur berantakan. Sampai di kamar Adel berbaring di tempat tidur kamar orang tuanya. Rasanya sudah lama sekali dia tidak mengunjungi tempat ini.
"Adel?"James terkejut saat mendapati anak gadisnya sudah berbaring di tempat tidur.
"Ayah, aku mau minta maaf" ucap Adelia segera. James tersenyum saja.
"Satu lagi Yah, aku ingin Ayah janji sama aku" lanjut Adelia segera.
"Janji apa?" tanya James.
"Janji tidak akan bekerja sama dengan siapapun yang bernama Richard, apa ada rekan kerja Ayah bernama seperti itu?" tanya Adelia, dia curiga Ayahnya sudah berkenalan sejak lama dengan rekan bisnisnya yang menipu Ayahnya habis-habisan itu.
"Richard sih rasanya ada beberapa, itu kan nama yang banyak dimiliki orang Del. Memangnya ada apa?" James bertanya balik, bingung dengan permintaan anaknya.
"Pokoknya jangan pernah berhubungan dengan siapapun yang bernama Richard, janji Yah?" pinta Adelia memaksa.
"Ya, oke. Sekarang ayo kita makan, Ayah udah lapar banget," ajak Ayah. Adelia mengangguk setuju.
Martha dan Aaron sudah duduk di meja makan, menunggu Adelia dan James datang. Aaron hanya bisa menatap piring berisi spaghetti buatan ibunya yang belum boleh dia sentuh karena menunggu ayah dan kakaknya
"Ah, akhirnya datang juga" ucap Aaron, lega. Dia sudah menunggu terlalu lama dan kelaparan.
"Sudah lapar ya?" tanya James pada anak lelakinya itu. Aaron mengangguk dan membuat mimik wajah lucu yang menggemaskan.
Adelia tertawa melihat wajah adik manjanya itu. Sekian belas tahun dari sekarang, anak manis itu berubah menjadi anak bengal yang salah pergaulan, Adelia bahkan tidak mengetahuinya. Hah, Adelia apa yang sudah kamu perbuat pada keluargamu, batin Adelia.
"Aaron, jangan lupa berdoa dulu sebelum makan" ucap Martha, mengingatkan anaknya yang sudah tidak sabar menyendok spaghetti ke piringnya. Aaron mengangguk, menunduk dan berdoa selama beberapa detik, lalu segera makan.
Adelia memandangi wajah anggota keluarganya satu per satu. Ayah, Ibu dan Aaron, dia baru menyadari betapa berharganya keluarganya saat ini. Makan malam seperti sekarang ini sudah lama tidak pernah Adelia rasakan sejak lama. Biasanya dia hanya makan sekali sehari demi diet untuk menunjang penampilannya dan juga karena kesibukan dirinya.
"Del, kok malah melamun? Ibu ambilkan ya?" tanya Martha sambil tersenyum. Adelia mengangguk, dia ingin bermanja-manja pada ibunya malam ini, siapa tahu besok pagi saat dia bangun tidur, ini semua hanya mimpi, dan sebenarnya dia sudah meninggal atau terbaring tidak sadarkan diri di masa depan.
Seusai makan malam, Adelia menghubungi Natasha untuk bertanya mengenai tugas besok, Adelia tidak mau kalau sampai besok dia harus melakukan hal yang sama seperti siang tadi di kelas Bu Clara dan Pak Toni, cukup sudah Adelia membuat gurunya kesulitan.
"Nat" panggil Adelia.
"Hmm? Ada apaan?" tanya Natasha.
"Besok ada PR apa aja?" tanya Adelia langsung.
"Matematika yang tadi, biologi dan kimia" jawab Natasha.
"Gue lagi buka buku nih, coba kasih tahu gue yang mana aja" pinta Adelia.
"Oh God. Serius lu enggak kejedot atau kebentur atau mungkin elu hilang ingatan kaya di film-film itu?" tanya Natasha, masih penasaran dengan alasan perubahan sikap Adelia.
"Nat please, gue cuman punya waktu malam ini doang buat kerjain tugas-tugas itu. Elu enggak mau kan kalau gue bertingkah lagi besok di kelas?" ancam Adelia sambil tersenyum usil.
"Oh, please jangan lagi Del. Cukup sehari ini aja elu buat gue kena jantungan berkali-kali. Oke, kita mulai dari biologi, coba lu buka halaman 56" Natasha langsung mengalah. Jantungnya sudah tidak kuat untuk menerima "kejutan" dari sikap ajaib sahabatnya lagi besok.
Selama 1 jam, Adelia dengan tekun mengerjakan pekerjaan rumahnya, dia juga belajar materi yang akan diberikan besok.
"No more Adelia si bodoh" ucap Adelia dalam hatinya. Mulai sekarang dia harus memberikan kesan dan memori yang baik dalam setiap hari-harinya baik di sekolah ataupun di rumah.
James mengintip dari sela pintu kamar Adelia. Dia tersenyum melihat anaknya yang sedang belajar dengan tekun, sesekali menggaruk kepala sambil menunjukkan mimik wajah serius. Hal ini sangat jarang, biasanya Adelia sudah sibuk di depan televisi menonton sinetron yang sedang tayang malam ini. Adelia biasanya baru masuk kamar saat sinetron favoritnya selesai tayang dan setelahnya anak gadis itu akan panik karena belum mengerjakan pekerjaan rumahnya. Hal itu selalu terjadi setiap malam.
Tidak mau mengganggu anaknya, James pergi ke kamar kerjanya. James adalah seorang arsitek yang bekerja di sebuah perusahaan properti. Ada sebuah proyek besar yang sedang dia kerjakan saat ini. Beberapa tahun dari sekarang di masa lalu, James tergiur dengan tawaran investasi di sebuah bisnis properti baru. Karena hal itu James mengambil resiko dengan mengundurkan diri dari pekerjaan tetapnya dan memulai bisnis barunya. Sayangnya bisnis itu tidak berjalan lancar dan menyebabkan rekan bisnisnya kabur membawa semua aset perusahaan, meninggalkan James dengan semua hutang yang menumpuk untuk segera dilunasi.
"Aaagghh, akhirnyaa selesaiii" teriak Adelia sambil meregangkan otot-otot tubuhnya kesana-kemari. Pekerjaan rumahnya akhirnya selesai.
Adelia melirik jam di meja belajarnya. Sudah pukul 10 lewat sedikit. Gadis itu keluar sebentar dari kamarnya, berjalan menuju tempat kerja Ayahnya. Dia mengintip dari sela pintu kamar kerja Ayah yang tidak tertutup sempurna. Lelaki berusia 40 tahunan itu sedang serius menggambar sebuah gedung.
"Bagaimana bisa aku membenci ayah di masa lalu?" gumam Adelia dalam hati.
Gadis itu melangkah lagi, tapi tidak ke kamarnya, dia pergi ke kamar orang tuanya. Ibu sudah tertidur di sana. Adelia naik dan tidur di samping ibunya. Dia masih merindukan pelukan hangat ibu. Perlahan Adelia terlelap sambil memeluk ibunya.