"Jangan terlalu lama melihat wajah aku, kalau suka bisa repot" ucap Dion dengan cengiran usilnya. Adelia sontak membelalakkan kedua matanya.
"Kamu sangat aneh, siapa juga yang suka?" balas Adelia dengan wajah masam. Dia segera mengalihkan pandangannya. Dasar remaja usil ada saja ulah Dion yang membuat dirinya marah dan kesal.
"Oke anak-anak, sekarang saatnya kita mulai presentasi apa planning kalian di satu Minggu nanti untuk menjaga telur itu bersama pasangan kalian" ucap Bu Claire setelah waktu berdiskusi habis.
"Ibu akan pilih acak ya. Natasha dan Willy, silahkan maju ke depan untuk presentasi rencana kerja kalian" pinta Bu Claire.
"Baik Bu" jawab Natasha. Sementara Willy tampak tidak terlalu tertarik, remaja itu hanya mengikuti Natasha untuk maju ke depan kelas.
"Wish me luck" ucap Natasha pada Adelia. Dia setengah putus asa harus berpasangan dengan Willy si badung.
Seperti dugaan semua orang, Natasha memaparkan semua idenya untuk 7 hari kedepannya, sementara partnernya hanya menganggukkan kepalanya saja, tanda setuju.
"Willy, apa ada yang ingin kamu sampaikan?" tanya Claire.
"Semua sesuai dengan ide Natasha Bu" jawab Willy dengan santai. Natasha melirik sambil mencibir, dia sudah bisa membayangkan nasibnya 1 minggu kedepan dengan Willy.
"Oke" balas Claire, lalu mempersilakan mereka untuk kembali duduk.
"Hmm, sekarang giliran Devon dan Natalia" lanjut Claire. Dia ingin mendengarkan planning kerja dari remaja paling populer di kelasnya itu.
Devon dan Natalia langsung berdiri saat nama mereka disebut. Dengan sopan, Devon mempersilakan pasangannya untuk berjalan lebih dulu dan menggeser kursi agar Natalia tidak kesulitan. Gadis itu tersenyum manis karena bahagia, lalu berjalan dengan wajah terangkat. Hari ini Dewi Fortuna sedang mengitari Natalia.
"Hahh, gentleman banget.." gumam Natasha, menopang dagunya dengan kedua tangannya saat melihat tindakan Devon tadi. Natasha melirik Willy sambil cemberut. Bertanya-tanya mengapa bukan dirinya yang berada di posisi Natalia sekarang. Sementara Adelia cekikikan melihat kelakuan Natasha dan remaja putri lainnya.
"Kamu enggak ikutan kepengen punya pasangan kaya Devon?" selidik Dion.
"Saya?" tanya Adelia.
"Iya, siapa lagi memangnya?" balas Dion. Remaja itu tidak mengerti mengapa Adelia harus bertanya, memangnya ada orang lain diantara mereka yang dia ajak bicara.
"Buat apa, saya bahkan mengajukan jadi orang tua tunggal" balas Adelia. Pertanyaan tidak penting bagi Adelia.
"Oh, barangkali kamu ikutan di fans club' nya Devon" balas Dion.
Anak muda itu menatap wajah Devon, remaja paling populer. Dari ukuran wajah, Devon memang dianugerahi wajah yang tampan, ditunjang dengan tinggi badan diatas rata-rata anak usia 15 tahun, tentu menambah poin plus dari penampilan Devon. Secara akademis nilai Devon biasa saja, tapi remaja jangkung itu sangat jago diberbagai bidang olahraga. Basket, sepakbola, taekwondo dan berenang. Devon jago disemua cabang olahraga itu. Wajar saja bila penggemarnya banyak di sekolah ini.
"Haha" balas Adelia, sengaja tertawa dengan sinis. Mana mungkin dia bisa mengidolakan remaja berusia 15 tahun seperti Devon. Di kehidupannya dulu bahkan aktor tampan seperti Ryan saja tidak sanggup menaklukkan hatinya.
"Oke, sudah cukup presentasinya. Ibu berharap kalian bisa bekerjasama dengan baik bersama pasangan kalian untuk menjaga telur-telur ini." ucap Claire di akhir kelas. Pelajaran pun selesai.
"Del, yuk makan. Gue terlalu stress sampai kelaparan begini" ucap Natasha, mengajak Adelia pergi ke tempat makan siang.
"Em," balas Adelia. Dia juga merasa lapar. Adelia menyimpan telurnya dengan baik di kotak makan dan keluar dari kelas, tanpa memperdulikan Dion. Natasha juga menyimpan telurnya di sebuah tempat dan membawa serta. Willy, sudah pasti remaja itu langsung menghilang setelah bunyi bel istirahat.
"Apa itu?" tanya Natasha, saat melihat Adelia membawa kotak makan siang.
"Makan siang" balas Adelia.
"Kamu enggak makan menu sekolah?" tanya Natasha.
"Tentu, hari ini menunya salmon. Aku harus makan" balas Adelia. Sekolah mereka memang sudah menyediakan makan siang yang enak dan bergizi untuk para siswanya. Kedua remaja itu segera mengantri makan siang.
Menu hari ini sangat spesial, menu favorit Adelia dan Natasha, yaitu bake salmon dengan mashed potato lengkap dengan salad sayuran dan buah potong. Adelia sudah punya rencana dengan penampilannya. Dia tidak mau masa remajanya dipenuhi dengan perundungan akibat bentuk fisiknya. Dia merasa sudah cukup merasakannya dulu, sekarang harus berubah.
"Mashed potato nya sedikit saja. Boleh tambah banyak salad dan buahnya" pinta Adelia pada petugas makan siang dengan sopan.
"Wah, tumben sekali, biasanya justru mashed nya yang tambah" celetuk petugas itu dengan kedua mata melebar. Adelia hanya tertawa dengan sopan menanggapinya. Petugas itu hanya memberi sekitar 1/4 dari porsi biasa, sesuai permintaan Adelia.
"Lu makan sayuran doang?" tanya Natasha, keheranan dengan porsi makan sahabatnya.
"Apa lu tahu kalori mashed potato?" tanya Adelia balik.
"Kalori?" tanya Natasha.
"Em, kalori. Dalam satu porsi mashed potato mengandung sekitar 400 kalori!" jelas Adelia sambil bergidik ngeri. Tidak terbayang kalau dia masih makan dengan porsi biasa.
"Untuk membakar makan siang ini aja, mungkin gue harus berenang atau senam selama 45 menit sampai satu jam, ngeri kan?" lanjut Adelia lagi sambil menghitung jumlah kalori yang ada di nampan makannya.
"Oke, gue enggak ngerti dan lu aneh" balas Natasha. Nyeri kepalanya baru saja reda akibat berpasangan dengan Willy, sekarang Adelia membicarakan hal yang tidak dia mengerti.
"Ya, usia semuda elu memang belum bakal ngerti masalah kalori" balas Adelia, merasa maklum akan ketidaktahuan Natasha.
"Hello Sis, gue ini dua bulan lebih tua dari elu" balas Natasha sambil memajukan bibirnya satu senti. Enak saja anak ini bilang dia muda, batin Natasha.
"Tunggu sampai usia 30 dan lu bakal ngerti" balas Adelia.
"Biarkan gue makan makanan ini dengan tenang tanpa mengerti apa itu kalori" balas Natasha. Gadis itu berdoa sambil menutup kedua matanya, mensyukuri hidangannya siang ini walaupun mengalami kesialan karena berpasangan dengan Willy selama seminggu. Baru saja Natasha membuka kedua matanya, tiba-tiba terdengar sebuah teriakkan.
"Natasha! Tangkap telurnya!!" seru sebuah suara dari arah depan. Willy melemparkan sesuatu, sebuah benda putih melayang ke arah Natasha.
Dengan wajah panik Natasha langsung menangkap benda itu. Matanya langsung melotot kesal saat menyadari benda putih di tangannya itu bukan telur proyek mereka, tapi hanya kertas butuh yang diremukkan hingga membentuk sebuah gumpalan kecil.
"Nat, telur kamu kan ini" ucap Adelia, mengingatkan. Kedua telur mereka masih tersimpan dengan rapi dan aman. Natasha melihat ke depan dan menemukan partnernya sedang tertawa bersama teman-temannya.
"Willy!!" teriak Natasha dengan wajah marah. Di depan Willy hanya bisa tertawa terbahak-bahak karena berhasil mengerjai pasangannya itu.