Di sebuah Resto mewah, Jo sudah membooking tempat tersebut disebuah ruang VIP. Di sana sudah ada Emilo yang sedang menunggu seseorang. Sudah hampir satu jam lebih menunggu disana dengan rasa kesal sekali. " Mana ada orang berjanji tapi malas jam karet."diapun mulai keluar dari ruang VIP.
Emilio pun berjalan dengan sangat kesal sekali dia tidak melihat ke depan namun tiba-tiba dia pun menabrak seseorang hingga terjatuh di lantai.
AUWW! Meringis kesakitan seorang perempuan yang baru saja ditabrak oleh Emilio.
"Kalau punya mata itu dipakai Jangan cuman buat hiasan saja! " Perempuan itu mendengus dengan sangat kesal sekali karena Emilio pun tidak meminta maaf sama sekali.
"DASAR CEROBOH!" Desis Emilio.
" APA?! Kamu bilang kalau aku ceroboh? " ulang perempuan itu mengejek dengan sangat kesal sekali. "Yang salah itu kamu tapi kenapa malah menyalahkan? Aku tahu memang kaya dan tampan tapi lupa untuk dua kata yang harus kamu cantumkan dan ingat di kepalamu. Wajar saja orang seperti kamu itu selalu lupa akan dua kata yaitu maaf!"
Emilio hanya bersifat Acuh Tak Acuh bahkan kesombongannya sudah mendewa. Diapun memutarkan bola matanya dengan malas. "Gak penting!" lalu dia pun melangkah pergi begitu saja dengan mendongakkan kepalanya sedikit ke depan dan berjalan begitu aku sekali.
Perempuan itu pun mulai marah sekali tanpa sengaja sebuah cahaya keluar dari tangannya hingga membuat Emilio terpental. Perempuan itu pun juga kaget sekali dengan kekuatan yang telah dia miliki. Lalu dia pun pergi begitu saja.
Emilio akhirnya tersungkur di lantai. Dia sulit untuk mempercayai diluar nalarnya. "Auw!" dia meringis kesakitan karena pantatnya pun mengenai sebuah lantai begitu keras kali. Lalu dia pun menoleh ke belakang ternyata perempuan itu menghilang seketika. "SHITT!" Umpatnya berulang kali.
Emilio pun langsung meraih ponselnya dia pun menelpon juga sahabatnya. Dia merasa kalau sahabatnya mempermainkan dia ketika melakukan sebuah kencan buta dengan seorang perempuan yang ternyata tidak kunjung datang. Dia juga merasa kesal dengan kejadian beberapa detik lalu. Perempuan bergaun merah itu mulai mengusik pikirannya selama ini.
Ponsel Jo pun sulit untuk dihubungi hingga membuat Emilio cukup kesal sekali. "Lihat saja nanti di kantor! Aku akan memecat Jo!"
Tidak ada nada terhubung sama sekali.
*
Di rumah Jo pun tertidur dengan pulas karena ponselnya telah di charger dengan keadaan mati. Dia pun merasa tubuhnya begitu sangat lelah sekali ketika lembur kemarin hingga pukul 12 malam.
Jo juga sudah mengatur beberapa pertemuan Emilio dengan beberapa perempuan yang bersedia untuk menjadi istri kontraknya. Dia juga sudah menghubungi perempuan itu untuk datang di resto yang telah dia siapkan beberapa hari lalu.
Jo mulai terbangun lalu dia meraih ponselnya yang dicharge. Dia pun mulai menyalakan ponselnya lalu beberapa notif panggilan dari Emilio pun terlihat begitu banyak sekali. Kedua matanya mulai terbelalak atas panggilan dan beberapa pesan chat yang mulai bermunculan. Firasat kau mulai terasa begitu tidak enak sama sekali karena dia tahu kalau pasti terjadi sesuatu di acara kencan buta yang telah dia siapkan.
EMILIO : Kamu ngerjain aku?
EMILIO : kalau kamu nggak niat ngebantuin aku. Kamu nggak usah janji terlalu muluk-muluk!
EMILIO : kamu sudah membuang beberapa banyak waktu untuk menunggu perempuan yang kau kenalkan tidak jelas itu!
EMILIO : aku akan memotong gajimu bulan depan sebagai gantinya kamu telah membuat waktuku terbuang sia-sia. Aku akan memotong gajimu lima puluh persen dan bonus menghilang.
Setelah membaca beberapa pesan chat dari Emilio. Terlihat jelas wajah Jo yang tampak pucat sekali karena dia tahu kalau Emilio akan memotong gajinya yang tidak tanggung-tanggung. Dia hanya dapat menelan salivanya sendiri karena merasa Emilio benar-benar sangat kejam sekali. Dia juga mencoba menghubungi ponsel Emilio namun kenyataannya panggilannya pun direject.
"MAMPUS!" Jo menepuk jidatnya sendiri karena dia tidak tahu lagi harus berbuat apa. " Shitt! Kenapa perempuan itu pakai tidak datang menemui Emilio?" Jo mulai menggeram dengan sangat kesal sekali karena perempuan yang sudah dia minta bantuannya ternyata malah tidak datang.
*
Aza pun bersembunyi di sebuah toilet restoran. Dia bertemu dengan seorang lelaki yang menyebalkan sekali. Sikapnya yang begitu Aku bahkan membuatnya begitu kesal. " Dasar sombong! " Dia sangat Gregetan sekali melihat lelaki itu yang sangat menyebalkan sekali. Namun dia sangat merasa aneh sekali dengan dirinya sendiri. Tanpa sengaja ada sebuah kekuatan yang mendorong dia untuk sesuatu diluar nalarnya. Mendadak ia melihat ada sebuah cahaya yang keluar dari tangannya hingga membuat lelaki itu pun jatuh tersungkur di lantai.
"Kenapa cahaya itu selalu keluar dari tanganku ketika aku merasa tidak bisa mengontrol emosiku sama sekali? " Aza pun mencoba bertanya kepada hatinya sendiri karena dia juga bingung dengan kekuatan yang mendadak ada dalam dirinya. Apalagi ibunya yang mendadak menghilang setelah memberikan sebuah kalung berbatu ruby biru dan sebuah buku sakral yang selalu dia bawa ke manapun dia berada.
Aza hanya mampu terdiam. Dia akan mencari tahu tentang siapa dia sebenarnya. Padahal sebelumnya dia tidak pernah mengalami kejadian seperti ini. Semenjak malam bulan purnama di mana usianya tepat 20 tahun dia merasa ada sesuatu yang aneh dalam dirinya. Dia berusaha untuk menerka-nerka. "Sebenarnya aku ini siapa? " dia mulai menggumam dalam hatinya.
*
Keesokan harinya Jo langsung menemui Emilio di ruang kerjanya. Jo pun mulai membuka pintu ruang kerja Emilio lalu melangkahkan masuk ke dalamnya. Di sana sudah ada Emilio yang sedang berkutik dengan layar pada ada laptopnya.
"Kamu masih berani menemui aku di sini?"
"Bukan begitu, Bro. Ini hanya ada sedikit kesalahan teknis. Kali ini ini aku tidak akan pernah mengecewakanmu, Bro."
"Hmmm." Emilio sudah terlanjur kecewa dengan rencana yang telah dibuat oleh Jo. Dia merasa dipermainkan oleh waktu." Baiklah aku hanya memberimu satu kali kesempatan untuk mencarikan ku seorang calon istri yang mau menikah kontrak denganku dan dan mau mengandung anak dariku."
"Tapi kamu tidak memotong gajiku lima puluh persen kan? " Jo menatap Emilio yang sedang sibuk dengan pekerjaannya.
"Kalau itu masih berlaku pemotongan gaji lima puluh persen dan kamu bulan ini tidak akan mendapatkan sepeserpun insentif yang biasanya kamu terima. " Terang Emilio menatap Jo.
"Dasar kepala batu!" Jo mengumpat dalam hatinya kalau dia sangat kesal sekali dengan sahabatnya sekaligus bos di tempat kerjanya."Pantas aja dia belum sama sekali memiliki seorang kekasih! Sikapnya aja begitu ke aku dan sombong," gumamnya.
"Kalau kamu sudah tidak ada urusan lagi, Kamu sudah tahu kan di mana pintu keluarnya! Oh ya. Kamu Sekalian tolong Panggil Fani ke sini."
"Iya," Jo merasa sangat kesal sekali dengan sikap Emilio yang begitu dingin. Bahkan dia sangat kesal ketika gajinya harus dipotong lima puluh persen berserta tidak mendapat sepeserpun insentif yang biasanya dia terima.
*