Sebuah kafe terlihat begitu ramai sekali. Aza duduk di sana di sebuah meja nomor sembilan. Dia memesan orange juice lalu dia mengaduk-ngaduk nya dengan sedotan. Dia sedang menunggu temannya yang berjanji untuk belajar kelompok bersama. Jam sudah menunjukkan pukul pukul 08.00 malam namun temannya pun belum juga datang sama sekali.
Karena Aza cukup halus dia pun menghabiskan segelas minuman orang Jus itu yang ada dihadapannya hingga tetes terakhir. Mendadak kepalanya terasa begitu berputar sekali Bahkan dia tidak bisa menahan nya. Dia pun segera pergi ke kamar mandi namun langkahnya pun sempoyongan. Kemudian dia pun terjatuh dalam sebuah pelukan seorang pria yang samar-samar dia lihat. Dalam beberapa detik dia pun tidak mengingat sama sekali karena pandangannya gelap.
Di ujung sana terlihat seorang gerombolan perempuan yang sedang menertawakan Aza. Lalu dia pun pergi begitu saja keluar dari pintu kafe tersebut. "Syukurlah kalau dia kita kerjain! Mampus!"
Satu jam sebelumnya.
"Tolong kamu campuran bubuk ini ke dalam Minuman itu. " perempuan itupun memberikan uang tips kepada pelayan tersebut. Dia berharap bisa mengerjai Aza. Dia sangat membenci sekali perempuan itu karena mampu menyita perhatian dari lelaki yang telah dia sukai selama ini.
Diandra perempuan yang membenci Aza. Dia berharap agar perempuan itu kapok. Dia sengaja menyewa seorang lelaki untuk mengerjai Aza.
"Diandra! "
Diandra pun mulai tersentak Lamunan karena dia tidak menyangka kalau lelaki yang bisa sewanya ternyata Belum sama sekali melakukan tugasnya.
" Jadi, siapa lelaki yang membawa Aza kalau bukan kamu." Diandra pun berpikir keras namun dia pun tidak peduli.
Bubuk yang dicampur kan itupun mengandung banyak ramuan sehingga membuat Aza akan liar. Dia berharap rencananya itu berhasil walaupun bukan dengan orang suruhannya. Dia pun mulai tersenyum Licik sekali Bahkan dia pun berharap kalau kehidupan Aza akan hancur.
"Diandra, mana bayaranku? "
Diandra pun memberikan satu amplop yang berisi sesuai dengan kesepakatan mereka berdua. Namun dia pun memotongnya setengah karena di luar dari rencananya.
"Loh!" pria itu pun tidak menyangka kalau ternyata Diandra memotong bayarannya. Dia mulai protes karena tidak sesuai dengan kesepakatan. Tapi Diandra pun tidak menggubris sama sekali pakaian dari pria itu. Lalu dia pun pergi dengan mobil mewahnya.
*
Di sebuah kamar hotel Aza merasa kepalanya sangat pusing sekali Bahkan dia melihat seorang pria dihadapannya. Dia pun langsung menarik pria itu nggak ke atasnya posisinya. Kemudian dia pun mulai menyerang. Dia pun menarik Tak sabar pria itu untuk melakukan kegiatan intim itu.
Pria itu pun tidak menolaknya bahkan menikmatinya. Aza melakukannya hingga lepas kontrol. Pria itu pun merasa Aza sebagai candu setiap hari rumah tubuhnya mengundang rasa ingin memilikinya dan menyerangnya balik.
Pagi pun mulai menyapa hingga Mereka pun tertidur bersama di atas sebuah ranjang dengan satu selimut.
"AHHH!" Aza pun langsung berteriak dengan sangat histeris kali mendapati tubuhnya tidak menggunakan sehelai benang pun hanya menggunakan selimut yang menutupinya di dalam pelukan pria asing.
Pria asing itu pun juga membuka kedua kelopak matanya. Dia pun langsung berteriak dengan sangat histeris karena mendapati dirinya juga bersama dengan perempuan itu namun dia berusaha mengingatnya karena aroma tubuh dari perempuan itu membuat dia ingin melakukannya lagi dan lagi.
" Ternyata aku masih normal. " pria itupun menggumam dalam hatinya karena banyak orang yang mengira nya tidak memiliki selerah menyukai lawan jenis. Dia adalah Emilio Finn. Dia yang menemukan Aza dalam kondisi pingsan dan membawanya ke sebuah hotel.
Emilio pun tidak dapat menolak karena tubuh Aza mengandung sebuah zat yang membuat dia semakin bergairah. Dia mulai menghela nafasnya begitu sangat berat sekali. Bahkan dia tidak menyangka kalau gairah nya begitu menyala-nyala ketika bersama dengan perempuan itu.
*
Leon pun melihat dari negeri Neptunus." Gawat ! Bagaimana semua ini bisa terjadi? Ini bisa menjadi malapetaka bagi negeri Neptunus!" dia berusaha untuk mencari cara agar Semuanya itu tidak akan pernah terjadi. Jika tidak maka semua bencana itu akan menenggelamkan Negeri Neptunus.
"Apa yang sedang terjadi pangeran? "
"Tuan putri sedang dalam masalah. Dia telah melakukan hubungan intim dengan keturunan,-"
" kamu tidak bercanda," seorang permaisuri itu pun Memotong pembicaraan dari pangeran Leon. Dia tidak menyangka kalau semua itu akan terjadi. Sebuah tanda berakibat fatal Neptunus.
Permaisuri itu terjadi mengingat peristiwa beberapa abad dahulu kala. Dia tidak menyangka kalau peristiwa itu akan terjadi kembali. Kemungkinan besar Negeri Neptunus akan tenggelam selamanya. Karena keturunan Neptunus hanya tinggal putri Aza.
"Semoga saja, tidak terjadi sesuatu."
*
"Tidak! Ini tidak mungkin!" Aza mendapati dirinya dalam peristiwa itu. Dia hanya bisa meratapi nasibnya.
"Aku akan bertanggung jawab terhadapmu," kata Emilio.
"Kau pikir..." Aza merasa kalau kemarin dan hari ini adalah sebuah hari sial. Dia merasa takut sekali.
Aza mulai menarik ulur kejadian itu hingga dia merasa begitu bodoh sekali. Tubuhnya sudah dijamaah oleh seorang pria asing itu. Dia berlari dari kamar neraka itu.
Ketika Aza berlari lelaki itu mencekal lengannya seakan tidak membiarkan Aza pergi. "Aku bisa membayar kamu! Asalkan kamu mau menyetujui tentang rencanaku!"
"Apa maksud anda?" Tanya Aza menatap pekat kedua mata pria tampan di hadapannya.
"Kau..."
Aza menepiskan tangan Emilio. Lalu dia menampar wajah pria itu dengan tangan kanannya. "Saya tidak peduli! Saya peringatkan ke anda, jangan pernah anda halangin saya!" Tegasnya.
"Saya bisa membayarmu, berapapun yang kamu mau," kata Emilio.
"Saya tidak membutuhkan uang anda! Karena saya bukan seorang jalang!" Balas Aza menatap pekat wajah Emilio, lalu memalingkan wajahnya dengan cepat.
"Yakin?" Emilio menaikan salah satu alisnya sambil menyeringai.
"Ya!" Tegas Aza menatap sengit Emilio. Dia mendorong Emilio untuk menjauh dari hadapannya. Dia segera keluar dari kamar hotel itu.
Aza mendengus dengan sangat kesal sekali ketika meninggalkan kamar hotel. Wajah dan penampilan Aza tampak berantakan sekali. Dia terlihat benar-benar berantakan namun dari belakang Emilio memberikan pinjaman jasnya.
"Pakailah! Setidaknya kau tidak digoda para pria di luar sana dengan penampilanmu seperti ini," ucap Emilio.
Aza langsung membuang jas milik Emilio. "Saya tidak butuh ini!" Dia pergi begitu saja melewati Emilio. Dia merasa kalau pria itu terlalu sombong. "Kamu pikir uang bisa membeli segalanya? Dasar orang kaya belagu yang hanya bisa menilai dari uang saja!" Dia mengerutu dalam hatinya. Dia sangat kesal sekali. Dia ingin sekali menampar kembali. Kedua tangannya masih mengepal.
"Sombong sekali perempuan itu!" Dengus Emilio dengan tersenyum kecut. "Akan ku pastikan kau ikut dalam rencanaku!" seringainya.
*