"Dari Tuhan manusia ada, bersama Tuhan manusia hidup, dan bersatu dengan Tuhan manusia akan kembali. Jika hidup masih dipenuhi dengan nafsu duniawi untuk bersenang-senang, yang namanya kemuliaan hidup akan sulit untuk ditemui. Cahaya putih bersemi dalam sebuah kehidupan," setelah Monica membacakan mantra sakral dari buku simbol petir tersebut mendadak dia mulai berteleportasi. Dalam hitungan beberapa detik kemudian dia telah sampai di sebuah desa matahari kecil.
Monica pun mulai memasuki Desa matahari kecil. Dia melakukan teleportasi dalam hitungan sekejap saja. Kedua kakinya pun mulai melangkah menuju ke sebuah kastil yang terbuat dari kiloan cahaya emas. Di sana ada beberapa pelayan-pelayan yang mulai menyambut kedatangannya.
"Selamat datang, Ratu Monica. "Sebuah salam itu terucap dari mulut seorang dayang-dayang di kastil matahari kecil. Kemudian seorang raja menghampiri Ratu Monica.
" Apa yang sedang terjadi?" Raja dari matahari kecil itupun menatap kedua mata Ratu Monica.
"Keadaan sesuai dengan rencana yang terjadi. Raja, Tenang saja semua akan baik-baik saja." Jawab Ratu Monica dengan melengkungkan sebuah senyuman termanis.
Monica pun mulai menjelaskan tentang kondisi yang terjadi saat ini. Kemudian Raja pun mengangguk mengerti tentang kronologi masalah yang terjadi saat ini. Dia merasa kalau semuanya akan kembali normal seperti dulu kala. Dia berharap kalau tidak ada peperangan antara dua negeri yang sedang berselisih paham karena sebuah kesalahpahaman di masa lalu.
Setelah Ratu Monica menjelaskan kronologi masalah yang terjadi saat ini kepada Raja matahari kecil. Dia pun langsung melakukan teleportasi kembali ke bumi.
*
Emilio mulai berdecak kesal karena anak buahnya tidak menemukan informasi mengenai perempuan bergaun merah itu. Dia merasa sangat frustasi sekali. "Ke mana perginya perempuan itu?"dia mulai mengerutkan keningnya lalu mengusap-usap halus dagunya.
Seluruh isi kepala Emilio dipenuhi dengan bayangan-bayangan perempuan bergaun merah itu. Dia merasa semakin Penasaran sekali dengan perempuan itu yang mengusik isi pikirannya saat ini. "Kenapa kamu selalu mengusik pikiranku? Apa mungkin aku sudah mulai terjerat aroma tubuhmu yang membuat aku semakin candu ingin sekali melakukannya sekali lagi? " dia mendesis. Kedua rahangnya mendadak menjadi keras. "Aku akan mencarimu. Jika aku tidak bisa menemukanmu, mungkin aku bisa jadi gila karena dirimu! "
Di ruang kerjanya Emilio terus berdebat dalam benak pikirannya mengenai sosok perempuan bergaun merah itu yang berhasil menjerat dirinya. Ia merasa sangat aneh sekali dengan perempuan itu yang berhasil membangkitkan gairahnya berulang-ulang kali. Kemudian kedua kelopak matanya pun mulai terpejam kan, dia merasakan sensasi yang pernah dia alami bersama dengan perempuan itu di atas ranjang. Dia melakukan kegiatan bercinta di malam itu hingga dia merasa kalau perempuan itu mampu memberikan sensasi yang luar biasa.
" Astaga! Aku lupa kalau hari ini ada meeting penting dengan klien Perancis." Emilio mulai menepuk jidatnya sendiri karena hari ini dia ada meeting dengan klien dari Amerika. Dia akan mengajak kerjasama investor dari Perancis tersebut.
Emilio pun langsung menghubungi Fani untuk segera menyiapkan beberapa berkas. Dia lupa kalau nanti jam 1 siang akan ada meeting penting dengan Tuan Jordan.
Di luar Fani menerima telepon dari Emilio. Dia sangat panik sekali karena dia sendiri lupa kalau hari ini ada meeting penting dengan investor asing. Dia mulai mencari beberapa file untuk disiapkan sebelum pukul 12 siang.
Kepanikan mulai melanda Fani saat ini. Dia berusaha untuk mengontrol emosinya menghadapi bosnya yang tidak akan pernah mungkin mau tahu tentang alasannya. Dia mulai mengerjakan beberapa proposal yang akan dibawa untuk presentasi.
"Astaga! Mampus! Bagaimana bisa aku melewatkan proposal penting untuk presentasi dengan investor dari Prancis?! "Fani mulai menggumam dalam hatinya karena dia benar-benar amnesia kalau hari ini akan ada meeting penting.
*
Selama kehamilannya Aza tinggal di sebuah kastil putih. Dia bahkan hanya bisa menatap sebuah kaca dari luar. Dia bahkan tidak diperbolehkan untuk keluar masuk dari Kastil karena terlalu berbahaya untuk Dia. Ada beberapa orang yang telah mengincar Aza terutama untuk calon bayi dalam kandungan nya.
"Kenapa harus aku yang dalam posisi seperti ini? Kenapa aku bodoh sekali melakukannya? " Aza merasa sangat cemas dengan kondisi yang telah dialami saat ini. Bahkan ia merasa perutnya semakin hari semakin membesar tidak seperti manusia normal yang mengandung selama sembilan bulan.
Aza juga Mulai mempelajari beberapa apa kekuatan dan mantra-mantra untuk mengontrol dirinya sendiri. Kemudian dia mulai membuka telapak tangannya dan mengarahkannya ke sebuah benda. Namun kenyataannya dia masih belum bisa untuk mengendalikan kekuatannya melalui sebuah mantra-mantra kuno khusus yang dia pelajari dari sebuah kitab sakral bersimbol bintang dan bulan.
Aza mulai membaca perlahan-lahan tentang isi kitab sakral bersimbol bintang dan bulan itu. Dia merasa ada sesuatu yang menarik. Ia mulai membaca setiap kata dalam kalimatnya. Lalu dia berusaha untuk menghafalkan setiap kalimat mantra yang terdapat dalam kitab sakral tersebut.
" Tidak ada warna hitam karena hanyalah warna putih yang akan mengikat semua warna dasar. Warna hitam akan pudar jika itu bukanlah jati diri seseorang. " Aza mulai mencerna setiap kata dalam kalimat yang telah dia baca. Kemudian mendadak telapak tangannya mengeluarkan sebuah cahaya putih.
Aza berhasil untuk menghidupkan dan mematikan cahaya ruangan kamarnya. Dia berhasil mencobanya berulang-ulang kali.
Aza mencoba membaca sebuah kitab sakral itu kembali di halaman setelahnya. Kemudian dia pun mencoba untuk membaca mantra-mantra suci itu dengan memejamkan kedua kelopak matanya. Kemudian sayap di punggungnya pun mulai terlihat mengepak. Kemudian cahaya batu ruby biru pada liontin kalung itupun mulai menyala."Apa yang terjadi sebenarnya dengan diriku? Apakah ini mungkin sebuah takdir dalam sebuah kehidupanku?"
Padahal Aza pun berpikir untuk bisa menjadi manusia normal. Tapi kenyataannya Dia adalah seorang generasi dari negeri Neptunus. Dia bahkan ditakdirkan sebagai Serigala yang memiliki sebuah sayap. Dia adalah calon dari ratu Negeri Neptunus.
Kemudian Aza mendengar suara ketukan pintu dari luar pintu kamarnya. Ia langsung mematikan jarinya ke sebuah cermin untuk melihat siapa dibalik pintu tersebut sebelum ia membukanya. Ia melihat seorang pelayan yang membawakan makanan untuk dirinya seperti biasa. Ia selalu mengkonsumsi dua kantong darah dalam sehari. Ia tidak peduli darah segar itu dari manusia atau hewan.
Di luar pelayan itu menunggu Aza untuk segera membukakan pintunya karena sudah waktunya untuk menikmati dua kantong darah segar untuk dikonsumsi agar kondisi Aza menjadi segar.
"Terima kasih," kata Aza.
"Sama-sama." Balas pelayan.
Kemudian dalam hitungan sekejap pelayan itu mendadak menghilang begitu saja dari hadapannya. Aza segera untuk kembali ke kamarnya dan mengunci pintu kamarnya.