Di kantor masih terdengar semua rumor kalau Emilio akan segera masuk ke kantor setelah dua tahun berlalu.
Fani tampak panik sekali bahkan dia mulai untuk memoles wajahnya dengan lip tint yang baru saja dia beli lewat online shop.
" Serius kalau si Bos bakalan masuk hari ini? "
" Iya. Hari ini Bos akan masuk akan aku sudah bisa membayangkan betapa mengerikannya sorot tatapan wajah dari seorang Emilio Finn, atasan kita yang memiliki sikap yang arogan dan disiplin. Bahkan aku sudah bisa menebak cara amarahnya yang pernah dia lakukan dua tahun belakangan ini sebelum kecelakaan itu terjadi. " ujar Fani yang sedang berbicara dengan Hazel teman kerjanya.
Hazel bekerja di divisi marketing. Mereka berdua memang sangat akrab sekali. Dia hanya bisa menelan ludahnya sendiri karena orang yang telah mereka bicarakan sudah datang. Dia hanya mampu menundukkan pandangannya untuk menghormati seorang atasan yang begitu arogan. " perempuan mana ya yang mau bersanding dengan si Bos? " dia menggumam dalam hati kecilnya karena rumor belakang Ini yang mengatakan bahwa Emilio lebih menyukai sesama jenis bahkan tidak memiliki sebuah gairah ketika berdekatan dengan perempuan.
Emilio dikawal oleh dua bodyguard-nya yang menuntunnya dengan menggunakan kursi roda Tapi pesonanya tetap saja terlihat begitu sangat tanpanya keterlaluan. Rahang Emilio yang terlihat begitu keras sekali dan ditumbuhi oleh bulu-bulu tipis itu menambah sebuah pesona yang tiada tara. Bahkan tidak jarang mereka mengidolakan Emilio namun sayangnya pria itu memiliki rumor yang sangat buruk sekali.
Emilio sudah sampai di depan meja kerja Fani.
Fani tampak sangat gelisah sekali bahkan Fani merasa sangat bebas sekali saat itu ketika Emilio masih dalam kondisi tidak sadarkan diri di rumah sakit. Dia merasakan sebuah kemerdekaan namun dia tetap saja berurusan dengan wanita tua itu yang selalu menginginkan sesuatu sempurna. Tidak jarang jarang dia harus menelan sebuah kenyataan kalau wanita tua itu benar-benar cerewet sekali.
" Tolong beritahu saya Jadwal apa saja yang harus saya tahu. "Kata Emilio begitu singkat sekali." Saya tunggu kamu di ruangan saya sepuluh menit. Jika kamu terlambat dalam satu detik saja maka saya akan potong gaji kamu sepuluh persen."
Fani hanya mengangguk mengiyakan karena dia tidak mampu untuk membantah apa yang telah diperintahkan oleh Emilio selaku bosnya di kantor. Dia hanya mampu menelan salivanya sendiri karena dia bingung harus mulai dari mana. Tangannya pun mulai berkeringat dan bergetar. Suara Emilio benar-benar seperti harimau yang ingin menerkam mangsanya. Singkat namun mematikan.
Emilio masuk ke dalam ruang kerjanya. Sedangkan Fani berusaha untuk bersiap-siap memberikan sebuah catatan jadwal hingga satu minggu ke depan. Dia juga ingin menyiapkan beberapa berkas-berkas yang akan ditandatangani oleh Emilio. Dia tidak ingin memancing amarah seorang Emilio. Dia tidak ingin kehilangan pekerjaannya.
Di ruang kerjanya Emilio tanpa memeriksa beberapa berkas-berkas yang ada di mejanya. Dia juga meminta agar dua bodyguard-nya berjaga di luar saja. Dia hanya ingin konsentrasi dalam sebuah pekerjaan. Sebenarnya dia sudah jarang sekali dengan kondisinya yang lumpuh dan harus membawa kursi roda kemana-mana.
Di luar Fani tampak gelisah sekali ketika catatan bukunya ternyata tertinggal di rumah. Dia kebingungan karena konsekuensinya dia harus kehilangan sepuluh persen dari gajinya bulan depan. Dia merasa benar-benar terhimpit. Apalagi waktu sudah kurang tiga menit. Dia tidak bisa berkutik sama sekali.
" apa kamu mencari ini? "Tanya Jo yang mendadak datang di hadapannya sambil membawa sebuah buku catatan kecil berwarna biru di tangannya.
Fani merasa kalau gajinya terselamatkan ketika melihat buku catatan kecil berwarna biru itu yang berada ditangan Jo. Dia merasa bisa bernafas lega sekali. Dia baru ingat kalau kemarin malam dia sedang berada di apartemen Jo. Seperti biasa dia selalu menghabiskan waktunya setiap malam di sana.
" Iya, Aku sedang mencari buku catatan itu. Ya Tuhan akhirnya kamu menemukan buku catatanku yang benar-benar sakral dan berharga ini. Jika tidak maka habislah sudah. " Fani bisa bernafas sangat lega sekali karena hari ini benar-benar menyelamatkannya dari sebuah maut dari atasannya. Jika tidak maka hal yang terburuk itu akan terjadi yaitu pemotongan gaji bahkan dia akan kena surat peringatan dari perusahaan. Lebih buruknya lagi dia akan kehilangan pekerjaan itu.
"Lain kali kamu sebelum berangkat atau pulang dari apartemenku sebaiknya kamu cek dulu. Atau dimanapun kamu berada kamu harus cek apapun barang kamu karena kalau tertinggal itu bisa berbahaya apalagi kalau barang itu adalah barang yang sangat penting sekali. "Tutur dari Jo.
Mereka berdua pun memiliki sebuah hubungan spesial. Semenjak tiga tahun yang lalu tapi secara diam-diam mereka menjalin sebuah hubungan karena menurut pasal yang ada di perusahaan tempat dia bekerja saat ini. Tidak diperbolehkan menjalin hubungan dengan rekan satu kantor.
" Jo, kamu memang yang terbaik dalam kehidupanku dan kamu selalu menyelamatkan dari halal yang terburuk seperti sekarang. Apa jadinya bila aku tidak menemukan buku harian itu? " Fani menatap wajah Jo dengan penuh rasa bahagia dan bangga.
Sebenarnya banyak rekan di perusahaan itu tahu kalau Fani dan Jo benar-benar memiliki sebuah hubungan spesial. Tapi Tidak ada satu pun yang berani untuk mengedarkan rumor mereka berdua memiliki sebuah hubungan. Karena mau bagaimana lagi, kalau Jo adalah sahabat dari Emilio Finn, bos mereka.
Fani pun segera masuk ke dalam ruang kerja Emilio. Dia merasa hatinya tidak tenang sekali karena sudah tinggal satu menit lagi. Bahkan hanya hitungan dalam detik. Dia mulai mengetuk pintu ruang kerja dari Emilio.
"Masuk! Terdengar suara perintah dari Emilio dari dalam ruang kerjanya. Kemudian Fani pun mulai meraih gagang pintu ruang kerja yang memiliki. Dia langsung melangkahkan kedua kakinya setelah pintu terbuka dan menutupnya kembali. Dia merasa sangat gugup sekali ketika kembali bertemu dengan bosnya yang memiliki sikap yang suka seenaknya dan arogan. Namun dia tetap menghargai sikap bosnya.
Fani pun langsung melangkahkan kedua kakinya dengan cepat sekali karena tinggal beberapa detik lagi waktunya. Dia melangkahkan kedua kakinya menggunakan sepatu high heel. Dia berusaha untuk tetap tenang menghadapi Bos kejam Emilio.
Emilio wajahnya benar-benar terlihat sangat datar sekali. Bahkan tidak ada sebuah senyuman di wajah pria itu.
Fani sudah berada di hadapan Emilio. Lalu dia menyerahkan buku catatan itu tentang jadwal hari ini hingga minggu ke depan yang sudah dia catat lengkap ke Emilio.
Emilio menerima buku catatan tersebut dari Fani lalu mengeceknya ulang. Dia membaca setiap kata dalam kalimat yang telah dicatat oleh Fani.
Sementara Fani hanya mampu duduk terdiam dan menelan salivanya sendiri. Dia merasa sangat gugup sekali ketika berada di hadapan Emilio.
Suasana menjadi sangat hening.
Emilio masih mencocokkan jadwalnya juga yang sudah dicatat di notebooknya.
"Semoga semua baik-baik aja," Fani hanya bisa berharap kalau semuanya benar-benar baik-baik saja dan tidak ada sebuah masalah yang serius.
*