***
Setelah menghabiskan makanan yang diberikan Mina sebagai ucapan terima kasih sudah membantu menyelesaikan masalah Arin. Brian berjalan mengantar Evan temannya menuju pintu keluar, sedangkan Mina membersihkan meja.
Brian terus berjalan, sambil membuka pintu dan melangkahkan kaki keluar. Sentak Brian terdiam kaku dengan wajah yang terkejut, matanya terbelak membuat teman yang berada disampingnya binggung dengan sikap Brian.
Mereka terdiam dan saling memandang satu sama lain. Tanpa disangka Brian kembali bertemu dengan Arin yang saat ini berada dihadapannya sambil berbicara ditelepon dengan seseorang. Mereka saling memadang dengan tatapan terkejut.
" Bri .. lu kenapa ?" tanya Evan yang sentak membuat Brian tersada.
" ahh, nggak apa-apa kok, lu hati-hati yaa dijalan, nanti gue telpon" ucap Brian mencoba mengalihkan padangannya.
" emm .. gue pergi byee !! jangan lupa bayaran gue okke .." ucap Evan sambil berjalan mudur dan melambaikan tangannya kemudian berbalik dan berjalan pergi.
Brian terdiam melihat Arin yang masih terdiam melihatnya. Malam yang dingin dengan angin yang berhembus menyapu dedaunan disekitar dan setiap rambut panjang Arin dengan tatapan kebencian. Brian sangat memahami tatapan itu, kemudian Arin mulai berjalan mendekatinya, bukan, Arin tidak mendekatinya melainkan berjalan melewatinya begitu saja seperti angin yang berhembus dengan tatapan dingin yang Arin berikan.
Rasa sakit didadanya membuat dia menyadari bahwa mungkin perasaan ini yang selama ini Arin rasakan karena dirinya. Perasaan sesak dan perih membuatnya tidak bisa berkata-kata.
Arin berjalan mendekati meja yang sudah terisi dengan beberapa makanan didekat kaca. Sambil menghela nafas mencoba menenangkan perasaan yang saat ini sangat kacau.
Mengingat perkataan Mina membuat Brian memutuskan menghampiri Arin dan duduk tepat dihadapannya. Ia menyadari wajah dingin yang Arin tunjukkan kepadanya, tapi dengan sekuat hati Brian menekan harga diri dan egonya agar ia bisa membalas rasa bersalahnya selama ini.
" lu ngapain duduk disana ?" tanya Arin dengan ketus.
Brian terdiam mendengarkan Arin, karena mungkin jalan satu-satu hanya terdiam agar ia tidak salah mengucapkan kata yang mungkin kembali menyakiti Arin.
" okke , biar guae yang pergi " ucap Arin yang langsung beranjak dari tempat duduknya.
" duduk ..!" saut Brian mencoba mencegah Arin. " Hari ini lu udah ngelewati hari yang berat, jadi duduk dulu .. biar gue yang pergi " ucap Brian dengan suara rendah yang entah mengapa membuat Arin perlahan mendengarkan perkataan itu dan perlahan kembali duduk dibangkunya.
" Gue bakal pergi, kalau Mina udah datang .. tolong tunggu sebentar " ucap Brian mencoba bernegosiasi dengan Arin yang hanya terdiam dengan wajah dingin.
Mereka masih terdiam beberapa saat dengan suasana yang dingin dan canggung. Brian terus menatap Arin yang sedang focus pada ponselnya.
" hari ini ... lu baik-baik aja'kan ?" tanya Brian mencoba memberanikan diri untuk kembali memulai pembicaraan.
" Gue baik-baik atapun lagi nggak baik-baik itu bukan urusan lukan ?" ucap Arin dengan ketus.
Brian yang bisa tersenyum pahit mendnegar perkataan Arin yang sangat tajam hingga membuat hatinya terrasa perih " lu segitu benci sama gue ?" tanya Brian yang sentak membuat Arin melihat kearahnya dengan tatapan dingin.
" .. gue benar-benar minta maaf untuk semuanya .. " ungkap Brian dengan setulus hatinya.
Tapi Arin masih terdiam tidak membalas satu perkataanpun.
" mungkin gue nggak bisa paham apa yang lu rasaain .. gue bakal terima apa yang lu semua rasa kebencian lu sama gue karena gue pantas mendapatkanya .. buat hari ini, jangan terlalu dipikirkan, semua udah diselesaikan, jangan luma amakan yang banyak, kalau gitu gue pergi .." ucap Brian sambil beranjak dari tempat duduk dan berpergi.
" Brian ..!! mau kemana ? makan dulu baru pergi !" saut Mina mencegah Brian agar tidak pergi.
" nggak usah, gue langsung pergi aja ..." ucap Brian kemudian berjalan meninggalkan cafe, Mina masih menunggu Brian hingga tidak terlihat lagi, lalu berjalan menghampiri Arin yang masih terdiam merenungkan semua ucapan Brian.
" Arin .. lu nggak apa-apa'kan ? nggak ada yang luka'kan ..?" tanya Mina sambil meletakkan makanan diatas meja lalu memeluk erat Arin.
" Mina .. jelaskan ! kenapa dia bisa disini ?" tanya Arin yang langsung mengalihkan pembicaraan dan sentak membuat Mina melepask pelukannya.
" ahh .. itu, ceritanya panjang, nanti biar aku ceritain, sekarang yang penting itu lu ! lu nggak apa-apa'kan ? lu kenapa nggak bilang kalau hari itu lu diperlakukan kaya gitu ? pantes aja waktu hari itu perasaan gue nggak enak, ternyata feeling gue benaran nyata ! kenapa nggak cerita sama gue ha ! kenapa !! apa lu masih nggak percaya sama gue ? bukannya lu udah janji buat menceritakan semuanya sama gue .. ? hiks .. gue benar-benar khawatir sama lu .." omel Mina seperti seorang Ibu yang sedang mengomel anaknya.
" waktu itu gue capek banget, pikiran gua kacau, jadi pulang kerja langsung tidur, gue benar-benar langsung tidur sampe rumah, sampai-sampai gue lupa makan malem .. gue benr-benr nggak apa hari itu, cuman kaget aja, tapi untuk hari ini gue benar-benar nggak baik-baik aja .. " jelas Arin dengan wajah memelas agar Mina tidak marah lagi dengannya. Melihat wajah Arin yang memelas membuat Mina tidak sanggup mengomelinya kembali.
" huu .. kasihannya tem,anku .." ucap Mina smabil menghampiri Arin dan kembali memeluknya hingga air matanya mengalir karena merasa terlalu sedih.
Sambil melepaskan pelukkan dan menghapus air matanya " ya udah sekarang makan dulu baru kita bicara lagi, pasti lu laper banget hari ini .." ucap Mina sambil menuangkan makanan dipiring Arin.
" pokoknya hari malam ini lu nggak usah khawatri, semua udah dibereskan hingga keakar .. Brian juga pas liat berita itu dia langsung menghubungi temannya, waohh gua benar-benar kaget tau ! baru pertama kalinya gue liat ada orang sepinter itu, nggak butuh waktu lama dia langsung nemui siapa yang pertama kali nge-upload video itu .. tapi kalau pikir-pikir apa Fathan nggak bakal dapet masalah yaa ..?" ucap Mina membuat Arin binggung dan penasaraan.
" maksudnya ?" tanya Arin.
" iyaa .. nggak lama video lu kehapus, video baru mucul dan itu berasal dari ID milik Fathan pribadi .. waoh .. kalau dilihat diberita perusahannya kan ngedukung kandidat partai Garuda Putih, tapi kayanya dia bakal kena masalah besar ahh gue nggak paham politik, pokok yang penting video lu udah nggak bakal ada lagi, jadi lu bisa nafas lega .." ucap Mina sambil menepuk pundak Arin yang mulai tersenyum. Tapi disisi lain ia merasa sedikit tidak tenang saat Mina menceritakan tentang Fathan yang tidak jelas. Ia merasa seperti Fathan mendappatkan masalah karenannya.
" udah jangan khawatir, pasti Fathan juga bisa mengatasi masalahnya, lu tahu sendiri Fathan kan dia jenius .. udah dimakan, nanti keburu dingin .." ucap Mina yang langsung menyadari sikap dan raut wajah Arin yang tampak khawatir saat dirinya membahas tentang Fathan.
" sekerang cerita semua ! kenapa orang itu bisa ada disini ?" ucap Arin yang tiba-tiba memasang wajah serius membuat Mina menciut.
" iya iya .. gue cerita .. jadi tuh ..."
Mina pun mulai mencerita semua yang terjadi antara dirinya dengan Brian secara mendetail agara Arin tidak salah paham.
" jadi sejak hari itu, Brian jadi sering datang kesini .. tapi Arin, lu jangan berfikir ucapan gue itu terdengar kaya gue memihak Brian, SUMPAH ! lu jangan sampai salah paham, ini cuman apa yang gue lihat doang yaa .." ucap Mina mencoba menyakikan Arin yang tampak kebinggungan dengan sikap Mina yang tampak khawatir dirinya akan kesal jika mendengarkan ucapan yang bahkan belum ia dengar.
" kalau dari apa yang gue lihat beberapa hari in, Brian itu benar-benar menyedihkan, setiap datang kesini dia cuman melamun, kayanya di Kanada nggak semudah yang kita pikirkan selama ini, kayanya dia banyak menderita disana, dia juga bilang kalau dia nggak punya keberanian buat balik ke Indonesia.. bahkan selama 10 tahun belakangan ini dia hampir nggak pernah makan dengan benar, walau sikapnya masih sama, tapi sepertinya dia juga menderita selama 10 tahun .. memang secara garis besar dia datang ke sini memang karena pekerjaan, tapi gue rasa ada yang dia sembunyikan .. " ungkap Mina.
Arin masih etrdiam setelah mendnegarkan semua perkataan Mina dengan seksama. Tapi entah mengapa setelah mendengar hal itu perasaan bersalah mulai nenasuki pikirannya dan Arin ulai berfikir jika perkataan Mina mungkin ada benarnya.
***