Chereads / "When You Love Someone" / Chapter 51 - Hello ! (1)

Chapter 51 - Hello ! (1)

***

Disebuah gedung yang terlihat sangat besar dan mewah, sebuah perusahaan bernama SBC. Terlihat lalu-lalang orang yang bekerja diperusahan tersebut. Dengan wajah tegang, Arin memasuki lif yang sesak dengan orang-orang yang berkerja disana.

Hari ini Arin ada sebuah interview pekerjaan ini. Dua hari yang lalu ia baru mendapatkan panggilan tersebut. Walau sangat gugup tapi Arin mencoba untuk tetap tenang dan percaya diri.

Arin yang sedang duduk didepan ruang tunggu sambil beberapa kali menarik nafas panjang dan menghembuskannya terus berulang-ulang agar dirinya merasa tenang. Tapi melihat orang-orang yang juga ikut bagian dari interview ini terlihat juga tegang. Ada yang mondar-mandir sambil menghafalkan dialog dan ada juga sedang berlatih dengan bicara berbahasa inggris.

Beberapa kali ia menghela nafas agar dirinya lebih tenang dan mencoba membangun rasa percaya dirinya tapi tiba-tiba semua menghilang saat melihat mereka yang terlihat memiliki peluang yang besar untuk mendapatkan pekerjaan ini.

" Arin Dewi Asyla .."

" Iya saya"

Sambil menghela nafas Arin beranjak dan berjalan memasuki ruangan.

***

Mobil yang melaju diatas jembatan layang, sinar matahari yang terlihat sangat cerah. Langit terlihat sangat cantik dan terlihat banyak sekali awan seperti menyapa Brian yang baru saja tiba di Jakarta. Ia terduduk dibangku penumpang, setelah mobil hitam mewah yang menjemputnya dibandara.

Brian masih mengecek pesan masuk di ponselnya, begitu banyak pesan masuk yang ia terima. Bagaimana tidak ia tiba-tiba meninggalkan kanada tanpa berpamitan dengan teman-temannya disana, karena sibuk dengan urusannya untuk datang ke Jakarta hingga ia tak sempat berpamitan.

Brian mengabaikan pesan tersebut, karena merasa lelah perjalanan yang memakan waktu kurang lebih 18 jam perjalanan yang membuat cukup menguras tenaganya. matanya teralihkan saat sadar bahwa matahari akan segera terbenam. Segera Brian menurunkan kaca jendela mobil, menatap matahari yang perlahan tenggelam.

" udah lama gue nggak ngelihat matahari di Jakarta .. woah .." ucap Brian yang merasakan perbedaan yang signifikan bahwa saat ia hidup di Kanada. Dimana rasa kesepian yang hening selalu ia rasakan setiap menatap matahari terbenam di Kanada, dan entah kenapa saat ia baru beberapa menit berada di Seoul kehangatan yang terasa memeluk dirinya.

" benarkan ..? Kanada dan Jakarta itu beda Kang ..?" ucap seseorang yang berada dikursi pengemudi, dia adalah Surya teman dekatnya sekaligus asistennya selama di Kanada dengan logat sunda yang ketal darinya.

" Tapi Kang Brian teh mau kemana dulu ..? Mau makan malem dulu .. atau datang ke suatu tempat gitu .. ? hari ini .. dengan special .. saya akan mengantar Kang Ian .. mengelilingi kota Jakarta.. atau mau langsung pergi menemui pak Farhan" ucap Surya tanpa henti dengan nada suara yang menyebalkan bagi Brian yang hanya bisa menghela nafas mendengarkan asisten yang terus berbicara seperti seorang Ibu-ibu.

Sembari menutup kaca jendela karena sudah melewati matahari terbenam sambil " ahh .. Gue mau pergi kerumah .." ucap Brian.

" rumah ..? rumah yang mana ? hyaa .. Pak Farhan kan belum kasih kunci apatermentnya .." ucap polos Surya dengan memasang wajah kebinggung yang terlihat dari kaca melihat wajah Brian yang terlihat menatapnya dnegan tajam.

Sambil mengehela nafas dan menahan kesal. " terserah lu aja !" ucap Brian sambil menutup kedua matanya sambil bersandar.

" Loh kok terserah saya ? nanti kalo saya yang nentuin saya salah lagi, anda marah ? ya ampun saya lupa .. tadi Pak Fathan telepon .. katanya Kang Ian disuruh dateng kesana .. kenapa saya bisa lupa yaa " ucapnya yang kebinggugan sendiri membuat Brian tidak bisa berkata-kata.

" Surya." Saut Brian dengan nada dingin membuat Surya semakin ketakutan.

" iya ..?".

" kamu mau mati disini ? apa kamu tutup mulutmu maka kamu bisa tetap hidup" tanya Brian terdengar seperti seorang pskikopat yang kejam membuat bulu kuduk Surya berdiri dan kedua tangannya yang sedang menyetir bergemetar ketakutan.

" iya .. saya paham .." ucap Surya yang langsung menciut terdiam menutup mulutnya rapat-rapat dan focus menyetir.

***

Pintu lift terbuka, dan Arin pun berjalan keluar. Wajahnya yang merung setelah selesai wawancara, entah mengapa ia merasa tidak akan lolos untuk tes interview kali ini. Ia terus berjalan menuju pintu keluar.

Tapi tiba-tiba ponselnya berdering dan membuatnya menghentikkan langkah kakinya dan melihat Panggilan masuk dari nomor yang tak ada namanya. Arin merasa binggung siapa yang menghubunginya. Sebelum panggilan itu berakhir, Arin langsung mengangkatnya, mendekatkannya kekuping.

" Hallo ..? ini dengan siapa yaa ..?" tanya Arin sambil menunggu jawaban.

" waoh .. kamu nggak kenal suara aku ..?".

" Apa ..?" binggung Arin saat mendnegar ucapan seorang pria dengan perkataan yang membinggungkan.

" ini aku Fathan .. ini nomor baru aku .." ucap Fathan yang sentak membuat Arin merasa sedikit lega. Karena beberapa saat sebelumnya ia merasa ingin mematikan panggilan yang mungkin saja dari orang iseng ternyata kecurigannya salah.

" ahhh ... Fathan .. aku kira siapa ..".

" emm .. yaudah kayanya kamu lagi sibuk yaa .. aku akan menghubungimu nanti lagi .. jangan lupa simpan nomorku .. dahh .." ucap Fahan yang langsung mematikan ponselnya sambil tersenyum.

" imutnya .." ucap Fathan yang sudah menyadari keberadaan Arin saat menaniki lift tapi hanya dirinya yang menyadari hal itu.

Dia berada dilantai tiga, melihat Arin yang sedang berjalan keluar dari atas.

" kenapa senyum-senyum sendiri ..? lu sudah gila yaa .." ucap Brian yang baru saja datang menghampiri Fathan yang sedang tersenyum sendirian seperti orang bodoh.

Sambil menoleh kearah suara itu " udah datang .." ucap Fahan sambil kembali kebawah memastikan mengulur waktu hingga Arin tak terlihat.

" ayo keruangan gue .." ucap Yohan sambil berjalan duluan dan Brian menoleh kearah bawah karena merasa penasaran dengan apa yang dilihat Fathan hingga tersenyum, tapi dibawah tidak ada apapun yang spesial hanya orang-orang yang berlalu-lalang, kemudian ia pun menyusul Fathan.

Sesampainya dirungannya, mereka langsung duduk disofa yang sudah ada disana. Brian terlihat nyaman sekali sambil bersandar disofa, seakan sudah terbiasan dengan ruangan tempat kerja Fathan.

" ini .." sambil menglurkan sebuah kunci pada Brian.

" tempatnya udah dibersihkan .. lu tinggal masuk saja, kata sandinya 151192" ucap Fathan.

Sambil mengambil kunci tersebut. " okke ..".

" Kayanya perbaikan rumah lu bakal butuh waktu yang agak lama .. kemarin gue udah kesan untuk mengeceknya .. sepertinya banyak yang harus diperbaiki " jelas Fathan yang merincikan apa yang ia lihat pada rumah lama Brian yang rusak karena telah lama ditinggalkan.

" okke .." jawab singkat Brian sambil mengangguk.

" lu mulai kerja minggu depan .. karena masih banyak yang harus diselesaikan .. kalau lu mau ngeliat kantor tempat kerja lu biar Bima yang bakal tunjukkin ke lu .." jelas Fathan.

" okke ... udah selesaikan , kalau gitu gua pergi .." ucap Fathan yang langsung beranjak dari sofa dan berjalan menuju pintu.

" hya ..!!" saut Fathan yang membuat Brian langsung menghentikan langkahnya. " lu nggak mau sapa Ayah lu ..?" tanya Fathan yang sentak membuat suasana Brian menjadi kesal.

" nggak usah pikirkan itu, itu urusan gue .. gue capek mau istirahat ahhh ... dia udah bukan lagi Ayah gue .. dia itu ayah tirimu .." ucap Brian dengan nada dingin dan langsung keluar dari ruangan Fathan yang sentak hanya terdiam tak bisa berkata-kata dan mencoba memahami poisisi Brian.

***