***
Diruangan yang luas dan bersih, terdengar suara aliran air yang bersalah dari kamar mandi. Suara alunan music yang memenuhi ruangan tersebut. Alunan yang tenang dan damai yang berasal dari speaker yang tersambung dari ponsel.
" Tanpa Judul"
Alunan music yang terdengar tanpa ada lirik yang terdengar, hanya tertulis seperti itu difolder music di sebuah ponsel.
Brian keluar dengan rambut yang masih basah. Mengambil sebotol air munim dikulkas. Meneguknya beberapa kali, sambil matanya melihat sekeliling.
Ia merasa masih asing berada disini. Ia baru saja sampai beberapa jam yang lalu. Ini adalah apaterment milik Fathan yang sudah lama tidak digunakan dan kini menjadi tempat tinggal sementara untuknya. Apaterment yang mewah dan luas, bergaya modern, dengan properti yang tersusun rapin.
Brian perlahan berjalan mendekai sebuah jendela besar, dimana ia bisa langsung melihat pemandangan malam kota Jakarta dimalam hari yang terlihat sangat indah. Benar-benar tempat yang strategis untuk sebuah kenyamanan. Saat Brian sedang menikmati pemandangan, tiba-tiba terdengar suara bel rumah. Sepertinya ada yang datang. Segera Brian menghampiri monitor yang berada didekat kulkas diruang dapur.
" dengan siapa ..?" tanya Brian yang melihat seorang pria paruh baya yang menganakan topi.
" Iya, permisih Pak .. saya dari agen pindah rumah .. ini barang yang tertinggal milik Pak Brian .." ucapnya yang menjelaskan dengan detail membuat Brian mengerti karena ia yang menyuruh beberapa jam yang lalu. Ia menghubungi Agen pindah rumah untuk membantunya membawakan barang-barang miliknya yang ada rumah lama yang ingin di renofasi. Seharusnya sudah selesai sore ini, tapi sepertinya mereka membuat kesalahan hingga sudah semalam ini mereka masih mengirim barang.
" ahh .. tolong tunggu sebentar .. anda bisa letakkan barang nya didepan pintu saja .." ucap Brian.
" iya baiklah ..".
Kemudian Brian mematikkan monitornya dan berjalan kekamar untuk mengganti baju, karena ia masih mengenakan baju handuk.
Beberapa menit berlalu, Brian sudah mengganti baju segera berjalan menuju pintu, tetapi ia tidak sempat untuk mengeringkan rambut karena khawatir orang dari agen pindah rumah tersebut pergi.
Perlahan Brian membuka pintu rumahnya, ia melihat begitu banyak box didepan rumahnya. Dan ia juga melihat pria paruh baya tersebut sedang meletakan box kebawah lantai. Tapi yang lebih membuatnya terkejut dan binggung saat melihat seorang wanita yang juga ikut meletakkan box tersebut disampingnya, ia melihat wajah wanita yang bertubuh kecil itu dari bawah, ia merasa mengenal wajah tersebut.
Saat wanita itu mendonggakan kepalanya, dengan cepat Brian tersentak mengetahui siapa wanita yang saat ini melihatnya dnegan wajah terkejut membuatnya sedikit mengangkat bibirnya keatas, tersenyum kecil.
" Brian …?"
Sambil memberikan senyuman menyeringai. " ehkf .. ketemu lagi kita ..?" ucap Brian yang juga itu terkejut dan tidak percaya dengan situasi yang sedang terjadi ini. Kemudian pandangan Brian langsung teralihkan saat paman paruh baya itu menghadap kearahnya.
Sedangkan Arin yang masih terbujur kaku dengan posisi berjongkok dan mata yang terbuka lebar.
" Maaf Pak, anak buah saya melakukan kesalahan ..? apa barangnya ditaruh kedalam saja ?" tanyanya.
" nggak usah .. sisanya sudah biar saya yang urus .. maaf sudah memanggil anda malam-malam .." ucapnya Brian sambil melihat Arin yang mulai berdiri.
" ahh .. kalau begitu saya pamit pergi .. terima kasih sudah membatu saja .. terima kasih .." ucapanya pada Arin yang langsung tersadar.
" ahh .. iya sama-sama .." ucap Arin yang merasa posisinya sungguh serbah salah dan sangat kebinggungan.
Saat paman itu pergi, dan melihat Brian menengok kearah paman itu pergi, segera Arin dengan cepat berjalan mengampiri pintu rumahnya yang tepat berada didepannya.
" Hya ..!!" saut Brian terdengar kencang membuat Arin kaget dan kembali terbujur kaku membelakangi Brian tepat didepan pintu apatermentnya.
" Kenapa pergi ? waktu itu juga kamu pergi ... " ucap Brian yang tak bisa melanjutkan perkataannya.
Hal itu membuat Arin merasa kesal dengan ucapan Brian yang terdengar seperti tidak pernah terjadi apa-apa diantara mereka, sepertinya ia sudah melupakan perkataannya saat di pulau Bali saat itu.
Sambil membalikkan badannya dan memasang wajah datar " ahh ..! .. aku pikir kau itu hantu .. aku takut dengan hantu .." ucap Arin kemudian membalikkan badannya.
" tunggu dulu ..!" saut Brian membuat Arin kembali menghentikan tangan Arin yang ingin membuka pintu, mendengarkan Brian dengan membelakanginya. Dengan perlahan Brian melepaskan tangannya.
" kenapa kamu terus pergi tanpa mendengarkan aku terlebih dahulu .. di Bali juga begitu .. sekarang juga begitu .. bisakah kamu dengarkan aku sebentar .." ucap Brian tanpa sadar meninggikan suaranya. " liat ..! lihat sekarang aku bukan hantu .. jadi dengarkan aku dulu .." ucap Brian kembai menurunkan nada bicara.
Sambil membalikkan badannya dan menatap tajam kearah Brian " Kamu udah lupa yaa apa yang aku katakan saat di Bali .. kita jangan pernah bertemu lagi .. mulai sekarang kedepanya jika kebetulan kita bertemu jalan.. kita tidak perlu saling menyapa .. seperti orang asing .. sekarang kita hanya orang asing .. maka dari itu .. jangan bersikap seakan-akan kita saling mengenal .." ungkap Arin dengan suara yang lantang dan jelas, tidak seperti sebelumnya.
" Kamu berbicara seakan-akan aku menerimanya .." gerutu Brian yang merasa kesal dengan sikap egois Arin yang berbicara tanpa medengarkan pendapatnya terlebih dahulu.
" aku... udah ngelupain semuanya yang terjadi 10 tahun yang lalu .. dan aku udah membuka lembaran baru .." ucap Arin yang meninggikan suaranya, karena merasa kesal dengan sikap Brian yang terdengar sedang mengejeknya.
Saat mendengarkan perkataan itu, netah kenapa membuat perasaan Arin seperti tercabik, ia merasakan sakit pada dadannya hingga matanya mulai bernilang air matanya. Tapi Arin tidak ingin terlihat menyedihkan diihadapan Brian.
Kemudian Arin pun langsung membalikkan badannya dan masuk kedalam, meninggalkan Brian begitu saja.
Brian yang bisa menghela nafas melihat Arin masuk kedalam. Ia menyadari satu hal, bahwa Arin benar-benar sudah melupakan dirinya, hanya bisa memandangi pintu rumah Arin dengan perasaan bersalah.
***