***
Arin sedang duduk dihalte bus sembari mendengarkan radio diponselnya. Beberapa kali Arin mengelus keningnya yang terasa perih dan membuatnya kembali mengingat hal yang mengerikan tadi siang.
Walau ini bukan pertama kalinya mengalami hal seperti itu tapi tetap saja ia merasa tidak percaya seseorang yang memiliki kedudukan yang tinggi bersikap seakan-akan tidak memiliki pendidikkan. Ia juga merasa seakan harga dirinya terinjak-injak karena hanya dirinya seorang yang bekerja dengan orang seperti itu.
" Tin Tin ..!"
Suara klakson mobil yang sentak membuat Arin tersadar dari lamunannya dan terlihat Fathan yang keluar mobil berwarna hitam dan mewah berhenti didepan.
" Kenapa melamun gitu ?" tanya Fathan sambil membuka pintu mobil.
" ahh .. aku kira siapa ..".
" ayo naik .. biar aku antar .." ucap Fathan.
" ah ?? ahh gak usah .. nanti aku ngerepotin .." tolaj Arin karena merasa sedikit terbebani karena sebelumnya ia bersikap berpura-pura tidak kenal dengan Fathan sebelumnya.
" ayo .. nanti keburu ada bus dateng .." bujuk Fathan.
Dengan ragu perlahan Arin beranjak dari temapatnya dan berjalan menghampiri Fathan, lalu masuk kedalam mobil dengan merasa malu-malu. Setelah Fathan masuk kedalam mobil dan kemudian melaju.
" keningmu kenapa ?" tanya Fathan yang sentak mebuat Arin tersentak.
" ahh .. ini, aku juga nggak tau kenapa bisa luka .. mungkin karena terlalu sibuk bekerja" ucap Arin yang merasa tidak ingin ada yang mengetahui apa yang telah terjadi padanya.
" lain kali lebih hati-hati yaa .." ucap Fathan dengan lembut dan ia juga merasa khawatir pada Arin yang selalu saja terluka.
" emm .. bakal lebih hati-hati lagi kok .." ucap Arin sambil mencoba untuk tersenyum seakan tidak terjadi apapun walau didalam hatinya hancur.
Akhirnya mobil pun berhenti didepan pintu apaterment.
" makasih udah nganterin aku, maaf udah ngerepotin .." ucap Arin sambil membuka sabuk pengaman, begtiu juga dengan Fathan.
" aku bakal sering jemput kamu .. jadi nggak keberatankan ..?" tanya Fathan yang sentak membuat Arin terkejut hingga tidak bisa berkata-kata, Fathan terlihat sedang mengambil sesuatu dari dalam saku jas.
" tapikan kamu pasti sibuk ".
Ia mengambil sebuah plester didalam box mobil. Sambil membuka bungkus plester itu dengan perlahan ia tempelkan ke kening Arin yang terdiam kaku saat Fathan mendekat kearahnya.
" walaupun aku sibuk, aku akan menyempatkan untuk menemuimu .. nggak keberatankan ?" tanya Fathan yang sudah selesai menempelkan plester pada Arin yang masih terdiam kaku dan juga tersipu malu.
" jangan lupa besok ganti plesternya yaa .. udah malam udah sana masuk kedalam .." uca Fathan sambil membelai rambut Arin dengan lembut membuat Arin kembali tersentuh dengan perlakukan Fathan yang selalu membuatnya goyah.
Sambil mengangguk Arin menuruti perkataan Fathan, kemudian dengan perlahan membuka pintu mobil lalu berjalan kedalam dengan jantung yang masih berdebar karena Fathan.
Arin mulai memasuki gedung apterment dan berjalan menuju sebuah lift. Ia berdiri tepat didepan lift yang masih berjalan. Tidak lama pintu lif perlahan terbuka, tak ada satupun orang didalamnya. Arin pun melangkahkan kakinya kedalam, dan menekan tombol untuk menutup pintu, tapi tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggilnya dari balik pintu masuk.
" tunggu sebentar ..!".
Arin yang awalnya termengun, terkejut mendengarnya dan menengok keluat lif. Terlihat seorang pria yang membawa sebuah troli dengan baberapa kotak besar diatasnya. Segara Arin menahan pintu lif hingga pria paruh baya itu sampai didepan lif.
" terima kasih .. terima kasih .." ucapnya sambil memasuki lif.
" lantai berapa pak ..?" tanya Arin.
" ahh ..! lantai 12 .." ucapnya yang membuat Arin sedikit terkejut.
" ohh .. saya juga ingin pergi ke lantai 12 ..".
Pintu perlahan menutup, Arin menekan angka 12, karena apatermentnya berada dilantai 12.
" paman ? mengantar paket ..?" tanya Arin yang penasaran karena paman ini akan pergi ke lantai yang sama dengan tempat tinggalnya.
Karena apaterment salah satu apaterment termewah di Jakarta, jadi setiap lantai hanya berisi 4 penghuni saja. Dan dilantai yang ia tempati hanya 1 pintu yang baru terisi, sisanya kosong. Bisa kemungkinann ini adalah paket miliki teman Roomate-nya.
" iya .. saya dari agen pindah rumah .. dan ini barang terakhir yang dibawa ..".
" ahh .. kalau saya boleh tau .. rumah nomor berapa ..?".
" 12.2 .." jawabnya.
Pintu pun terbuka saat monitor lif menunjukkan lantai 12.
Paman itu merundukkan kepala sebagai ucapan terima kasih begitu juga Arin yang membalasanya. Arin pun berjalan keluar setelah paman itu keluar sembari mendorong troli yang terlihat cukup berat itu. Arin masih terus memandangi petugas agen itu, karena saat ia berangkat kerja pada siang hari tidak ada satu pun yang datang unutk pindahan, ia juga cukup penasaran siapa yang menepati apatermant yang berada tepat berhadapan dengan tempat itu tinggal.
" kira-kira siapa yaa ..? semoga orangnya ramah .." ucap Arin yang berbicara sendiri.
Ia baru saja sampai didepan pintu apatermant. Melihat paman itu sedang menurunkan barang-barang tersebut, tapi pemilik apatermant 12.2 tidak keluar dari dalam, membuat Arin mearsa kasihan melihat paman paruh baya itu mengangkat barang-barang yang sebegaian besar berukuran besar.
Tanpa pikir panjang, Arin menghampiri paman tersebut dan langsung mengambil salah satu box untuk membantu paman itu.
" ohh .... nggak perlu .. ini cukup berat .." ucapnya yang mencoba menolak bantuan dari Arin karena memang ini sudah pekerjaannya.
" nggak apa-apa kok pak .. sepertinya barangnya sangat banyak ..? tapi kenapa pemilik nggak keluar yaa..?" tanya Arin yang terus mengambil box tersebut.
" ahh .. sepertinya dia sedang mandi .. jadi saya disuruh untuk meninggalkan barangnnya didepan pintu .." ucapnya.
Tidak lama kemudian, tiba-tiba pintu pun perlahan terbuka. Arin yang baru saja meletakkan box terakhir, dengan mendesa nafas lelahnya dan tersenyum pada paman itu yang sedang mengucapkan ucapan terima kasih padanya.
Seseorang keluar menghampiri paman tersebut.
Arin melihat kaki yang berukuran cukup besar, seperti kaki seorang pria. Kulitnya yang putih dan tinggi, dengan perlahan Arin mendengakkan kepalanya.
Kedua mata saling bertemu. Mata dengan sorot terkejut satu sama lain hingga mereka tak berkedip. Mulut Arin yang terbuka lebar seakan berteriak, ia langsung menjatuhkan tubuh dengan posisi terduduk karena terkejut saat melihat seseorang yang tetap berdiri dihadapanya.
" Brian ..?"
Sambil memberikan senyuman menyeringai. " ehkf .. ketemu lagi kita ..?" Brian yang juga itu terkejut dan tidak percaya dengan situasi yang sedang terjadi ini.
***