***
Setelah Arin selesai mengambil nilai praktek dipelajaran olahraga dengan lari 100 m. Dengan nafas terengah-engah, Arin duduk dipinggiran lapangan jauh dari teman-temannya yang masih menunggu giliran.
Lapangan terlihat sangat ramai, mereka saling mendukung teman mereka satu sama lain, membuat suasana menjadi menyenangkan. Bahkan Arin sedang sibuk menyemangati Mina yang saat ini sedang berlari kencang.
Tiba-tiba Elvina yang juga sudah selesai mengambil nilai praktek berjalan menghampiri Arin lalu duduk disampingnya.
" ahhh ... capeknya .." eluh Elvina sambil menyandarkan kepalanya di atas pundak Arin.
" dapet berapa detik ?" tanya Arin.
" 40.80 detik .. lama banget ... huff jelek dah nilai gua " ucap Elvina yang sedih karena mendapatkan tidak mendapatkan nilai yang tinggi. " Lu tadi berapa ?".
" 20.01 detik .." ucap Arin dengan penuh percaya diri, karena sampai saat ini belum ada yang mengalahkan kecepatan larinya.
" waohh ... cepet banget " Elvina yang merasa kagum pada temannya yang diam-diam pandai dalam hal olahgara, karena selama ini dirinya menganggap Arin yang paling lemah diantara mereka.
Kini terlihat Yena sedang bersiapa-siapa untuk segera berlari. Arin dan Elvina langsung berteriak menyemangati Yena yang melambaikan tangannya pada mereka. Sedangkan Mina tergeletak ditengah lapangan karena kelelahan.
Padangan Arin kemudian teralihkan oleh Fathan yang terlihat sedang berjalan mendekat kearahnya. Yang awalnya bersemangan menjadi terdiam karena merasa canggung. Bagaimana dirinya tidak canggung setelah apa yang terjadi saat mereka diperpustakaan. Fathan yang tiba-tiba menyatakan perasaannya.
" Ini air minum, pasti haus !" ucap Fathan sambil mengulurkan air botol mineral pada Elvina dan juga Arin yang menerimanya dengan mengalihkan padangannya. Entah merasa sangat malu dan canggung berhadapan dengan Fathan saat ini.
" makasih " ucap Elvina.
Fathan tersenyum membalas ucapan Elvina, tapi ia merasa khawatir pada Arin yang sepertinya masih terkejut setelah apa yang ia katakan secara tiba-tiba itu. Karena tak ingin membuat Arin semakin tak nyaman denganya, Fathan pun berjalan kembali ke lapangan.
Arin hanya terdiam memandang punggung Fathan dari belakang. Ia measa bersalah tapi dirinya juga tidak tahu bagaimana bersikap dihadapan Fathan.
" Arin ..!" saut Elvina.
" eung ??" Arin langsung menoleh kearah Elvina yang raut wajahnya terlihat serius memandang kearah depan. " kenapa ?".
" Gua mau cerita sama lu ..."
" iya cerita aja .."
" emmm ... " sambil menoleh kearah Arin dengan padangan yang cukup serius, ekspresi Elvina yang tidak pernah ia tunujukkan pada siapapun. Seakan ingin memberi tahu hal yang sangat penting.
" Gue suka sama Fathan .." ucap Elvina yang sentak membuat Arin terkejut seakan seseorang memukulnya dengan keras dari belakang. Ia tidak bisa berkata apapun dan hanya mneunggu Elvina melanjutkan ucapannya.
" sebenarnya gue udah lama sudah sama Fathan .. kayanya udah saatnya gue harus nyatain perasaan gue sama dia .. gimana menurut lu ?" tanya Elvina yang membuatnya Arin kebinggungan bagaimana dia harus menjawabnya.
Ia tidak tahu apa yang harus ia katakan. Membuatnya berada diposisi yang serba salah. Setelah mendengar Fathan yang menyatakan perasaannya dan sekarang Elvina. Dirinya khawatir akan ada yang terluka jika harus bisa cara jujur, tapi ia juga tidak bisa jujur dengan apa yang terjadi.
" emm ... entahlah, Gue kan nggak ahli dalam hal itu .." ragu Arin.
" ahhh .. bener juga, hahah .. lupa gue kalau lu nggak pernah pacaran .." ucap Elvina dengan nada meledek membuat suasana menjadi mencair dan Arin sudah mulai tidak terlalu tegang.
" hahah .. iya kan gua jomblo .." tawa Arin membalas ucapan Elvina.
" tapi kalau gue liat-liat .. eu sama Fathan deket .. kalian nggak ada hubungan apa-apa kan ?".
" emm .. nggak ada kok .. sama kaya kalian ! cuman temen .." ungkap Arin mencoba meyakinkan Elvina yang tampak mulai mencurigainya.
" syukurlah .. karena gue nggak mau harus terlibat hubungan cinta yang rumit .." ucap Elvina kembali membuat Arin merasa perkataan Elvina cukup menyakiti perasaanya, tapi Arin hanya mencoba tersenyum seakan tidak mendengar perkataan sadis itu.
Hanya bisa terdiam melihat ekpresi wajah Elvina yang kembali tersenyum. Kemudian ia berlari menyusul Yena dan Mina yang sedang berjalan menujunya. Suasana tegang yang menutupi Arin kini runtuh setelah Elvina bersikap seakan tidak terjadi apa-apa. Tapi jiak dipikirkan kembali Arin masih merasa wajah perkataan Elvina membuatnya sakit hati, kerena perkataan itu terdengar seakan menyuruhnya untuk tidak boleh menyukai siapapun tanpa seizinnya.
" TENG TENG TENG ... TENG TENG TENG ..."
Bel jam pulang sekolah pun berbunyi. Lorong kelas menjadi sangat penuh saat semua berhamparan keluar kelas. Arin memasukkan tumpukan bukunya dikolong meja lalu mengenakan jaket hodie berwarna putih miliknya.
Karena ujian tinggal beberapa minggu. Makanya untuk menghemat waktu Arin dan teman-temannya berencana belajar bersama-sama. Padahal ketiga temannya sudah memiliki jam les yang padat. Tapi kerja kelompok ini bertunjuan untuk saling membantu satu sama lain.
" Ayoo ..!!!" ajak Mina yang terlihat sudah rapih. " Ehh .. Brian lu jadi ikut nggak ?" tanya Mina sambil meninggikan suaranya karena kelas masih ricuh.
Brian mengangkat tangannya menunjukan tanda " Okke" pada Mina. Yang membuat Arin binggung. Karena ini tidak sesuai dengan apa yang dibicarakan sebelumnya. Arin pikir kerja kelompok ini hanya dirinya dan ketiga temannya. Tapi diam-diam Mina mengajak Brian.
Arin bertanya pada Mina dengan ekspresi wajahnya.
" ahhh .. tadi gue ajak dia, kan enak kalau ada yang pintarnya .. hehe" ucap Mina tanpa merasa bersalah.
" Fathan ..!! Lu juga mau ikut !!" ajak Elvina yang langsung menghentikan langkah Fathan yang langsung menengok kearah Arin yang langsung membuang pandangannya.
" emangnya gue boleh gabung ?" tanya ragu Fathan.
" yaa ... bolehlah masa nggak ! malah lebih bagus ! gue kira lu bakal sibuk sama les privat lu .. ayolah .. kuyyy!!" ajak Mina yang terlihat bersemangat. Berbanding terbalik dengan Arin yang kembali berada diposisi yang canggung.
Mereka sudah berada dirumah Arin, berada diruang tamu dan sudah memulai belajar. Karena merasa tak enak pada teman-temannya, Arin terlihat sibuk berada didapur, mengeluarkan sebotol jus dan beberapa makanan ringan yang ia beli beberapa hari yang lalu. Arin merasa lega karena masih tersisi makanan didalam kulkas, kalau tidak ia merasa bersalah pada teman-temannya.
Sambil berjalan menghampiri teman-temannya lalu memberikan teman-teman jus yang sudah ia tuangkan kedalam gelas.
" maaf dirumah aku nggak ada apa-apa ..." ucap yang merasa tidak enak pada teman-temannya.
" yaudah sih nggak apa-apa .. emangnya kita mau mukbang ! kan mau belajar .. santai .." ucap Mina sambil menepruk punggung Arin yang terlihat lesu.
" udah jangan mikiran makannya .. belajar dulu, makan mah gampang .." ucap Yena yang membuat Arin merasa lebih lega memiliki teman yang perhatian.
Arin pun mulai menyalain catatan yang diberikan Fathan. Tapi tiba-tiba focus Arin teralihkan oleh Elvina dan Fathan yang terlihat dekat. Ia bukan merasa cemburu atau tidak suka melihat mereka dekat. Hanya saja Arin merasa ada yang aneh dari dalam perasaannya.
Sepertinya Elvina benar-benar menyukai Fathan jika dilihat dari gerak tubuh dan senyumannya. Tapi yang membuat Arin khawatir jika perkataan bahwa Fathan benar-benar menyukainya akan membuat Elvina sakit hati. Terlebih lagi dirinya yang sudah mengetahui bahwa Elvina menyukai Fathan, hal itu yang membuatnya khawatir.
***