***
Setelah berpisah dengan Mina dan Yena beberapa menit yang lalu. Arin dan Brian terlihat masih duduk dihalte bus, menunggu bus mereka datang. Hari sudah malam, jalannya yang ramai perlahan sudah mulai tenang. Udara semakin terasa sangat dingin dimalam hari, bahkan aroma tanah bercampur air garam tercium jelas seakan hujan akan segera turun.
Beberapa kali Arin menghela nafas sambil memandangi chat terakhir dari Elvina. Entah kenapa Arin berfikir Elvina bersikap seperti itu karena dirinya. Tapi ia tidak mengerti apa yang sudah ia lakukan sampai Elvina pergi tanpa pamit seperti itu. Hal yang lebih ia khawatirkan jika Elvina sudah mengethaui bahwa Fatahn menyukai dirinya.
Brian yang sedang focus bermain game pada ponsel, mulai menyadari desahan nafas Arin yang terdengar resah.
" Kenapa ? apa ada masalah ?" tanya Brian yang merasa khawatir.
" eugh ?" Arin yang menengok kearahnya dengan wajah kebinggugan dan tatapan yang kosong.
" ahh .. hujan ..!!" ucap Arin yang tersadar saat hujan mulai turun dan perlahan mulai deras.
Brian yang mendengar perkataan Arin, sentak terdiam sambil melihat hujan yang turun dengan deras. Tidak lama bus pun datang. Mereka berdiri menunggu pintu terbuka. Kemudian masuk bergantian. Arin mendapatkan tempat duduk terlebih dahulu, sedangkan Brian tidak mendapatkannya dan berdiri tepat disamping Arin yang masing terlihat murung membuatnya sangat khawatir.
Suasana hening didalam bus, Arin yang terlihat terus memandangi arah jendela yang tertutup air hujan sambil berfikir bagaimana cara ia mendapatkan payung setelah ia turun dari bus dan hanya bisa berharap hujan akan berhenti saat diri turun dipemberhentian.
Sesampainya mereka dipemberhentian bus, Arin dan Brian menunggu pintu keluar dibuka. Setelah terbuka mereka pun turun, saat Arin baru saja turun ia tersentak sadar saat melihat sebuah payung yang bersandar pada kaca halte, Arin pun langsung mendekatinya, sepertinya seseorang yang baru saja naik kedalam bus tak sengaja meninggalkan payung berwarna merah itu. Segera Arin mengambilnya untuk mengembalikan pada pemiliknya, tapi saat ia berbalik, bus tiba-tiba sudah melaju.
" oh ...!! oh ..! ohoho ..!! tunggu .. payungnya ..!!!" saut Arin sambil berlari hingga ujung pembatas halte, ia tak bisa menyusulnya karena hujan dan bus pun semakin melaju menjauh. Arin terdiam dan binggung bagaimana dengan nasib payung ini.
" terus gimana payungnya ..?" tanya Arin sambil memandangi payung yang berukuran cukup besar itu ditangannya. Kemudian Arin berjalan mendekati Brian yang berdiri melihat kearahnya.
" payungnya ketinggalan .. gimana ?" tanya Arin.
" pakai aja ..!!" jawab singkat Brian.
" apa ..? tapi'kannn ...".
Kemudian Brian langsung mengambil payung dari tangan Arin lalu membukanya.
" Mau ikut nggak ..?" tanya Brian dengan santai kemudian berjalan meninggalkan Arin yang masih binggung melihat Brian sudah pergi lumayan jauh darinya. Dengan panik Arin mengejar Brian.
" jangan ninggalin .." gerutu Arin sambil mebersihakn rambutnya yang sedikit basah karena terkena hujan yang cukup deras. Sedangkan Brian terlihat acuh tak acuh dengan wajah datar.
Tiba-tiba ponselnya berdering. Segera Arin melihat ponselnya yang saat ini ia pegang. " Mina ..?" Kemudian Arin langsung menjawab panggilan itu. " emm .. Mina kenapa ..??" tanya Arin.
" apa udah sampai rumah ...??" tanya Mina terdengar cemas.
" ahh .. masih dijalan, lu udah sampai rumah ??" tanya Arin yang sedikit mengeraskan suaranya agar terdengar oleh Mina.
" Gue udah sampai, ahh .. tadi gue coba telpon Vina lagi, dijawab sih, tapi yang jawab Mama-nya, terus mama-nya bilang Vina nggak mau bicara sama siapa-siapa, dia juga nggak tahu kenapa Vina tiba-tiba jadi ikut pindah ke Balikpapan, padahal Vina udah daftar di kampus Jakarta " jelas Mina yang membuat Arin tidak bisa berkata-kata.
" tapi keadaannya gimana ?".
" gue juga nggak tau .. abis itu mamanya langsung matiin telponnya .. hufff ..".
" Kita tunggu aja dulu, mungkin ada alasan lain " ucap Arin mencoba untuk bersikap tenang.
Kemudian sambungan pun terputus. Arin kembali mengehembuskan nafas panjnag mengingat perkatan Mina mengenai Elvina.
" Kalian lagi berantem yaa ? kayanya gue juga nggak pernah liat si Vina ?" tanya Brian.
" dia pindah ke Balikpapan, huff .. sebenarnya dia ada masalah apa sih ..?? " jawab Arin dengan suara yang lesu.
" nggak usah dipikirin .. itu juga bukan salahmu, mungkin dia cuman butuh waktu berfikir .." ucap Brian mencoba memihak pada Arin yang terus menyalahkan dirinya sendiri.
Kerena absen kelas sudah tidak dihitung. Arin sudah kembali mendapat pekerjaan. Waktu sudah berjalan satu bulan lamanya. Ia juga sudah jarang bertemu dengan teman-temannya karena sibuk bekerja, bahkan mereka pun juga sibuk mencari universitas untuk melanjutkan sekolah. Ada hari dimana Arin bekerja sejak siang hingga malam di salah satu salon di Mall jakarta.
Arin sudah memutuskan untuk menunda kuliahnya dan focus untuk mengumpulkan uang dan membantu perekonomian bersama dengan Ibu. Dihari libur kerjanya ia sempatkan untuk datang ketempat les make up untuk mengumpulkan sertifikat. Cita-cita adalah sebagai seorang Make-up artis profesional yang bisa membuka salon dan kelas Make-up dengan namanya sendiri. Itulah mengapa Arin harus bekerja keras.
Walau satu bulan penuh ini aku merasa sangat lelah dan ingin menyerah, entah mengapa lelah itu sekejap menghilang saat aku melihat kehadirannya yang selalu ada. Dia memang hanya duduk di Minimarket dekat rumah dekat rumahku. Dan selalu berkata ..
" Gue cuman lagi pengen makan disini ".
Tapi entah mengapa ucapan terdengar seperti.
" Udah pulang ? pasti lelah .. "
Kata-kata hangat yang tersembunyi dibalik ucapan dinginnya, tapi dia selalu ada disana dan tepat waktu menungguku yang selalu pulang hampir tengah malam. Berjalan bersama tanpa mengucapkan apa-apa, mengantarkanku sampai depan gerbang rumah.
" besok kamu ada acara nggak ?" tanya Arin.
" nggak, kenapa ?".
Bahkan cara bicaranya pun mulai berubah menjadi lebih halus dari pada sebelumnya ...
" tadi teman kerja aku yang kerja dibioskop, kasih dua tiket gratis .. tadinya dia mau nonton sama pacar, tapi malah diputusin .. mau nonton bareng ?" tanya Arin sedikit merasa ragu, karena Brian tidak meresposnya langsung. Terdiam beberapa saat sambil memandangi tiket yang ia pegang.
" Kamu libur ?" tanya Brian.
" nggak sih, masuk pagi, tapi setelah pulang kerja masih sempet nonton kok ..".
" kalau kamu nggak capek yaudah " jawab Brian yang terdengar datar tapi membuat Arin merasa senang.
" okke .. nanti langsung ketemu di bioskop aja yaa, jam 5 sore " ucap Arin.
" emm" ucap Brian sambil menggukan kepalanya dnegan perlahan.
" yaudah .. aku masuk, hati-hati dijalan dan makasih" ucap Arin sambil melambaikan tangannya kemudian berjalan masuk.
Brian masih berdiri menunggu Arin hingga masuk kedalam pintu. Melihat Arin begitu ceria membuat dirinya tidak bisa menahan senyuman diwajahnya. Sungguh dirinya ingin sekali menloncat-loncat kegirangan tapi ia menahannya karena tidak ingin terlihat aneh dimata Arin.
Kemudian Brian pun muali berjalan dengan langkahnya yang ringan sambil terus tersenyum membayangkan hari esok.
***