***
Setelah mengantarkan Arin sampai rumah, Brian yang baru selesai mandi langsung berjalan kekamarnya, mengambil ponsel yang ia letakan diatas meja samping kasur dan terduduk diatas tempat tidurnya.
Ia melihat ada pesan dari Arin dan tanpa pikir panjang ia membaca pesan tersebut yang berisi.
" Aku sudah pakai obatnya, makasih"
Brian kembali meletakan ponselnya lalu berbaring diatas kasur dengan nyaman.
Entah mengapa dirinya tidak bisa lepas memikirkan Arin. Seperti sebuah kaset yang terputar dengan otomatis diotaknya, semua kenagannya bersama dengan Arin terus bernostalgia dari pertemuan pertamannya dengan Arin.
Masa masa dimana dirinya mulai terusik oleh semua tingkah Arin yang membuat dirinya penasaran. Dimana dirinya terus berkata dingin hingga membuat Arin sedih hingga kini dirinya merasa jauh lebih dekat dengan Arin.
Perasaan yang selama ini ia jaga dan tidak pernah ia ungkapkan karena tidak Arin menjauh darinya dan ia hanya ingin lebih dekat dengan Arin. Tapi ini ia merasa sudah sangat yakin dengan perasaannya saat melihat Arin yang terlihat seperti memberinya kesempatan.
Disebuah taman bermain dengan berbagai jenis permaian ada disana. Brian dan Arin tampak menikmati waktu mereka bersama-sama. Dengan menaiki beberapa wahana dari yang wahana untuk anak-anak hingga wahana yang bisa membuat adrenaline meningkat.
Mereka beristirahat sambil menikmani minuman yang mereka pesan. Tampak senyuman tak berhenti mereka pancarkan dari wajah mereka. Hingga hari sudah mulai gelap dan mmebuat semua lampu disetiap wahana menyala dengan cantiknya.
Aku masih meyakini semua berjalan dengan baik-baik saja. Untuk pertama kalinya melihat Brian tampak begitu bebas dan terus tersenyum sepanjang hari bersamaku. Aku sungguh tidak ingin kehilangan kesempatan ini...
Sebelum aku mengetahui apa yang terjadi, aku percaya hingga saat ini ...
Tapi ..
Mereka baru saja turun dari wahana komedi putar. Dan mereka memutuskan untuk berfoto bersama sebelum memutuskan untuk pulang.
" Crekk .. Crekk".
" waoh .. bagus " ucap Arin yang begitu senang melihat hasil foto diirnya bersama dnegan Brian.
Mereka berdua saling menatap satu sama lain.
Seperti saling menyampaikan pesan satu sama lain melalui tatapan mereka.
" Brian .. ada yang ingin aku sampainya sama kamu .." ucap Arin dengan penuh keberanian dan keyakinan dirinya yang sudha ia pendam sudah sangat lama.
" aku .. sebenarnya .. aku .. aku menyukaimu .." ucap Arin dengan seluruh keberanian yang ia miliki yang sentak membuat Brian terkejut menatap Arin dengan mata yang berbinar.
Tak aku sangka ia yang menyatakan perasaannya duluan. Apakah ini sebuah keajaiban .. ? perasaanku sama dengan apa yang dia rasakan ...? tatapannya yang benar-benar tulus membuatku tak bisa menahannya ..
Aku ingin memeluknya ..
saat ini juga ...
tapi ..
Tiba-tiba terdengar suara ponsel berdering memecahkan suasana diantara mereka. Mendengar hal itu membuat Arin menjadi salah tingkah sedangkan Brian merasa panik.
Awalnya ia tidak ingin menjawab panggilan tersebut, tapi ia binggung saat melihat nomor pengacara Nenek-nya yang berada di Kanada menghubunginya. Hal itu membuat Brian binggung.
" Aku angkat dulu yaa .." ucap Brian, kemudian pergi saat Arin sudah mengizinkannya.
Ia berjalan beberapa langkah dari Arin dan menjawab panggilan tersebut.
" Hallo Pak Andre ada apa ?" tanya Brian.
" Briannn .. cepetan kamu dateng ..!! nenek dan kakek mengalami kecelakaan kamu harus segera ke Kanada sekarang ...!!" ucapanya dnegan nada yang begitu panik sentak membuat pikiran Brian menjadi kosong
Pikirannya saat ini benar-benar tidak karuan ia sungguh kebinggungan bagaimana harus menghadapi hal itu. Tanpa pikir panjang lagi Brian langsung berlari setelah panggilan terputus.
Arin pun sentak kebinggungan melihat Brian yang berlari dengan snagat cepat meninggalkannya setelah berbicara dengan seseorang ditelepon. Tanpa pikir panjang ia langsung ikut berlari menyusul Brian yang sudah mulai menjauh dari pandangannya.
" Brian ... !!! Hyaa Brian ... Brian ... !!!!" Arin terus memangil Brian yang sama sekali tak menoleh kebelakang.
Bagaikan dunianya runtuh dalam sekejap. Satu-satunya keluarga yang ia punya, sepertinya akan meningalkannya lagi sendirian didunia ini. Brian terus berlari dengan air matanya yang terus mengalir hingga beberapa kali ia menabrak orang yang menghalangi jalannya. Dengan sedikit harapan dirinya ingin Kakek dan Neneknya bisa selamat.
Arin yang mulai kehabisan nafas dan kelelahan hingga akhirnya ia pun berhenti. Sambil mengatur nafasnya, hanya bisa melihat punggung Brian yang semakin menjauh dan menghilang dari hadapannya.
Entah apa yang terjadi pada Brian hingga berlari meninggalkannya begitu saja. Perasaan tidak karuan merengkupnya. Hingga tiba-tiba hujan pun turun dengan deras dan mulai membasahi dirinya yang berdiri ditengah-tengah orang-orang yang berlarian menghindari hujan.
Dugaan-dugaan yang buruk pun mulai muncul dibenak Arin yang hanya bisa terdiam tak bisa berkata-kata. Rasa khawatir akan terjadi sesuatu pada Brian, tapi secara bersamaan dirinya juga merasa sedih dan kesal.
Kenapa dia pergi begitu saja ?
apa yang terjadi padanya ?
Dia meninggalkan aku seorang diri ditengah malam dingin, ditengah jajaran orang yang sedang dipenuhi cinta, sebuah kejadian yang ironis.
Arin pulang dengan pakaian yang basah kuyup. Wajahnya sangat pucat dan tidak berdaya. Sepanjang jalan ia mencoba menghubungi Brian tapi sama sekali tidak ada jawaban. Ia terduduk lemas dan menangis dengan sekencang-kecangnya dan memukul dadanya yang terasa sangat. Ia merasa ketidakadilan yang membuat dadanya sesaka, rasa marah dan khawatir menyatu hingga membuatnya sulit bernafas. Seakan terjebak disebuah rungan sempit dan sangat gelap gulita.
Adik dan Ibu datang saat mendengar tangisan Arin. Mereka memeluk Arin dengan erat tanpa bertanya apa yang terjadi.
Sudah 3 hari ini Arin jatuh sakit tidak berdaya berbaring ditempat tidurnya. Dengan tatapan kosong seperti orang yang segan untuk hidup. Adiknya beberapa kali datang kekamarnya menemaninya sambil membacakan buku dongeng yang selalu Arin bacakan untuk adiknya. Tapi Arin sama sekali tidak merespon hal itu.
Tak ada satu suapun makanan ataupun minuman yang masuk kedalam perutnya. Wajah yang sudah sangat pucat dan matanya yang tak bercahaya. Hingga akhirnya Arin tidak sadarkan diri terjatuh saat ia beranjak dari tempat tidurnya.
" MAMA !! KAKAK PINGSAN !!" saut Ririn yang langsung menghampiri kakaknya yang tergeletak didepan pintu dengan panik.
Tak lama ibu masuk dan mencoba menyadarkan anaknya yang terbaring lemah dnegan mata yang tertutup. Memanggil namanya beberapa kali.
" Arin ! Arin ! sadarlah !! Arin !"
***