Chereads / "When You Love Someone" / Chapter 46 - " The Storm " (1)

Chapter 46 - " The Storm " (1)

***

Juni 2010~

Sudah hampir 2 bulan terakhir ini Brian jarang sekali menunggu di Minimarket karena ia mulai sibuk dengan les yang ia ikuti. Setelah pembicaran panjang malam itu ia sudah memutuskan mengikuti hal ia sukai.

Ia mengikui sebuah kelas untuk mengejar ketinggalan untuk masuk jurusan arsitektur. Walau terkadang Arin merasa sedih tapi ia juga senang karena akhirnya Brian mulai membuka hatinya pada dirinya sendiri.

Sesekali Brian datang ketempat kerjanya hanya untuk melihat dirinya tanpa mengucapkan apapun lalu pergi. Terkadang Brian mengirimkan foto gambar yang ia sedang kerjakan padanya. Ada hari dimana mereka mengobrol pajang sambil berjalan menuju rumah.

" Hari ini aku pulang jam 5 sore ? Kamu ?" - Terkirim kepada Brian-

Arin menunggu balasan dari Brian yang terlihat langsung membaca pesannya.

" jam 6".

" Okke aku nanti ketempatmu yaa " ditambah sebuah emoticon tersenyum.

Arin semakin tersenyum saat melihat sebuah foto Brian sambil menunjukan tanda okke dari jarinya padanya. Ini untuk pertama kalinya Arin mendapatkan foto dengan tingkah Brian yang terlihat kekanak-kanak tidak seperti Brian yang dingin seperti biasanya.

Setelah turun dari satu halte lalu berjalan sekitar 15 menit akhirnya Arin pun sampai didepan sebuha gedung dimana tempat Brian belajar. Arin menunggu didepan gedung sambil memainkan ponselnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 6 lewat 15 menit berlalu, tapi Brian tak kunjung terlihat keluar dari gedung membuat Arin sedikit cemas, ia mencoba mengirim pesan pada Brian tapi tidak ada balasan satu pun dari pesannya.

Beberapa kumpulan orang keluar dari gedung dan Arin berusaha mencari keberadaan Brian, hingga orang terakhir keluar keberadaan Brian tidak tampak keluar dari gedung.

Sekali lagi ia mencoba untuk berfikir mungkin saja Brian ada pelajaran tambahan. Tapi ini sudah lewat hampiri satu jam berlalu Brian tak kunjung terlihat ataupun membalas pesannya. Karena takut terjadi sesuatu pada Brian, Arin memutuskan untuk masuk kedalam gedung.

Ia menghampiri petugas Resepsionis.

" permisi .." sapa Arin.

" iya ada yang bisa saya bantu ?" tanyanya dengan sopan.

" Ohh .. Rungan kelas Arsiktektur dimana yaa ?" tanya Arin.

Tapi tiba-tiba wajah petugas Resepsionis itu terlihat seperti orang kebinggungan.

" ohh .. tapi kelasnya udah dibubarin sejak tadi .. sekitar dua jam yang lalu" ungkapnya yang sentak membuat Arin terkejut.

" Dua jam yang lalu ? emangnya ada apa emba ? kok bisa ?". tanya Arin dengan panik.

" ohh .. tadi Guru les -nya Pak Wahyu bertengkar dengan seorang pria .. saya juga tidak begitu tahu cerita terincinya tapi salah seorang muridnya .. emm kalau tidak salah namanya Brian .. dia terluka dan langsung dibawa kerumah sakit .. makanya kelasnya dibubarkan .." jelasnya yang sentak membuat dua kaki Arin terasa lemas dan tubuhnya terasa tak berdaya hingga rasanya ia terjatuh saat mendengar bahwa Brian yang terluka.

" ohh .. anda tidak apa-apa ..?" tanyanya yang terkejut melihat Arin yang hampir saja terjatuh.

" Kalau saya boleh tahu, dimana rumah sakitnya ?" tanya Arin mencoba menguatkan dirinya

Setelah diberitahun diaman rumah sakit dimana Brian dibawa, tanpa pikir panjang Arin langsung berlari menuju jalan raya untuk mencari taksi. Pikirannya benar-benar kacau. Ia masuk kedalam taksi yang berhenti menghampirinya.

Arin keluar dari taksi dan berlari masuki rumah sakit. Hingga ia tiba dirunag UGD rumah sakit dan bertanya pada penjaga disana.

" Permisi saya mau tanya, pasien yang bernama Brian ada dimana yaa, dimengalami kecelakaan dan dibawa kerumah sakit ini .." ucap Arin dengan nafas yang terengah-engah dan panik.

" tunggu sebentar yaa .." ucap seorang suster penjaga sambil mengecek disebuah komputer. Arin menunggu dengan tangan yang gemetaran ia juga melihat kearah sekitar barang kali ia melihat Brian.

" maaf .. tapi nama Brian sepertinya udah pulang sejak tadi .." jawabnya yang kembali membuat Arin kehilangan arah.

" Apa ...?".

" iyaa .. tadi dai dibawa kesini karena lenganya robek .. karena keadaannya baik-baik saja jadi dokter menyuruhnya pulang setelah menghabiskan cairan infus .." jelasnya.

" terima kasih .." ucap Arin kemudian berlarik dan berjalan dnegan langkah yang lemas dan tangan yang gemetaran tak terkendali.

Ia kembali melihat ponselnya dan mencoba menghubungi Brian. Tapi tetap saja nomornya tidak bisa dihubungi, membuat semua menjadi gelap seakan ia tersesat disebuah hutan dan tidak tahu kemana dirinya harus pergi mencari jalan keluar.

Arin berjalan keluar dari rumah sakit. Satu-satunya tempat yang mungkin saja ada keberadaan Brian saat ini.

" Tempat Les ..!".

Sentak Arin pun langsung kembali berlari untuk mencari taksi dan pergi kembali menuju tempat les Brian. Kemungkinan Brian pergi kembali kesana setelah selesai mendapatkan pengobatan dirumah sakit karena berfikir dirinya ada disana sedang menunggu.

Arin keluar dari taksi dan langsung berlari secepat mungkin menuju gedung. Langkahnya terhenti dengan mata yang mulai menggenang air mata saat mlihat Bria yang sedang duduk disebuah bangku dibawah pohon dengan tangan kiri yang terbalut perban. Arin berlari menghampiri Brian hingga ia berdiri dihadapannya.

Melihat Brian mendengakkan kepalanya dengan wajah terkejut dan langsung berdiri. Arin mulai menangis dengan tersendu-sendu hingga kehabisan nafas karena mencoba tangisannya.

Brian kebingguan bagaimana ia menghadapi Arin yang mucul dihadapannya dengan tiba-tiba dan menangis.

Tanpa Arin sadari ia langsung memeluk erat Brian dan menangis kepelukkannya. " kamu dari mana aja ... aku mencarimu kemana-mana .. aku fikir terjadi sesuatu .. padamu .. ehfkk .. aku bener-benar takut tahu .." ucap Arin yang terus menangis memeluk Brian seperti takut kehilangan Brian.

Brian masih terkejut dengan Arin yang masih memeluknya dengan sangat erat hingga terasa seperti jantungnya akan keluar. Beberapa kali ia menelan ludah karena kikuk.

Perasa bahagia dan sedih menyatu dalam hatinya saat melihat ARin yang menangis karena mengkhawatirkanya. Untuk pertama kalinya Brian merasakan keberadaanya begitu berharga bagi seseorang dan hal itu membuatnya sangat bahagia.

***