***
Berdiri didekat pintu bioskop menunggu Arin yang belum datang. Waktu menujukkan sudah pukul 5.15 sore. Ia mulai merasa khawatir pada Arin ynag mungkin saja tidak bisa datang karena pekerjaannya. Beberapa kali Brian melihat kearah jam tangannya dan merasa ingin pergi ketempat Arin bekerja karena merasa khawatir.
Tapi langkahnya terhenti saat ia melihat Arin yang sedang berlari kearahnya. Sambil melambaikan tangannya memberi tahu bahwa dirinya sudah datang, dan Arin pun sampai dihadapannya dengan nafas yang terengah-engah.
" huf huf huf .. maaf aku telat .. tadihh .. ituhh" Arin mencoba menjelaskan keterlambatannya pada Brian yang ia khawatirtnya akan marah padanya.
" Kenapa harus lari ? emangnya nggak capek ?" tanya Brian merasa sangat kasihan dan bersalah melihat Arin yang terlihat kelelahan.
" sedikit sih .. tapi nggak apa-apa, ayo masuk kaya film nya udah mau dimulai " ucap Arin sambil tersenyum.
Kemudian mereka pun berjalan masuk kedalam. Brian menyuruh Arin untuk duduk menunggunya yang sedang membeli minuman dan popcron. Arin terkejut melihat wajahnya sendiri didepan layar ponsel yang terlihat acak-acaknya. Segera ia merapihkan rambutnya dnegan perasaan malu karena sudah pasti Brian melihat dirinya yang tidak rapih. Padahal ini untuk pertama kalinya mereka jalan berdua, tapi ia sudah merusak salah satunya.
Disisi lain, Brian yang sedang menunggu pesanannya menengok kearah Arin yang sedang sibuk merapihkan rambutnya. Dia tersenyum lucu melihat Arin yang begitu berusaha keras untuk tampil sempurna dihadapannya.
Setelah pesanan jadi, Brian berjalan menghampiri Arin.
" ayo masuk !" ajak Brian.
" emm .." saut Arin sambil beranjak dari tempat duduknya dan berjalan bersampingan dengan Brian menuju ruangan bioskop yang sudah tertera pada tiket yang mereka miliki.
Arin sangat menyukai film action. Dengan wajah serius seakan dirinya masuk kedalam film tersebut membuat Brian beberapa kali tersenyum melihat raut wajah Arin. Karena terlalu serius sampai-sampai Arin mulai meletakan kakinya diatas bangku, duduk dengan kedua kaki yang bersila, seperti sedang menonton televisi dirumah. Brian tak bisa menahan senyuman, itu benar-benar sangat imut seperti anak kecil.
Melihat Arin yang mulai menggesrekkan kedua tangannya dan meniupnya seakan seperti orang yang kedinginan. Membuat Brian khawatir.
" Kedinginan ?" bisik Brian membuat Arin langsung menurunkan kedua kakinya saat tersadar dengan apa yang ia lakukan dihadapan Brian. Arin tampak malu saat menyadarinya, ia khawatir Brian akan merasa risih dengan sikap anehnya.
" sedikit " jawab Arin yang merundukkan kepalanya.
Selesai menonton, Arin pergi ketoilet karena tidak bisa menahan untuk buang air kecil. Karena toilet cukup penuh membuat Arin membutuhkan waktu beberapa menit hingga ia kembali menghampiri Brian yang menunggu ditempat yang sama saat ia menunggu Brian memesan minuman dan popcron.
" maaf lama, penuh soalnya .." ucap Arin.
" nggak apa-apa, ini minum " ucap Brian sambil memberikan segelas teh hangat yang ia pesan saat Arin pergi ketoilet.
" oh ? tapi minuman yang tadi ?" tanya Arin yang binggung karena tak melihat minum cola yang ia pesan dan masih tersisa banyak. Karena kedinginan makanya dia tidak banyak meminumnya.
" aku udah buang ".
" hah ? dibuang ? kenapa ?" Arin terkejut mendengarnya.
" kamu kedingin masih mau minum dingin .. minum ini " omel Brian sambil mengambil tangan Arin lalu mengenggamnya untuk memegang minuman hangat yang ia beli.
Arin masih terdiam binggung, tapi ia juga merasa tersentuh melihat Brian mengetahui bahwa dirinya kedinginan.
" makasih ..".
" ayo makan ! pasti laper kan " ajak Brian sambil berjalan duluan dan Arin pun mulai menyusul.
" Aku ini punya alergi dingin, makanya gak terlalu kuat kalau kelamaan kena AC .." jelas Arin yang mencoba memberitahu alasan kenapa ia kedinginan saat ada didalam sana. Tapi Brian terdiam seakan tidak merespon ucapnya tapi sebenarnya Brian mendengar semua apa yang diucapkan Arin.
Hingga mereka pun sampai disebuah restoran korea. Arin sudah duduk menunggu Brian yang sedang mengambil beberapa makanan untuk mereka masak sendiri. Restoran ini sejenis prasmanan, mengambil beberapa jenis makanan kedalam sebuah tempat besar kemudian dimasak diatas meja.
Arin sibuk menata mangkuk dan sumpit untuk mereka gunakan. Tidak lupa ia juga menuangkan air kedalam gelas yang sudah disediakan. Tetapi saat Arin tidak sengaja melihat kearah sampingnya, terdengar dengan samar-samar bisik para gadis yang sedang menatap kearah Brian yang sedang mengambil makanan.
" waohh ganteng banget yaa".
" dia dateng sendiri kali ya".
" kalau sendiri gue bakal tanyain nomor telponya ah ". " kalau sama pacar gimana .. waoh pasti pacarnya cantik banget".
Ucapan mereka membuat rasa rendah diri Arin muncul. Padahal sudah jelas dirinya bukan siapa-siapanya Brian, tapi tetap saja terkadang ia merasa tidak pantas bergaul dengan orang se-keren dan se-tampan Brian.
Tidak lama Brian pun sampai dihadapannya membuat Arin berusaha untuk bersikap seakan tidak mendengar apapun.
" kenapa banyak banget ?" tanya Arin yang terkejut melihat mangkuk besar itu penuh makanan.
Arin menengok sekilas kearah para gadis yang terlihat menatap sinis seakan sedang mengatakan hal buruk padanya.
" kenapa ?" tanya Brian yang merasa aneh dengan raut wajah Arin tampak murung.
" ah ? nggak apa-apa kok ".
Jawab Arin membuat dirinya semakin curiga. Brian merasa Arin merasa tidak suka melihatnya mengambilkan terlalu banyak makanan. Padahal Brian hanya tidak tahu apa yang Arin suka, itulah sebabnya dia mengambil semua makanan yang ada disana.
" emm .. pasti enak .." ucap Arin mencoba untuk mengabaikan pemikiran buruknya dan focus pada makanan yang ada dihadapannya.
Melihat Arin yang makan dengan lahapnya membuat Brian tidak bisa menutupi senyumannya. Ini bukan pertama kalinya melihat Arin makan dengan sangat lahap, tapi ia terkadang masih merasa heran pada gadis yang bertubuh kecil dan kurus ini ternyata makannya dengan banyak sekali.
" makannya pelan-pelan aja .." ucap Brian sambil menungkan air kedalam gelas milik Arin yang sudah kosong.
" emm .." guman Arin dengan mulut yang penuh dengan makanan, layaknya seperti seekor tupai yang mengisi penuh mulutnya dengan kacang.
" Kamu tau nggak ?" sambil menelan dengan sekuat tenaga.
" apa ?".
" dari tadi cewek cewek yang disamping ngeliatin kamu terus " ucap Arin sambil melihat kearah Brian yang terdiam sambil mengunyah makanan, karena penasaran dengan ucapan Arin, Brian pun menolehkan wajah kearah sampingnya dan benar saja, para gadis yang terlihat sebaya dengannya terlihat sedang mencuri-curi pandangan kearahnya dengan tatapan berbinar sambil berbisik-bisik.
" kayanya mereka penasaran sama kamu .. tadi aku dengar ada yang mau minta nomor telpon kamu " ucap Arin yang dengan santainya tapi ia langsung menyesal saat Brian menatap kearahnya.
" kenapa ? apa ?" tanya Arin merasa binggung melihat Brian menatapnya dengan tatapan menusuk.
Dengan tiba-tiba Brian mendekatkan wajahnya dengan tangan yang menjulur kearahnya, sangat dekat hingga Arin terdiam kaku dengan mata yang terbelak dan jantungnya yang terdegup sangat cepat, hanya bisa berpikir " mau ngapain dia ?".
" makannya jangan belepotan .." ucap Brian yang ternyata mengambil sebutir nasi yang menempel didekat bibir Arin yang sejak tadi membuatnya terganggung dan ia juga merasa puas karena hal ini sangat efektif untuk membungkam mulut Arin yang terus mengatakan hal yang tidak berguna.
" ahh .. ada yang nempel .." ucap Arin yang terlihat jelas salah tingkah sambil mengelap kembali mulutnya dengan tisu lalu minum segelas air karena tubuhnya terasa sangat panas seperti terbakar melihat tingkah Brian yang sekali lagi membuatnya berdebar.
" kenapa panas yaa ..." guman Arin sambil mengipasi dirinya dengan tangannya dan terus menghindari tatapan Brian.
***