***
" nggak tau !" jawab Arin yang dengan spontan menjawab hal tersebut, karena tidak memiliki kata-kata apapun diotaknya.
Mereka saling melihat satu sama lain setelah mendengar jawaban dari Arin.
Brian terlihat sedang membuka penutup kaleng cola dan bersikap seakan tidak memperdulikan apa yang akan diucapkan Arin, walau dirinya sangat amat penasaran, tapi dia juga takut jika jawaban itu bukan kejujuran yang sebenaranya.
Fathan terrus memandang kearah Arin, entah kenapa ia merasa perasaan sakit dan kecewa. Tapi bukan hak jika harus menyangga perkataan tersebut.
Sedangkan Elvina masih terus menatap Arin dengan tatapan curiga dan tidak percaya jika itu benar-benar perkataan yang jujur.
Waktu menunjukkan pukul 1 malam, semua sudah masuk kekamar masing-masing untuk beristirahat karena besok mereka harus kembali pergi mengunjungi sebuah taman wisata. Hanya terlihat Brian dan Fathan yang masih duduk sendiri disana sambil menikmati segelas kopi panas.
Mereka masih terdiam didalam keheningan malam. Mereka saling berhadapan satu sama lain.
" Ibu mu sudah membaik ?" tanya Brian yang memecahkan keheningan dengan nada yang terdengar canggung.
" Masih sama .." jawab Fathan yang membuatnya teringat dengan keadaan Ibunya yang kini berada di salah satu rumah sakit Singapura dan sedang menjalankan pengobatan.
" Sejak kapan lu tahu ?" tanya Fathan menatap Brian dengan rasa ingin tahu.
" emm .. entahlah ! yang jelas kesalahpaham gue udah selesai .. lagian juga itu bukan urusan gue .." ucap Brian yang sikap acuh tak acuh walau sebenarnya ada perasaan bersalah pada kesalahpaham dirinya selama 5 tahun terakhir ini hingga membuatnya membenci ayahnya sendiri dan juga keluarga Fathan.
" tapi kenapa waktu itu lu masih bersikap kaya gitu sama Ayah lu sendiri ?" tanya Fathan, tapi Brian tidak menjawabnya dan hanya meminum kopi yang Brian pegang.
Fathan hanya tersenyum kecil melihat sikap Brian yang masih saja bersikap tidak jujur dengan dirinya sendiri. Tapi ia juga merasa cukup tenang karena kesalahpahaman anatara Ibunya dan Ibunya Brian sudah selesai.
Masa lalu antara Ibu-nya dan kedua orang tua Brian merupakan sebuah kisah cinta segitiga diantara orang tua mereka. Brian yang saat itu masih terlalu remaja tidak bisa membedakan sebuah kebenaran yang ada pun. Yang ia ketahui hanya Ayah-nya yang pergi meninggalkan Ibu yang sedang sakit saat itu hanya untuk selingkuhannya.
Perpecahan hubungan Brian dan Ayah pun berlangsung saat Ayah-nya tidak datang saat pemakaman Ibunya dan memilih bersama selingkuhannya yang merupakan Ibu-nya Fathan. Tapi yang sebenarnya terjadi adalah, sebelum kedua orang tuanya Brian menikah, Ibu mereka sebenarnya bersahabat dekat sejak kecil. Pernikahan pun berlangsung karena berlandasan bisnis. Mereka tidak saling mencintai bahkan Ibu-nya Brian tahu bahwa suaminya itu mamang pacaran dengan sabahatnya sebelum mereka menikah.
Berjalannya seiring waktu, Ibu-nya jatuh sakit karena penyakit leukimia yang dideritanya sejak lama. Sahabatnya yang merupakan Ibu-nya Fathan mendonorkan tulang sumsum padanya. Tapi tetap saja, hal itu hanya bertahan hingga Brian tumbuh besar. Setelah meninggal dalam wasiat yang dipegang oleh sabahatnya tersebut, bahwa dirinya akan mendonorkan jantungnya pada Ibu Fathan yang memang saat itu juga sakit.
Karena perasaan bersalahnya yang cukup besar membuatnya, menyuruh Suaminya untuk berada disamping Ibu-nya Fathan saat menjalankan operasi tranplatasi jantung milikinya. Jadi bukan Ayah-nya Brian meninggalkan Ibunya sejak sakit begitu, melainkan memang Ibunya lah yang menginjinkan Suaminya bersama dengan sahabatnya.
Hal itu yang membuat Brian salah paham hingga ia kabur dari rumah dan bersikap jahat pada Ayah dan keluarganya Fathan. Walau tetap saja itu bukan hal yang setuhnya benar. Hanya saja Brian sudah tidak menyimpan sebuah kebencian yang membuat dirinya selama ini menderita. Tapi bukan berarti ia akan kembali pada Ayahnya, karena ini sudah menjadi pilihannya untuk tetap sendiri.
" Gue juga baru tahu semua saat itu .." ucap Fathan sambil termenung kesebuah kejadian dimana dirinya bertengkar dengan Brian dan membuat Ibunya pun menjelaskan semua yang terjadi dimasa lalu.
" Udah bicara empat mata sama Ayah lu ?" tanya Fathan.
Brian menggelangkan kepalanya." belum .. huff .. entahlah" ucap Brian yang masih belum bisa sepenuhnya memaafkan Ayahnya dimasa lalu.
" Kalian belum tidur ?" tanya Arin yang sudah beberapa saat yang lalu berdiri dibelakang mereka dengan wajah binggung. Sentak mendengar suaranya itu, membuat Brian dan Fathan langsung menoleh kebelakang.
" nanyain orang, sendirinya aja bleum tidur " ucap Brian dengan nada kesal, entah kenapa ia merasa kesal saat melihat wajah Arin yang tampak tak merasa bersalah.
" Kenapa keluar ?" tanya Fathan.
" ahh .. nggak bisa tidur" jawab Arin.
" sini !! mau gue buatin susu anget ?" tanya Fathan.
" ahh nggak usah .. " tolak Arin yang berusaha menghidar ajakan Fathan yang mungkin akan membuatnya merasa canggung. " Kalau gitu aku masuk yaa " ucap Arin terlihat panik dan langsung membalikkan badannya dan berjalan dengan cepat menuju kamarnya.
Melihat tingkah panik Arin yang terlihat seperti anak kecil membuatnya tersenyum menahan tawa. Dan kembali duduk dibangkunya.
Arin yang sudah berjalan hingga berhenti didepan kulsan. Dengan wajah binggung ia membuka pintu kulkas sambil memikirkan percakapan Brian dan Fathan yang tidak sengaja ia dengar.
" Sejak kapan mereka jadi akur ?" tanya Arin pada dirinya sendiri sambil kembali menutup pintu kulkas setelah mengambil sebotol air putih.
" lagi ngapain Rin ..?" tanya Elvina yang tiba-tiba muncul membuat Arin pemikiran Arin buyar karena terkejut.
" Oh ? ohhhh ... itu ??" pikir Arin yang masih linglung.
" ini lagi ngambil air ! lu belum tidur juga ?" tanya Arin.
" iya, mau minummya juga dong " jawab Elvina sambil berjalan mendekati Arin yang mengambil botol minum untuk Elvina.
" ini .." ucap Arin sambil memberikan air minum itu pada Elvina.
Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka membuat Arin dan Elvina sentak menengok kearah Pintu.
" Loh ? kalian kenapa masih belum tidur juga ?" tanya Fathan sambil kembali menutup pintu.
Mendengar ucapan tersebut membuat Elvina melihat kearah Arin yang terlihat panik seperti ada hal yang disembunyikan darinya.
" ini juga mau balik kekamar " jawab Arin sambil meletakan botol air tersebut kedalam kulkas.
" Fathan ..! bisa nggak kita bicara sebentar ? ada yang pengen gua omongin sama lu " ucap Elvina yang terlihat serius.
" ohh ... okke" jawab Fathan yang juga merasa binggung dengan tingkah Elvina yang sejak tadi terlihat aneh.
" kalau gitu .. aku duluan kekamar yaa .." ucap Arin yang terlihat terburu-buru dan langsung berjalan kekamarnya diatas, begitu juga Brian yang juga berjalan menuju kamar yang berada disamping dapur.
Perlahan Elvina berjalan mendekati Fathan. Dengan keyakinan dan kesabaran yang selama ini ia tahan. Elvina sudah berdiri dihadapan Fathan.
***