Ben membelokkan mobilnya menuju sebuah mall mewah yang berada di pusat kota London. Dengan sigap ia langsung turun dan membukakan pintu mobil untuk Michella.
Sementara Michella merasa sangat senang di perlakukan baik oleh Ben, kini ia sudah tidak merasa takut lagi dengan Ben. Karena jika di lihat dari cara Ben memperlakukan dirinya, sepertinya Ben sangat baik dan tidak menunjukkan gelagat yang mencurigakan.
"Silahkan Mic." ujar Ben antusias.
Michella tersenyum dan bergegas turun dari dalam mobil. "Terima kasih, Ben! Seharusnya kau tidak perlu melakukan hal itu. Aku bisa kok buka pintu mobil sendiri." seru Michella lirih.
Ben menghela nafas, kemudian menutup pintu mobilnya. "Aku tidak akan membiarkanmu melakukannya seorang diri, karena kamu begitu spesial di hati aku."
Michella mengerutkan keningnya. "Udah deh, gak usah basa-basi."
Ben meraih tangan Michella. "Loh, aku serius Mic. Kamu memang orang yang sangat spesial untuk aku."
Michella tertegun ketika mendengar ucapan Ben. "Ben, terima kasih untuk semua perlakuan istimewa yang kau berikan. Aku tidak tau harus dengan cara apa membalas kebaikanmu."
Ben tersenyum sambil mengenyampingkan rambut Michella yang tertiup angin, kemudian menyelipkan nya di belakang telinga Michella.
"Kamu tidak perlu berterimakasih, karena kamu memang pantas mendapatkan perlakuan seperti ini." gumam Ben, kemudian mengajak Michella untuk masuk ke dalam mall tersebut.
Michella menuruti perintah Ben, karena ini baru pertama kalinya ia menginjakkan kakinya di mall Westfield Stratford City. Mall ini merupakan shopping mall terbesar di United Kingdom dan Eropa.
Dan mall ini yang terbaru di london dan baru di buka pada tahun 2011. Mempunyai ratusan toko toko dengan merk merk yang kita sering jumpai. Seperti Zara, Mango, Berska, Gap dan sejenisnya. Department store, kafe, food court dan luxury restoran juga ada.
Bukan hanya itu saja, tempat hiburan seperti kasino yang buka 24 jam, bioskop, dan hotel dengan total 350 kamar pun juga ada di Westfield Stratford City. Sementara Stasiun stratford terletak hanya di sebelahnya.
Michella sudah tau mall ini sejak lama, karena ia sering keluar masuk stasiun Stratford. Namun ia belum pernah masuk ke dalam mall tersebut, karena ia tau jika mall tersebut berisi toko-toko yang menjual barang-barang mewah. Jadi baginya tidak terlalu penting mengunjungi mall tersebut, karena ia tidak akan sanggup membeli barang-barang yang ada di toko tersebut.
Kesan mewah sudah sangat terasa ketika Michella memasuki pintu masuk mall tersebut, ia benar-benar di buat terpana karena semua yang di jual di mall tersebut memanglah barang-barang mewah. Michella sedikit terkejut, ketika Ben mengajaknya ke salah satu toko yang menjual barang-barang branded.
Michella menahan langkah Ben, ia tidak mau jika Ben harus keluar uang banyak hanya untuk membeli salah satu koleksi mereka.
"Ben, untuk apa kita datang ke toko ini? Bukankah tadi kau bilang kita mau makan siang." tanya Michella sambil menahan langkah Ben.
"Tentu saja untuk berbelanja, aku ingin membelikan tas baru untukmu."
Michella mengerutkan keningnya. "Maksudmu tas yang sekarang aku gunakan tidak bagus? Asal kau tau ya Ben, tas ini milik Ibuku. Tas yang terakhir ia gunakan saat bocah sialan tiba-tiba menabrak mobil keluarga kami, aku tau saat itu Ibu ingin bertahan demi aku. Walau akhirnya Ibu menyerah dan pergi meninggalkan aku." Tegas Michella kesal.
Ben merasa sedih mendengar pernyataan Michella, ia tidak menyangka jika Michella masih menaruh dendam padanya. Namun Ben berusaha tenang dan juga menenangkan Michella, ia belum sanggup mengakui kesalahannya pada Michella saat ini juga.
"Michella, maafkan aku. Bukan maksudku untuk bilang jika tas yang kau gunakan saat ini tidak bagus, namun setelah aku dengar ceritamu. Ada baiknya kau menggunakan tas baru, agar tas milik Ibumu tidak rusak, mengingat umur tas itu pasti sudah puluhan tahun kan?" gumam Ben lirih.
Michella tertegun mendengar ucapan Ben, karena yang di katakan oleh Ben memanglah benar. Ia tidak mau tas peninggalan sang ibu rusak karena terlalu sering ia gunakan, namun sampai saat ini ia belum juga sangup membeli tas baru.
Lamunan Michella buyar, saat Ben menyadarkannya. Michella menyetujui tawaran Ben untuk membeli tas baru dan hal itu membuat Ben senang mendengarnya.
"Mic, apa kau baik-baik saja?" tanya Ben.
"Iya aku baik-baik saja, maafkan aku karena sudah berprasangka buruk padamu."
Ben tersenyum. "Tidak apa-apa Michella, aku yang harusnya minta maaf karena sudah menyinggung perasaanmu. Ayo kita masuk sekarang, kamu bebas membeli apa saja yang kamu suka." Gumam Ben antusias.
Michella tersenyum, ia masih seperti mimpi di perlakukan seperti ini oleh Ben. Karena selama ini ia belum pernah bertemu seorang laki-laki seperti Ben. Dengan senang, Ben menemani Michella memilih tas dan juga perlengkapan lainnya.
1 jam sudah Michella dan Ben menghabiskan waktu di toko tersebut, Michella terkejut ketika Ben harus mengeluarkan uang ratusan poundsterling untuk membayar belanjaannya.
"Ben, ini sangat mahal sekali. Sebaiknya aku kurangi saja agar tidak terlalu mahal." Gumam Michella lirih.
Ben mengerutkan keningnya, karena bagi Ben sifat Michella sangat jauh berbeda dengan Amora. Jika Amora selalu menghabiskan ribuan pounds untuk berbelanja, namun Michella begitu khawatir ketika belanjaan miliknya habis hanya dalam hitungan ratusan pounds.
"Michella, ini hanya 500 pounds, tapi kenapa kamu begitu khawatir?"
Michella menghela nafas, sementara Ben memberikan kartu kredit miliknya pada petugas kasir.
"500 Pounds setara dengan gaji bulanan yang aku terima, aku tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika aku menghabiskan uang gaji ku hanya untuk membeli barang-baranng seperti ini yang menurutku tidak terlalu penting."
Ben memegang pundak Michella dan mencoba untuk menenangkannya. "Michella, setelah ini kau tidak perlu khawatir ya. Jika kau membutuhkan sesuatu, kau bisa mengatakannya padaku."
Michella kembali tertegun, mengapa Ben begitu baik dengannya. Bahkan ia sampai rela memberikan seluruh hidupnya untuk Michella. Setelah selesai membayar, Ben mengajak Michella untuk makan siang. Makan siang kali ini cukup mewah, karena Ben mengajaknya untuk makan di restoran mewah.
"Michella, silahkan pesan makanan apapun yang kamu suka." Ujar Ben lirih.
Michella tersenyum sambil meraih daftar menu yang tersedia di meja, Michella terbelalak ketika melihat harga makanan tersebut yang sama sekali masuk akal.
"Ben, apa kita bisa pindah dari restoran ini? Kita makan di kedai yang ada di pinggir jalan saja." Pinta Michella.
Ben mengerutkan keningnya. "Apa kau tidak menyukai tempat ini, Mic? Di sebelah juga masih ada restoran mewah, kita bisa pindah kesana kalau kamu mau."
"Bukan begitu maksudku, Ben." Gumam Michella sambil menghela nafas.
"Lalu?"
"Ben, harga makanan di restoran ini sangatlah mahal. Aku tidak mau kau menghamburkan banyak uang untuk hari ini."
Ben benar-benar salut dengan Michella, ia sudah tidak sabar ingin mempertemukan Michella dengan sang kakek. Karena selama ini sang kakek selalu tidak percaya jika ia bisa menemukan wanita yang menjadi korban kecelakaan yang ia lakukan.
"Michella, sudah bertahun-tahun aku bekerja keras. Jadi jika aku membeli makanan mahal ini, aku menggangapnya sebagai sebuah reward, sudahlah Michella. Kamu jangan seperti itu, aku ingin menikmati hari-hariku bersama denganmu."
Michella di buat meleleh dengan perkataan Ben, sepertinya ia sudah mulai masuk ke dalam jerat cinta yang di ciptakan oleh Ben. Karena sudah tidak terhitung Ben mengatakan sesuatu yang membuat hatinya senang.