Chereads / PERNIKAHAN TERSEMBUNYI : ISTRI SIMPANAN SANG CEO / Chapter 17 - BAB 17 - APA KAU MENCINTAIKU?

Chapter 17 - BAB 17 - APA KAU MENCINTAIKU?

Michella baru saja tiba di pusat kota London, ia bergegas untuk turun dari dalam bus dan mencari keberadaan apartement yang di maksud oleh Ben. Tak lama kemudian seseorang memberitahu Michella di mana letak Apartement London Raya. Michella terbelalak bagaimana orang tersebut tau jika dirinya sedang mencari alamat tersebut.

Tanpa pikir panjang Michella bergegas menuju apartemen tersebut, sesampainya di lobby. Michella langsung di sambut oleh petugas receptionist.

"Nona Michella?" sapa petugas receptionist tersebut.

"Iya benar, saya Michella." gumam Michella sambil terengah-engah.

Karena waktu sudah menunjukkan 11.55, ia tidak mau mengecewakan Ben jika dirinya terlambat menuju ruangan Ben.

"Mari ikut saya, Nona. Saya akan mengantar anda ke ruangan Tuan Ben." perintah receptionist tersebut.

"Baik, terima kasih."

Michella mengekori petugas tersebut, mereka menaiki lift yang berbeda. Di dinding tertera jika lift tersebut di pergunakan untuk penghuni apartemen VIP.

Michella tidak menyangka untuk apartemen saja mereka sampai menggunakan lift yang berbeda. Tak lama kemudian pintu lift terbuka, Michella terbelalak ketika melihat suasana apartement VIP yang terlihat begitu mewah.

Dinding berlapis emas, lantai marmer dan juga lampu gantung yang terpasang di seluruh lorong apartemen tersebut. Kini Michella telah sampai di depan kamar 5515, di dinding tertera nama Ben Stone dengan pahatan akrilik.

Sungguh apartement ini hanya bisa di miliki oleh orang-orang sekelas Ben Stone. Petugas receptionist tersebut menekan bel, tak lama kemudian layar seperti tablet android itu memunculkan wajah Ben.

"Tuan Ben, tamu anda sudah datang." ujar petugas receptionist tersebut bernama Liana, namanya dapat di ketahui dari name tag yang di kenakan di seragamnya.

"Baik, terima kasih Liana." seru Ben lirih.

Sementara Liana langsung berpamitan pada Michella, tak lama kemudian Ben membuka pintu. Michella melempar senyum, begitu pula dengan Ben. Ben segera meminta Michella untuk masuk ke dalam apartemennya.

"Masuk lah Mic." ujar Ben lirih.

Michella melempar senyum. "Terima kasih, Ben." seru Michella lirih dan langsung masuk ke dalam.

Ben bergegas menutup pintu, Michella masih merasa canggung dengan kejadian tadi pagi. Michella berharap Ben mau membuka suara terlebih dahulu agar ia dapat mengurangi rasa canggung nya.

"Silahkan duduk, Michella. Kau mau minum apa?" tanya Ben lirih.

"Air putih saja."

"Baik lah, tunggu sebentar" ujar Ben lirih dan bergegas menuju dapur untuk mengambil air mineral.

Sementara Michella bergegas duduk di sofa, baru kali ini Michella merasakan sofa empuk seperti ini. Michella melihat sekeliling apartemen Ben yang terlihat sangat mewah.

Tak lama kemudian Ben datang membawakan sebotol air mineral dan juga satu botol red wine, Michella terperangah melihat botol wine yang menurutnya minuman tersebut sangat mahal.

"Apa kau menyukai wine?" tanya Ben lirih.

Michella tersenyum. "Ya, tentu saja aku menyukainya. Tapi aku tidak pernah minum wine seperti itu" seru Michella sambil menunjuk ke arah botol tersebut.

"Ini adalah red wine terbaik yang pernah ada, kamu pasti akan menyukainya." Ben segera membuka tutup botol wine tersebut, lalu menuangkannya ke dalam gelas.

Kemudian Ben menghampiri Michella dan memberikan segelas wine tersebut pada Michella. "Ini untuk mu, Michella." gumam Ben sambil menyodorkan gelasnya pada Ben.

"Terima kasih, Ben." seru Michella sambil meraih gelas tersebut dari tangan Ben.

Michella langsung menyesap minumannya, dalam hatinya tidak bisa berbohong jika ini adalah wine terenak yang pernah ia cicipi.

"Bagaimana? Apa rasanya enak?"

Michella tersenyum kecil. "Ini adalah wine terenak yang pernah aku cicipi."

Ben terperangah. "Benarkah?"

"Ya, tentu saja. Aku sangat menyukainya, apa aku boleh tambah lagi?" Michella menyodorkan gelasnya ke arah Ben.

"Tentu saja!" sahut Ben sumringah dan kembali menuangkan wine tersebut ke dalam gelas Michella.

"Terima kasih, Ben" Michella kembali menenggak wine tersebut hingga tak tersisa. Setelah itu ia meletakkan gelasnya di meja.

kemudian Michella menatap Ben dengan tatapan tajam, pandangan Michella tampak kabur. Ia merasa dirinya telah mabuk, namun ia tidak membiarkan hal ini terjadi. Karena bagaimanapun ia harus mendapatkan penjelasan Ben terlebih dahulu.

"Sekarang katakan padaku, kenapa kau meninggalkan aku sendirian tanpa sebab?" gerutu Michella lirih.

Ben menghela nafas. "Aku minta maaf Michella, aku tidak bermaksud seperti itu. Jujur, aku benar-benar takut melakukan hal itu padamu. Aku takut kamu marah padaku."

Michella terbelalak mendengar perkataan Ben, Michella menggeser posisi duduknya dan merapatkan tubuhnya dengan tubuh Ben. Lalu berbisik di telinga Ben dengan lirih dan hal itu membuat Ben sedikit merinding.

"Ben, apa kau mencintaiku?" bisik Michella lirih.

Ben langsung merubah posisi duduknya menghadap Michella, kini kedua mata mereka saling menatap. Ben tidak menyangka jika Michella akan melontarkan pertanyaan seperti itu.

"Michella, apa kau yakin dengan pertanyaan mu?" tanya Ben lirih.

Michella menghela nafas. "Tentu saja! Karena aku ingin mengetahuinya Ben."

"Kau ingin tau jawabannya sekarang?" Ben mulai serius dan menatap dalam wajah Michella.

"Ya tentu saja, aku sangat ingin mengetahui jawaban dari mu."

Ben meletakan kedua tangannya di pipi Michella, lalu mengatakan pada Michella jika dirinya sangat mencintai Michella. Mendengar ucapan Ben, membuat Michella sedikit terenyuh.

Ia tidak menyangka jika Ben benar-benar mencintainya, tanpa pikir panjang. Michella langsung mengecup Ben dengan lembut. Tak mau kalah, Ben membalas kecupan Michella.