Michella baru saja selesai sarapan, ia sudah bersiap-siap untuk pergi ke kampus. Karena pagi ini ia ada ujian dengan Ibu Sandrina, Michella bergegas menuju lift. Ia sedikit tersentak kaget ketika mendapati 2 orang laki-laki bertubuh besar yang menghampirinya.
"Nona Michella?" tanya salah seorang dari mereka.
"Iya benar, kalian berdua siapa? Aku sedang terburu-buru karena ada ujian."
"Saya Paul dan ini rekan saya, Javier. Kami di utus Tuan kami untuk mengawal anda, mari ikut dengan kami Nona. Kami berdua akan mengantar anda ke kampus."
Michella terbelalak mendengar ucapan mereka, ia sudah bisa menebaknya jika Ben yang mengutus mereka berdua. "Ben" gumam Michella lirih.
Karena sudah terburu-buru, Michella memutuskan untuk ikut bersama mereka berdua. Dirinya tidak menyangka jika Ben melakukan hal ini untuknya, padahal Michella tidak membutuhkan pengawal seperti ini.
Sesampainya di kampus, Michella langsung bergegas turun dari dalam mobil dan berlari menuju ruang kelas. Untung saja ia tidak terlambat, Michella tidak menyadari jika kedua pengawalnya mengikutinya dari belakang.
3 jam kemudian, Michella selesai dengan kuliahnya. Ia bergegas keluar kelas dan bersiap untuk berangkat kerja. Michella terkejut melihat kedua pengawalnya berada di depan kelasnya.
"Kalian ngapain ada di depan kelasku?" tanya Michella bingung.
"Kami di sini untuk menjaga anda, Nona." Gumam Javier.
Michella mengerutkan keningnya. "Tapi aku tidak perlu di jaga, karena aku hanya sedang ujian. Memangnya kalian tidak cape menungguku di sini selama tiga jam?"
"Ini sudah menjadi pekerjaan kami, Nona." Seru Paul.
Michella menghela nafas, ia bergegas menuju kantor tempatnya bekerja, sesampainya di sana. Orang-orang tampak bingung melihat Michella yang datang bersama 2 orang laki-laki berseragam warna hitam.
Celline langsung menghampiri Michella dan menanyakan siapa orang tersebut, karena bagi Celline keduanya terlihat sangat tampan.
"Michella, kau sudah datang. Mereka berdua siapa? Kenapa mereka mengikutimu?" tanya Celline tersenyum.
Michella terbelalak dan langsung menoleh ke arah belakangnya, Michella tampak kaget karena kedua pengawalnya ikut masuk ke dalam kantornya.
"Kalian ngapain ngikutin aku? Memangnya kalian tidak bisa jika menunggu di luar?" seru Michella.
"Ini sudah perintah Tuan Ben, Nona." Seru Paul.
"Astaga, jadi kalian berdua pengawalnya Michella? Mic, kau ini memang hebat. Kenalkan namaku Celline, aku teman dekatnya Mihella." Seru Celline antusias pada Javier, sejak pertama kali melihat Javier. Celline seperti terhipnotis olehnya, Javier tersenyum dan langsung menjabat tangan Celline.
"Javier" serunya tegas.
Melihat tangan anak buahnya masih menggengam tangan Celline, Paul langsung berdehem untuk memberikan kode pada Javier. Javier segera melepaskan tangannya dari genggaman Celline.
"Sebaiknya, kalian tunggu di luar saja." Perintah Michella.
"Maafkan saya, Nona. Saya harus mengikuti perintah Tuan Ben."
Michella menghela nafas panjang, dan langsung menuju meja kerjanya. Sementara kedua pengawalnya berdiri di belakangnya. Michella sangat tidak nyaman jika harus bekerja seperti ini, ia merasa seperti sedang di awasi dalam bekerja jika kedua pengawalnya berada di belakangnya.
"Apa kalian merasa sedang mengawasiku? Aku serasa sedang mengikuti masa orientasi siswa jika kalian berada di belakangku." Protes Michella.
Kedua pengawalnya bergegas berpindah posisi di depan Michella, Paul mengambil di sudut meja sebelah kiri. Sementara Javier berada di posisi sebelah kanan, walau mereka sudah berpindah posisi tetap saja Michella masih kurang nyaman jika harus bekerja seperti ini.
Michella memutuskan untuk menelepon Ben, ia bergegas menuju toilet. Namun ketika ia melangkahkan kakinya, kedua pengawalnya langsung mengikutinya. Michella mengerutkan keningnya dan mulai membalikkan tubuhnya. Kedua pengawal tersebut tersentak kaget ketika Michella tiba-tiba saja berhenti.
"Kalian mau apa? apa kalian ingin mengintipku saat aku buang air kecil?" gumam Michella.
"Maaf Nona, kami akan tetap ikut dengan anda, kami akan menjaga anda di depan pintu. Tapi sebelumnya Javier akan memeriksa kondisi di dalam terlebih dahulu." seru Paul dan hal itu membuat Michella semakin pusing.
Michella menghela nafas, ia benar-benar stress dengan keadaan seperti ini. Michella kembali melangkahkan kakinya, sebelum ia masuk ke dalam toilet. Javier terlebih dahulu memeriksa situasi di dalam, setelah di rasa aman barulah Michella masuk ke dalam.
Michella langsung duduk di closet, mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya. Kemudian ia mencari nomor Ben dan mulai meneleponnya. Tak lama kemudian terdengar suara sapaan yang sangat lembut dari seberang teleponnya.
"Hallo sayang, bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Ben lirih.
"Ben, apa maksudmu mengirim Paul dan Javier padaku?" gumam Michella sedikit ketus.
"Apa mereka membuat ulah?"
"Mereka tidak membuat ulah, tapi aku merasa sedikit tidak nyaman jika ruang gerakku selalu di ikuti oleh mereka" seru Michella frustasi.
"Maafkan aku, sayang. Tapi mereka semua sudah menjalankan tugas sesuai dengan perintahku, aku ingin melindungimu. Jangan salah sangka dulu, aku melakukannya untuk kebaikanmu Michella."
"Ben, tapi aku tidak apa-apa. Selama ini aku juga baik-baik saja, untuk apa kau membuang-buang banyak uang demi menyewa pengawal"
"Michella, uang bukan lah segalanya. Keamananmu yang paling utama untuk aku, nanti aku akan memerintahkan mereka agar menjagamu tidak terlalu dekat. Supaya kamu tetap nyaman, tapi aku mohon kamu jangan pernah menolaknya ya."
Michella menghela nafas panjang. "Baik lah, Ben. Terima kasih untuk semuanya, kau memang baik. Kalau begitu, aku kembali ke ruanganku. Selamat bekerja Ben"
"Terima kasih, Michella. Selamat bekerja juga." gumam Ben.
Panggilan telepon terputus, Michella bergegas keluar dari dalam toilet. Kedua pengawalnya masih setia menunggunya, mereka berdua segera mengekori Michella di belakangnya. Ketika melewati meja Celline, Javier sedikit terkejut saat Celline menarik tangannya dan memberikannya secarik kertas yang berisi nomor teleponnya.
Javier tersenyum dan langsung memasukkan kertas tersebut ke dalam saku jasnya. Michella memang benar-benar membawa keberuntungan bagi Celline, karenanya Celline dapat bertemu dengan Javier.
Jam makan siang pun tiba, Michella bergegas menuju kantin bersama Celline. Celline tak henti-hentinya memandangi Javier yang duduk 2 kursi dari mereka. Michella yang menyadari hal itu langsung menoleh ke arah Javier, sementara Javier langsung menundukkan kepalanya saat mengetahui boss wanitanya sedang memperhatikannya.
"Apa kau menyukai Javier?" tanya Michella sambil menyeruput spagetti pesanannya.
Celline menghela nafas. "Michella, aku sangat berterima kasih. Karena kamu telah membawa Javier ke kantor"
"Aku tidak membawa mereka, tapi mereka yang mengikutiku"
Celline mengerutkan keningnya. "Maksudmu bagaimana?"
"Mereka berdua adalah orang suruhan Ben, Ben menyewa mereka untuk menjaga ku. Jujur sebenarnya aku merasa tidak nyaman jika harus di ikuti seperti ini, karena aku merasa ruang gerakku tidak bisa bebas karena harus di ikuti oleh mereka."
"Sungguh, Ben sangat romantis. Kau beruntung sekali mendapatkannya, Mic." gumam Celline sambil melambaikan tangannya ke arah Javier.
Michella mendengus pelan melihat tingkah Celline yang kelihatannya sedang di mabuk cinta dengan Javier. Michella melanjutkan makan siangnya, dan membiarkan Celline menikmati dunianya bersama Javier.