Ben baru saja tiba di rumahnya, tak lama kemudian Amora datang menghampirinya dan langsung menginterogasi Ben yang semalaman tidak pulang. Mendengar ucapan Amora membuat Ben kesal, namun pagi ini Ben tidak ingin membuang tenaganya untuk bertengkar dengan Amora.
Ben langsung bergegas pergi dari hadapan Amora, hal itu membuat Amora kesal. Amora mencoba untuk menahan langkah Ben, namun ia kalah kuat dengan Ben. Sehingga membuat Amora terjatuh tersungkur ke lantai.
"Ben, kau benar-benar menyebalkan." Seru Amora kesal dan terus menghardik Ben di depan kamar.
Amora meraih ponselnya yang ia letakkan di atas meja makan, ia langsung mencari nomor Kakek Ben. Amora akan melaporkan semua perlakuan Cucu kesayangannya, yang sudah berani mendorongnya hingga tersungkur ke lantai.
Namun sayang, teleponnya tidak di angkat oleh sang kakek. Dan hal itu membuat Amora bertambah kesal.
"Kemana sih Kakek, kenapa telepon aku tidak di angkat. Tidak seperti biasanya Kakek seperti ini." Gumam Amora.
Sementara itu di lain tempat, Ben bergegas mengganti pakaiannya. Kemudian merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Tiba-tiba bayangan Michella kembali terlintas di kepalanya, ia tidak menyangka jika Michella meresponnya.
Ben masih ragu, apakah ini yang di namakan cinta pada pandangan pertama. Karena baru kali ini Ben merasa gugup untuk bercinta dengan Michella. Padahal untuk urusan ranjang, Ben sama sekali sudah mahir memainkannya dengan banyak wanita.
Namun kenapa dengan Michella, ia merasa ada yang berbeda. Dan sensasi seperti ini tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Michella benar-benar menyihir perasaannya, dan hal itu membuat Ben merasa kesulitan untuk melakukannya.
"Michella, kau benar-benar membuatku gila." Gumam Ben lirih.
Tak lama kemudian ponsel Ben berdering, ia segera meraih ponselnya di atas nakas. Di lihatnya nama Michella yang tertera di layar ponsel.
"Ben, kau di mana? Apa kau sudah sampai di rumah? Kenapa tadi kau tiba-tiba pergi? Apa aku membuat kesalahan?"
Ben menghela nafas, ia jadi merasa bersalah karena telah bersikap seperti itu pada Michella. Ia masih bingung bagaimana caranya meminta maaf pada Michella, karena ia takut salah memperlakukan Michella.
Ben mencoba untuk mengajak Michella untuk bertemu, ia berharap Michella mau menemuinya. Kali ini Ben akan bersungguh-sungguh meminta maaf pada Ben, ia tidak mau mengecewakan Michella untuk yang kedua kalinya.
Setelah membalas pesan dari Michella, Ben memutuskan untuk keluar rumah. Ia berharap Amora tidak lagi menginterogasinya seperti maling yang telah mencuri. Namun dugaannya salah, Amora justru kembali menginterogasinya dengan rentetan pertanyaan yang membuatnya kesal.
"Ben, kau mau kemana lagi? Kau baru saja sampai di rumah, masa sudah mau pergi lagi?" gerutu Amora yang langsung muncul di hadapan Ben secara tiba-tiba.
"Bukan urusanmu, Amora." Tegas Ben dan bergegas pergi dari hadapan Amora. Namun Amora menghalanginya.
"Ben, aku ini istrimu. Kau tidak bisa bersikap seperti itu padaku."
Ben menghela nafas. "Istri? Jangan terlalu bermimpi, Amora." Hardik Ben dan langsung bergegas pergi dari hadapan Amora.
"Ben.. kau akan menyesal dengan ucapanmu." Teriak Amora, namun Ben tidak meladeninya dan langsung melajukan mobilnya.
Amora benar-benar kesal, karena statusnya sebagai seorang istri Ben Stone tidak pernah di anggapnya oleh Ben. Amora memutuskan untuk keluar dari rumah untuk mencari ketenangan, selama 2 tahun menikah Amora tidak pernah merasakan hangatnya berumah tangga.
Sebelum pergi, Amora mencoba menghubungi seseorang untuk menjemputnya. Setelah itu baru lah Amora bergegas menuju tempat mereka berdua mengatur janji untuk bertemu.
***
Michella baru saja selesai mandi, setelah itu ia langsung duduk termenung di depan meja riasnya, perasaannya benar-benar berkecamuk. Entah mengapa Michella merasa takut jika Ben akan meninggalkannya. Padahal awalnya perasaannya pada Ben hanya biasa saja, namun entah mengapa kini perasaannya semakin takut jika harus kehilangan Ben.
"Ben, kau benar-benar membuatku gila dalam hitungan menit." gumam Michella lirih sambil mengacak-acak rambutnya.
tak lama kemudian ponsel Michellan berdering, di lihatnya nama Ben yang tertera di layar ponsel. Michella tersenyum manis dan langsung membuka pesan dari Ben.
"Michella, maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk mempermainkanmu, hanya saja aku merasa sangat bersalah jika aku harus merusak nama baikmu. Maafkan aku, Michella. Bisakah kita bertemu di apartement London Raya? jika kau tidak keberatan, temui aku di kamar 5515 pada pukul 12 siang"
Michella tersenyum saat membaca pesan dari Ben, ia langsung bergegas merias wajahnya. Di lihatnya jam dinding di kamarnya sudah menunjukkan pukul 10.30, Michella langsung bergegas karena ia tidak mau terlambat.
Kini Michella akan mengikuti semua perkataan Kate, dirinya sangat beruntung karena telah di cintai oleh orang seperti Ben. Walau Ben merupakan CEO yang kaya raya, namun ia sangat ramah dan tidak sombong