Ben baru saja sampai di apartemen Michella, ia bergegas turun dan membukakan pintu untuk Michella. Kemudian meraih barang-barang belanjaan milik Michella yang ia letakan di bagasi mobil. Michella sangat senang, karena ia merasa bagaikan memiliki seseorang yang begitu berharga dalam hidupnya.
"Ben, sini biar aku bantu bawakan."
"Tidak perlu, Mic. Ini pekerjaan yang sangat mudah."
"Baiklah! Kalau begitu, ikuti aku ya." seru Michella antusias.
Ben mengangguk pelan dan memberikan kunci mobilnya kepada seorang vallet yang bertugas di apartemen Michella. Setelah itu, Ben bergegas mengekori Michella di belakangnya.
"Ben, berikan sebagian padaku, aku tidak ingin kau kesusahan membawa barang-barang itu." Gumam Michella khawatir.
"Tidak apa-apa Mic, aku bisa mengatasinya."
Tak lama kemudian pintu lift terbuka, akhirnya mereka tiba di kamar Michella. Michella segera menekan Bel, tak lama kemudian seseorang membukakan pintu. Ben sedikit terkejut ketika mendapati seorang laki-laki yang membuka pintu.
"Hai, Mic! Kau sudah pulang?." Seru Jose.
"Sudah, kau masih di sini. Oh ya kenalkan ini temanku, Ben."
"Hai, Ben. Aku Jose!"
Ben terpaksa memasang senyum. "Senang bertemu denganmu, Jose."
"Siapa yang datang, sayang." Kate muncul secara tiba-tiba di hadapan mereka.
Ben dapat bernafas lega ketika seorang wanita memanggil Jose dengan sebutan sayang, sementara Kate terperangah melihat Ben yang sudah ada di hadapannya.
"Michella, apa aku sedang bermimpi?" tanya Kate gugup.
Michella terperangah. "Apa? Maksudmu bagaimana?"
"Itu.. Itu kan Tuan Ben Stone." Kate terbata-bata.
Michella menghela nafas. "Ya, kau benar Kate. Ini Tuan Ben Stone, mari Ben kita masuk ke dalam." Perintah Michella.
Ben segera masuk ke dalam, sementara Kate masih tidak percaya jika hari ini Ben akan datang ke apartementnya.
Ben meletakkan barang belanjaan Michella, di atas meja. Sementara Kate masih belum percaya jika Ben akan berkunjung ke apartemennya, Michella bergegas membuatkan minuman untuk Ben.
"Silahkan Ben, di minum dulu." ujar Michella antusias.
Ben tersenyum. "Terima kasih, Mic."
Kate merebahkan tubuhnya di samping Michella, sementara Jose duduk di samping Ben. Kate masih terheran-heran melihat Ben.
"Kate Olson?" seru Ben sambil meraih cangkir minumannya dan menyeruput secangkir kopi buatan Michella.
"Ya, saya Kate Olson, Tuan." sahut Kate lirih.
Ben menghela nafas, kemudian meletakkan kembali cangkirnya.
"Kau tidak perlu memanggil ku Tuan, panggil saja Ben. Karena kamu sahabat Michella, saya mau mengucapkan terima kasih padamu, Kate."
"Terima kasih untuk apa?" tanya Kate bingung.
"Karena kamu telah mengirim Michella untuk datang ke kantor saya."
Kate tercengang mendengar pernyataan Ben, ia tidak menyangka jika Ben malah berterima kasih padanya.
"Ah, ya sama-sama Tuan Ben. Ah, maksud ku Ben. Aku juga minta soal pertanyaan itu, aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu. Hingga akhirnya Michella yang terkena dampaknya dari pertanyaan yang aku tulis."
"Tidak apa-apa, itu hal yang wajar. Pertanyaan seperti itu bukan pertama kalinya aku terima, banyak mahasiswa lain yang menanyakan hal yang sama sepertimu. Dan soal Michella, aku memang menyukainya sejak pertama kali bertemu." Gumam Ben dan hal itu membuat Michella dan Kate tercengang mendengarnya.
"Oh my God! Jadi aku benar-benar mengantar sahabatku bertemu dengan jodohnya." Ujar Kate bahagia, sementara Michella hanya membelalakan matanya.
"Kate, kau ini apa-apaan, tidak sopan bicara seperti itu." Protes Michella.
"Yang Kate katakan memanglah benar, Mic. Kau adalah jodoh yang di kirimkan oleh Tuhan, melalui Kate."
Michella tertegun mendengar ucapan Ben, sementara Kate langsung mencairkan suasana dengan cara mengajak mereka untuk merayakan pesta kecil di apartementnya.
"Berhubung Ben sudah ada di sini, bagaimana kalau kita mengadakan perayaan pesta kecil. Anggap saja ini pesta keberhasilan karya ku yang mendapatkan nilai memuaskan dan merayakan pertemuan kalian berdua."
"Ide bagus, Kate. Aku akan memesan makanan." Seru Jose yang langsung pergi dari hadapan mereka.
"Aku akan ikut Jose untuk memesan makanan." Ben langsung beranjak dari duduknya untuk mengejar Jose.
Suasana di dalam apartemen kini telah lirih, hanya tersisa Michella dan juga Kate. Kate membalikkan tubuhnya ke arah Michella. Kemudian memeluk Michella dengan erat, Michella tampak sesak karena Kate menekan tubuhnya begitu keras.
"Kate, apa kau ingin membunuhku? Aku tidak bisa bernafas." Tuding Michella yang berusaha melepaskan pelukan Kate.
"Michella, aku sangat senang karena kau akhirnya menemukan jodohmu." Gumam Kate antusias, kemudian melepaskan pelukannya.
"Kate, kau ini apa-apaan. Belum tentu aku berjodoh dengan Ben."
Kate menghela nafas panjang. "Michella, apa kau tidak merasa barang-barang yang Ben belikan adalah caranya membahagiakanmu?" Kate menunjuk barang belanjaan Michella di atas meja.
"Tapi Ben bilang ini hadiah untuk aku, apa itu termasuk dalam kategori jika Ben adalah jodohku?"
"Tentu saja, untuk apa pria rela membelikan semuanya jika bukan karena menyukaimu? Ayolah Michella, kau ini wanita yang beruntung. Ben adalah pria yang baik, jika kau menikah dengannya. Kehidupanmu akan terjamin, bukankah kau juga memerlukan biaya untuk pengobatan Ibumu?."
Michella termenung, karena apa yang di katakan oleh sahabatnya ada benarnya juga. Yang terpenting adalah nasib Ibu sambungnya, karena Ibu dan Ayah sambungnya sudah sangat baik merawatnya sejak kedua orang tuanya meninggal.
"Astaga! Terima kasih, Kate. Kau sudah mengingatkan aku, tapi kalau dengan cara mengemis belas kasihan seperti itu aku rasa, aku tidak menginginkannya. Aku masih bisa menghasilkan untuk berobat Ibuku."
Kate pasrah mendengar ucapan Michella, padahal ia bisa membaca dari raut wajah Ben jika Ben benar-benar menyukai Michella. Tak lama kemudian Jose dan Ben datang, mereka langsung bergegas meletakkan makanan yang ia beli di atas meja makan. Michella dan Kate begitu terbelalak ketika melihat Ben dan Jose membawa banyak makanan.
"Ini bukanlah pesta kecil-kecilan, tapi ini pesta sungguhan." Gumam Kate.
"Ben untuk apa kau membeli makanan sebanyak ini, kau sangat boros!" seru Michella kesal.
Ben menggerutkan keningnya, ia tidak menyangka jika Michella akan semarah itu padanya.
"Michella, apa kau marah padaku?" tanya Ben lirih sambil menghampiri Michella secara perlahan.
"Michella kau tidak perlu khawatir, Ben, aku dan Kate yang akan menghabiskan semua makan ini." Seru Jose.
Kate membelalak, namun ia hanya menganggukkan kepalanya agar Michella tidak marah dengan Ben. Amarah Michella kini sudah mereda, mereka langsung memulai pestanya. Michella merasa sangat senang, menurutnya Ben tidak hanya baik dengan dirinya. Namun ia juga memperlakukan teman-temannya dengan baik.
1 jam sudah mereka menikmati hidangan yang di beli oleh Ben, sampai-sampai Ben tidak sanggup untuk pulang ke rumahnya. Ben meminta izin pada Kate untuk menginap satu malam di apartemennya. Kate mengiyakan ucapan Ben, sementara Ben langsung beranjak masuk ke dalam salah satu kamar yang mana kamar tersebut adalah milik Michella.