Michella terbelalak ketika melihat Ben yang akan masuk ke dalam kamarnya, ia langsung memprotes Kate yang dengan mudahnya mengijinkan Ben untuk menginap di apartemen mereka.
"Apa-apaan kau ini Kate, bagaimana mungkin Ben tidur di dalam kamar ku." protes Michella.
Kate menghela nafas. "Michella, sudah lah. Lagi pula Ben hanya tinggal satu malam saja di sini, ia juga pastinya tidak terbiasa kan jika harus tidur di sofa. Kau jangan berlebihan seperti itu, lagi pula Ben tidak akan mungkin berbuat macam-macam padamu." ujar Kate yang kembali tertidur di sofa karena mabuk.
Michella merasa geram, karena Kate tidak berada di pihaknya. Michella terpaksa tidur satu kamar dengan Ben, ia masuk ke dalam kamar secara perlahan. Dan di lihat nya Ben sudah tertidur lelap di atas ranjang tidurnya.
Michella mencoba mendekat dan memandangi wajah Ben, ia merasa kasihan dengan Ben. Padahal sudah banyak kebaikan yang Ben berikan padanya, Michella merasa tidak ada salahnya berbuat baik pada Ben untuk pertama kalinya.
"Dia pasti sangat lelah sekali." gumam Michella lirih dan beranjak menuju kamar mandi.
Pikirannya masih tergiang tentang Ben tadi siang. Karena Ben memperlakukan dirinya begitu romantis.
Michella menghela nafas, kemudian mulai merendam tubuhnya di dalam bath tub. Rasanya ia seperti mimpi, di pertemukan dengan seseorang seperti Ben.
1 jam berlalu, Michella menyudahi agenda berendamnya. Ia bergegas keluar dari kamar mandi, di lihatnya Ben sudah terlelap. Michella berjalan dengan hati-hati agar ia tidak mengganggu Ben dalam tidurnya.
Dengan perlahan Michella membuka pintu lemari dan meraih selimut bulu miliknya, sebelum tidur Michella merapatkan selimut di tubuh Ben. Kemudian ia bergegas menuju sofa yang ada di sudut ruangan kamarnya.
Dan mulai memejamkan matanya, Michella pun terlelap. Dan keesokan paginya Michella sedikit terkejut, ketika ia sudah berada satu ranjang dengan Ben. Bahkan posisi Michella kini berada dalam pelukan Ben, Michella bingung sebenarnya apa yang terjadi semalam.
Dengan cepat ia langsung memeriksa pakaiannya di bawah selimut, Michella dapat bernafas lega karena pakaiannya masih utuh melekat pada tubuhnya.
"Aku tidak mungkin macam-macam tanpa seizin kamu, Michella." bisik Ben lirih dan hal itu membuat Michella tersentak kaget dan langsung menjauh dari Ben.
"Ben, kau membuatku terkejut." gerutu Michella.
Ben merenggangkan otot tubuhnya di kasur, kemudian merubah posisinya menjadi duduk.
"Michella, apa kau takut dengan ku?" Ben mencoba mendekati Michella secara perlahan, sementara Michella merasa terperangkap karena ia sudah berada di ujung ranjang.
Tiba-tiba saja tangan Michella terpeleset dari sprei yang ia pegang, hampir saja Michella terjatuh. Namun dengan cepat Ben menangkapnya.
Kini wajah mereka tak berjarak, kedua hidung mereka saling bersentuhan. Michella menjadi salah tingkah, ketika kedua mata Ben memandangnya dengan tajam.
"Michella, aku mencintaimu." seru Ben lirih.
Michella terperanjat, sementara Ben kembali mendekatkan wajahnya semakin dekat. Ben ingin sekali mengecup Michella dan kini bibir itu saling terpaut. Aroma mint menyeruak keluar dari mulut Ben, sementara Michella begitu menikmatinya.
Ben semakin liar mencium Michella, kini tangan kananya mulai menjelajahi bagian gundukan milik Michella. Dengan cepat, Michella langsung menahan tangan Ben. Namun Ben tetap melanjutkan aksinya dan hal itu membuat Michella sedikit menggelinjang karena sentuhan tangan Ben.
"Ben, hentikan! Apa yang kau lakukan padaku." Gumam Michella dengan suara terbata-bata, bibirnya menolak namun tubuhnya terus meminta lebih. Namun Michella tak mungkin mengatakan hal itu, karena ia malu jika harus mengatakannya pada Ben.
Ben mulai melucuti pakaian Michella, sementara Michella sudah begitu pasrah dan berharap lebih Ben mau memberikannya lagi. Ben kembali memainkan akksinya, kini lidah itu mulai menari di atas bulatan kecil dari gundukan tersebut.
Michella makin tak tertahankan, dari bibirnya keluar rintihan manja yang mencerminkan kenikmatan yang sedang ia rasakan. Ben terus membenamkan kepalanya di dada Michella, sementara Michella semakin menikmati permainan Ben.
Tanpa sadar Michella terus menekan kepala Ben semakin dalam di dadanya. Ben mencoba untuk meloloskan diri, karena nafasnya kini mulai terengah-engah.
"Apa kau menyukainya Michella?" tanya Ben menyeringai.
"Ya, tentu saja aku menyukainya. Berikan aku lebih, Ben." ucap Michella yang langsung mengecup bibir Ben dengan lembut.
Michella tersentak kaget, mimpinya buyar. Ia tidak menyangka jika akan bermimpi seperti itu, di sisi lain Michella juga kaget. Karena posisinya saat ini sudah berada di tempat tidur, namun Michella bingung. Di mana Ben berada, karena ia tak mendapati Ben di ranjang tidurnya.