Michella baru saja tiba di apartemennya, ia langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa yang berada di ruang tamu. Tak lama kemudian Kate keluar dari dalam kamar, Kate memandangi Michella dengan tatapan heran.
Tanpa pikir panjang, Kate langsung menghampiri nya dan bertanya pada Michella tentang kencannya malam ini. Kate merebahkan tubuhnya di samping Michella, sambil tersenyum sumringah. Kate langsung melayangkan rentetan pertanyaan pada Michella, karena sejak tadi ia sudah sangat penasaran ingin mengetahui siapa sosok Mr. X sebenarnya.
Michella menghela nafas. "Kate! Apa kau tidak bisa bertanya pelan-pelan? Aku sangat pusing mendengar pertanyaan mu itu." gerutu Michella kesal.
"Astaga! Mic, kenapa kau malah sensitif seperti itu?." seru Kate penasaran. Apa pangeran mu itu telah mengecewakan mu Mic? Katakan padaku Michella." Kate terus memaksa Michella untuk membuka suara.
Michella langsung menceritakan semuanya pada Kate, dan hal itu membuat Michella tersentak kaget mendengarnya. Kate masih tidak menyangka jika tebakannya kali ini benar dan tidak meleset, Kate langsung memeluk Michella dengan erat.
"Michella, apakah kamu serius kalau Tuan X itu adalah Ben Stone?" tanya Kate antusias.
"Iya benar, lalu aku harus bagaimana Kate?"
Kate melepaskan pelukannya. "Tentu saja! Karena ini Ben yang mengejar mu, Mic."
Michella memutar bola matanya, ia masih membayangkan pertemuannya tadi. Saat Ben bertekuk lutut di hadapannya sambil mengucapkan kata maaf.
Michella benar-benar bingung, ia takut jika harus berurusan dengan orang yang paling berpengaruh di London. Sementara Kate terus menyemangati Michella, ia tidak mau sahabatnya ini malah putus asa mengingat perjuangan Michella yang telah membantunya dal wawancara yang ia minta.
"Michella! Apa kau mendengarku?" sergah Kate hingga membuat lamunan Michella buyar.
"Baiklah, aku akan kasih kesempatan untuk Ben. Tadinya aku hanya takut jika Ben mempermasalahkan pertanyaan konyol mu itu Kate." gerutu Michella kesal sambil menghela nafas.
Kate tertawa kecil. "Harusnya kau berterima kasih padaku, Mic! Berkat aku, kau bisa di kejar oleh pangeran setampan Ben Stone."
Michella menatap Kate dengan sinis, rupanya temannya tersebut merasa bagaikan seorang dewa yang telah mengantar dirinya bertemu seorang pangeran tampan. Namun Michella tidak menampik kebenaran itu, karena ia juga mengakui jika hal itu benar adanya.
"Aku akan pergi tidur." seru Michella sambil beranjak dari duduknya.
"Astaga, Mic ini masih jam 9 malam! Sedangkan besok hari minggu, ayolah kita minum bersama sambil menonton film." teriak Kate pada Michella yang mulai beranjak dari hadapannya.
Michella membalikkan tubuhnya ke arah Kate. "Aku sedang tidak mood, Kate. Sebaiknya kau minum sendiri saja." seru Michella yang langsung masuk ke dalam kamarnya.
Sesampainya di dalam kamar, Michella langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya. Ia masih tidak menyangka jika orang yang selama satu minggu ini mengirimkan makan siang dan juga barang-barang unik untuknya adalah Ben Stone.
Ini semua benar-benar di luar dugaannya, karena ia tidak pernah menyangka jika Ben akan melakukan itu padanya.
"Astaga! Kenapa semuanya seperti ini." gumam Michella lirih.
Michella menghela nafas dan langsung mengganti gaun, tak lupa ia menghapus make up yang di kenaikannya. Setelah semuanya selesai, Michella kembali merebahkan tubuhnya. Malam ini ia memutuskan tidak memakai skin care rutinnya tiap malam.
Dia mulai memejamkan matanya dan tak lama kemudian langsung menyelami ke alam mimpi. Dan sialnya, di dalam mimpi pun Michella masih bertemu dengan Ben.
***
"Michella, tunggu aku! Michella." teriak Ben dengan sekuat tenaga nya, pria itu masih terus mengejar Michella yang berlari semakin cepat.
Sementara Michella, masih terus berlari agar terlepas dari Ben. Namun na'as kakinya tersandung batu, dan hal itu membuat Michella terpelanting ke tanah.
"Awww..." teriak Michella.
Ben bergegas menghampiri nya dan membantu Michella berdiri. Namun kakinya terluka, yang membuat Michella terpaksa di papah.
"Mic, kau tidak apa-apa?" tanya Ben khawatir sambil memeriksa luka di kaki Michella.
"Singkirkan tanganmu dari kaki ku, Ben!" tegas Michella pada Ben.
"Michella, tolong dengarkan aku. Aku mohon jangan tinggalkan aku, bagaimana bisa aku menjalani hari-hariku tanpamu?"
Michella mendengus pelan. "Omong kosong, kau sudah menghianati ku. Aku tidak mau bersanding dengan pria penghianat sepertimu." tegas Michella sambil memberontak.
Mimpi Michella buyar, ia langsung terbangun dari tidurnya. Nafasnya begitu terengah-engah, mengingat mimpinya yang sangat aneh menurutnya.
Ia langsung meraih tissue yang di letakkan di meja samping ranjang tidurnya, kemudian menyeka peluh nya yang mengalir di sekitar wajah dan juga lehernya.
Setelah di rasa tenang, Michella beranjak dari ranjang tidurnya untuk mengambil air minum. Karena tenggorokannya terasa sangat kering, Michella terperanjat ketika melihat Kate sedang bersama kekasihnya.
Mereka berdua sedang asik memadu kasih di ruang tengah, Michella menghela nafas dan langsung keluar dari kamarnya dan melewati Kate.
"Mic, kau sudah bangun?" tanya Kate salah tingkah, padahal ini bukan pertama kalinya Kate melakukan hal ini.
"Tidak! Aku ke bangun, karena mimpi buruk. Maaf jika aku menggangu waktu kalian, aku datang hanya ingin mengambil air minum." seru Michella sambil menggoyangkan botol minum yang ada di genggamannya.
"Tidak masalah, Mic. Maaf jika suara erangan Kate membuatmu terganggu." Jose tertawa terbahak-bahak. Sementara Kate mendengus pelan mendengar ucapan kekasihnya.
Michella tertawa kecil, ia langsung kembali ke kamarnya. Kemudian membuka tutup botol minuman yang baru saja ia bawa. Tenggorokannya kini terasa lebih segar, Michella meletakkan botol tersebut di atas meja.
Ia kembali merebahkan tubuhnya, Michella masih bingung mengapa ia bisa bermimpi seperti itu. Padahal ia sama sekali tidak sedang memikirkan Ben, baginya itu serasa tidak adil karena Michella tidak mengharapkan Ben masuk ke dalam mimpinya.
"Mimpi yang aneh, bersama orang aneh. Kenapa sih aku harus mengalami ini semua." gumam Michella lirih.
Tak lama kemudian, ponselnya berdering. Michella langsung meraihnya dan melihat notifikasi pesan yang di kirim oleh nomor yang tidak di kenal. Ia tampak penasaran, siapa yang mengirim pesan singkat padanya malam-malam seperti ini.
"Jika kau baru saja mimpi buruk, cobalah untuk tarik nafas sejenak. Dan biarkan tubuhmu rileks, setelah itu berulah kau pejamkan mata untuk melanjutkan tidur. Oh ya, ini nomor ponsel ku. Semoga kau berkenan untuk menyimpannya, Ben Stone."
Michella mengerutkan keningnya, bagaimana bisa Ben tau nomor teleponnya. Padahal ia tidak pernah memberikan nomor telepon miliknya pada Ben. Michella menghela nafas, dan langsung membalas pesan dari Ben.
"Ben! Dari mana kau tahu nomor telepon ku? Dan bagaimana kamu tau jika aku baru saja mimpi buruk? Apa kau menempelkan kamera tersembunyi di dalam tubuhku? Sehingga kau tau jika aku baru saja mimpi buruk?..."
Michella kembali meletakkan ponselnya di atas meja, setelah itu mengikuti saran yang di berikan oleh Ben. Michella langsung menghela nafas panjang dan membuat tubuhnya rileks, setelah itu Michella langsung mencoba untuk memejamkan matanya.
Tak lama kemudian, Michella kembali terlelap. Bahkan suara erangan Kate yang sedang bercinta di ruang tengah, sama sekali tak mengganggu tidurnya.