Chereads / Esostrefis Gynaíka / Chapter 14 - Hangout

Chapter 14 - Hangout

Pukul 17.30 wib Lena tiba di rumah, dia masuk ke dalam kamar dan menaruh tasnya di lantai. Suasana rumah sore itu begitu sepi, namun dia tidak peduli karena sebentar lagi Evan akan datang menemuinya.

Lena membuka lemari pakaian lalu memilih-milih baju yang akan dipakai ketika bertemu Evan nanti. Dia mengambil dress merah selutut dengan motif bunga, setelah itu dia bergegas menuju kamar mandi yang berada di sebelah ruang kerja papinya di lantai 2.

Lena meraih handuk di jemuran besi lalu masuk ke dalam kamar mandi, sebelum membasuh wajahnya dia mematut diri di depan cermin yang terletak di atas wastafel berwarna putih.

"Van, sore ini kita ketemu lagi. Semoga lo suka sama penampilan gua ya," gumam Lena, dia merasa ingin melayang saat itu juga.

🌷🌷🌷

Dua puluh lima menit kemudian, Lena keluar dari kamar mandi. Dia meletakkan handuknya di jemuran besi lalu melangkahkan kakinya ke kamar. Saat itu sudah pukul 18.35 wib, tetapi Evan masih belum datang.

Di kamar, Lena mengambil ponselnya dan mengecek apa ada sms atau telepon masuk dari Evan. Rupanya ada beberapa misscall dari Evan sekitar pukul 18.30 tadi.

Dia segera menelepon Evan hendak menanyakan kenapa tadi misscall berkali-kali.

Tuut ... tuut ... tuut,  klik.

"Haloo, Len. Lo kemana aja? Tadi gua telepon berkali-kali kok gak diangkat?" tanya Evan.

"Halo, Van. Barusan gua lagi mandi, lo di mana? Gua mau siap-siap dulu," jawab Lena.

"Gua udah di Jalan Samudra, nih. Ya udah lo siap-siap aja dulu, nanti gua telepon lagi ok," balas Evan.

"Iya, see you." Lena senyum-senyum sendiri.

Klik ... Evan menutup teleponnya.

Duh, dia udah mau sampe. Kira-kira mau ngajak gua kemana? Apa cuma pinjem novel terus langsung pulang?

Lena segera menyisir rambutnya yang lurus melewati bahu, mengenakan flawless make-up agar terlihat feminim di hadapan Evan. Meski mereka baru tiga kali bertemu  namun tidak ada salahnya menarik perhatian Evan dengan penampilan yang berbeda dari waktu itu.

Setiap laki-laki pasti akan senang jika melihat teman perempuannya bersih, rapi, wangi dan cantik bukan?

Tak lama setelah berdandan dan berganti pakaian, ponsel Lena tiba-tiba berbunyi. Dia segera mengambil hpnya yang diletakkan di atas meja tadi  lalu menjawab panggilan Evan.

"Len, gua udah di depan rumah lo."

"Tunggu bentar, ya. Gua turun dulu."

"Iya, Len."

Lena menutup teleponnya, kemudian keluar dari kamar dan turun ke lantai 1. Dia bergegas membukakan pintu untuk Evan yang sedang berdiri di samping sedannya.

"Hai, Van. Ayo masuk."

Evan pun masuk ke dalam rumah, kemudian duduk di sofa di ruang tamu yang cukup luas dan nyaman. Lena menutup pintu lalu duduk di hadapan Evan.

"Gimana, jadi gak pinjem novelnya?" tanya Lena tanpa berbasa-basi.

"Jadi, kok. Ada buku apa aja? Lo udah makan belum?" Evan balik bertanya.

"Belum ... gua belum lapar, Van. Sebetulnya tadi siang kak Ivana ngajak makan malam di luar sama mami dan papi."

"Lho, kenapa gak ikut sama mereka? Apa karena gua mau datang jadi gak ikut makan di luar? Sorry, ya." Evan terus-menerus bicara.

"Ah, bukan karena elo mau dateng kok. Gua ambil dulu bukunya, lo mau minum apa?" Lena merasa grogi.

"Gak usah repot-repot. Nanti habis ini gua mau ngajak lo ke mall, kita nonton yuk. Mau?" ajak Evan.

"Bo-boleh, tapi ... apa gak terlalu malam nih? Lo mau nonton apa, jam berapa? Ini aja udah hampir jam 7." Lena semakin salah tingkah di hadapan Evan, wajahnya memerah.

"Ya udah kalau gak keburu nonton juga gak apa-apa, makan malam aja di sana," ujar Evan.

"Iya, Van." Terserah lo aja."

Lena pun beranjak meninggalkan Evan di ruang tamu yang sedari tadi memperhatikan gerak-geriknya sehingga dia menjadi salah tingkah. Dia masuk ke kamar lalu mengambil beberapa komik, novel dan buku-buku lainnya untuk diberikan pada Evan.

Lena memasukkan buku-buku tersebut ke dalam plastik hitam dan mengambil tas selempang berwarna pink yang tergantung di pintu kamarnya. Setelah siap, dia kembali ke ruang tamu melewati ruang tengah menemui Evan.

"Van, ini bukunya. Bawa aja semua, siapa tahu adik lo suka." Lena menyodorkan bungkusan plastik hitam itu kepada Evan.

"Makasih, ya. Kebetulan adik gua suka banget baca novel, kalo gua sukanya baca komik sama buku rohani," jelas Evan tersenyum.

"Yuk, berangkat sekarang. Kita ke Orchid Plaza ya, kemaran sabtu gua liat banyak film yang baru dan bagus di sana," balas Lena mantap.

"Boleh juga, tuh. Gua udah lama gak ke sana, by the way penampilan lo nice  banget malam ini." Evan beranjak dari sofa lalu meraih tangan Lena.

"Thanks buat pujiannya." Lena tersipu malu, jantungnya berdebar-debar.

Mereka berdua kemudian pergi ke Orchid Plaza, mall yang dikunjungi Lena serta Rika hari sabtu kemarin.

Malam itu adalah malam yang sangat indah dan menyenangkan bagi Lena karena Evan mengajaknya ke mall. Dia semakin yakin untuk menyatakan perasaan yang selama ini dipendamnya kepada Evan.

Evan menggandeng tangan Lena dengan hangat, mereka sudah seperti sepasang kekasih. Di dalam hatinya Evan berharap supaya rencananya kali ini berhasil, dia akan membuka hati untuk Lena.

Evan ingin mencoba memulai hubungan yang baru dan serius dengan Lena. Mereka berdua mempunyai tujuan yang sama, yaitu hendak mengungkapkan isi hatinya masing-masing.

Beautiful night with Evan Adrian.

~~~~~