Apartemen Casanova. Pukul 22.00 Malam. Jakarta Utara.
Hujan baru saja turun dengan deras diluar sana. Alhamdulillah untungnya saja aku tiba diapartmen bersama Afrah sebelum hujan tiba beberapa jam yang lalu.
Aku mengecek jam di pergelangan tanganku. Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 malam. Saat ini aku berada diruang kerjaku dengan pikiranku yang sedang kalut.
Beberapa menit yang lalu asisten pribadi yang bekerja denganku di kantor mengabarkan bahwa perusahaan penyiaran milikku sedang tertimpa masalah.
Aku mencari tahu. Rupanya penyebabnya adalah salah satu bagian penyunting video dalam sebuah film action yang sedang tayang disiang hari itu tidak memotong adegan kekerasannya.
Aku tidak habis pikir. Sebenarnya apa yang dia lakukan saat bekerja sampai-sampai dia lupa melakukannya? Masalah semakin rumit karena bisa berdampak pada para investor yang ada.
Dengan fokus aku menghubungi bagian manajer penyunting film distudio. Aku tidak perduli sekalipun ini bukan jam kerja. Lalu aku mendengar suara pintu terbuka. Tanpa menoleh pun aku tahu siapa yang datang memasuki ruang kerjaku.
Aroma wangi yang begitu soft begitu terasa dipenciumanku. Aku berusaha untuk fokus. Aku berusaha untuk menghubungi manajer itu yang tidak menerima panggilanku sejak tadi. Ya Allah, bikin kesal saja dia.
"Mas.."
Aku tertegun. Tiba-tiba Afrah memeluk tubuhku dari belakang. Dan lagi, pesona Afrah begitu kuat dengan aroma tubuhnya yang begitu wangi.
Tanpa diduga telapak tangan Afrah menyentuh lembut bagian dada bidangku. Aku mulai gugup.
"Ya?"
"Sudah malam." bisik Afrah ditelingaku. "Tidak tidur?"
"Em, kamu duluan saja." Aku berusaha untuk mengabaikannya. Akupun berjalan kearah kursi kerjaku dan duduk. Aku memilih membuka laptopku agar terlihat sok sibuk.
"Afrah tidak bisa tidur kalau Mas tidak tidur."
"Maafkan aku Afrah. Aku sibuk. Perusahaanku sedang mengalami masalah. Nanti aku akan menyusulmu dikamar."
Tidak ada respon apapun dari Afrah. Hanya keheningan yang terjadi diantara kami. Laptop pun sudah menyala dengan baik. Aku mulai mengetikkan sandi sebagai akses membuka layar laptoku. Namun ketikan jari-jariku yang ada diatas keyboard terhenti. Dan lagi, Afrah memelukku dari belakang. Dia memeluk leherku.
"Perlu dibuatkan teh hangat?" bisik Afrah dengan suaranya yang pelan ditelingaku.
"Ah atau secangkir coklat panas?"
Aku berusaha untuk fokus. Telapak tangan Afrah sudah kemana-mana dan kini menyentuh lenganku sambil mengusapnya.
Jujur saja. Aku tidak fokus. Ya Allah.. istriku ini benar-benar pandai dalam menggoda diriku.
"Mas?"
"Ha?"
"Kok diam?"
Aku berdeham. "Em ya. Buatkan saja."
"Teh atau coklat?"
"Aku mau susu."
"Susu ya?"
Aku kembali syok. Afrah mencium pipiku dengan kecupan lembutnya.
"Susu apa Mas?"
Dalam hati aku merasa miris. Bodohnya aku kenapa ucapannku terdengar ambigu?
Inginku benturkan saja kepalaku diatas meja saat ini juga. Lalu aku berusaha untuk sabar. Aku beristighfar dalam hati.
Akhirnya aku mengalah. Aku berdiri dan mencium keningnya. "Buatkan saja Teh." ucapku padanya lalu kembali menatap kelain.
Aku tidak mau menatap lama-lama kearahnya yang begitu cantik malam ini dengan pakaian tidurnya yang tipis.
Afrah tersenyum. Ya Allah kenapa Allah menciptakan dia begitu cantik sih? Imanku tergoda untuk menyentuhnya saat ini juga. Ah tapi tidak. Dia Reva. Bukan Afrah.
"Iya Mas. Afrah buatin."
Dan Afrah melenggang pergi. Setelah suara pintu tertutup. Aku terduduk kembali dikursi kerjaku sambil memegang degup jantungku yang berdebar kencang.
Bayangan sosok Afrah yang begitu memikat kembali terbayang. Aku mengibas-ngibaskan kaosku.
"Kenapa tiba-tiba hawanya panas sekali?"
🥀🥀🥀🥀
D'Media Corp. Pukul 08.00 pagi. Jakarta Utara.
Aku bersedekap sambil menatap lurus kearah Rezki. Kebetulan dia adalah asisten pribadiku yang baru dikantor dan menggantikan sosok almarhum ayah Faisal yang dulunya bekerja denganku.
"Kalau begini caranya investor akan pergi meninggalkan kita Pak dan kita akan mengalami kerugian besar." ucap Rezki dengan serius
"Kemana bagian manajer itu? Sejak kemarin aku menghubunginya tapi dia tidak meresponku." ucapku kesal.
"Begini Pak. Beliau memang tidak bisa dihubungkan karena sedang sakit."
"Sakit?"
"Iya Pak."
Aku hanya berusaha menahan sabar. Ini namanya kelalaian dalam bekerja. Seharusnya dia bisa memantau kinerja penyuting video agar tayangan-tayangan tindak kekerasan itu tidak terjadi.
Terhitung sejak kejadian kemarin malam membuat semuanya menjadi kacau. Pihak KPI sudah melakukan tindakan teguran keras pada stasiun siaran milikku.
Tak hanya itu, beberapa diantaranya para pengiklan satu per satu menarik investasinya pada perusahaanku. Bahkan masyarakat pun merasa was-was dengan anak-anak dibawah umur dengan tontonan Action adegan penuh kekerasan yang ditayangkan disiang hati.
Astaghfirullah, kenapa juga mereka menanyakannya di siang hari?
"Buat janji temu padanya besok. Tapi kalau kondisinya membaik, saya mau ketemu hari ini juga."
"Oke Pak. Saya akan atur dengan baik. Permisi. Asalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Rezki sudah pergi meninggalkanku dengan kesendirian. Aku merasa ikatan dasiku begitu sesak dileher. Akhirnya aku sedikit melonggarkannya dan menggulung kemeja lengan panjangku hingga kesiku.
Aku beralih duduk dikursi kerjaku. Aku memejamkan kedua mataku. Bayangan Afrah yang sangat cantik tanpa sadar membuatku tersenyum tipis. Ntah kenapa tiba-tiba aku merindukannya.
Aku mengecek jam dipergelangan tanganku. Waktu jam istirahat tiba. Tanpa membuang waktu lagi aku menghubungi Afrah. Tidak membutuhkan waktu yang lama akhirnya panggilan tersambung.
"Halo Asalamualaikum?"
Aku tersenyum tipis. Suaranya mengalun indah di telingaku.
"Wa'alaikumussalam. Sayang kamu lagi apa?"
"Em, Afrah lagi berkeringat."
Aku mengerutkan dahiku. "Berkeringat? Maksud kamu?"
"Afrah lagi olahraga di treadmill Mas. Supaya sehat. Eh sebentar Mas. Jangan tutup dulu. Tiba-tiba hawanya kok panas ya? Afrah mau ganti baju dulu. Kalau Mas mau pulang makan siang kebetulan Afrah ada dikamar nih."
Aku terdiam mendengar perkataannya barusan. Hanya dua kata yang sukses membuatku kehilangan fokus lagi.
Berkeringat.
Ganti baju.
Tanpa banyak kata aku mematikan panggilan ini karena tiba-tiba bayangan Afrah yang tanpa pakaian membayang di otakku. Aku menyenderkan punggungku di kursi kerjaku sambil memijit keningku yang terasa pening.
Sepertinya lebih baik malam ini aku menginap saja diruang kantorku sambil lembur.
Ya. Itu lebih baik.
🥀🥀🥀🥀
🤣🤣🤣🤣🤣
Ada pesan buat Fikri?
😂
Makasih sudah baca.
Maksih sudah sabar menunggu Update.
Sehat selalu buat kalian.
With Love 💋
LiaRezaVahlefi
lia_rezaa_vahlefii