Chereads / Ratapan Istri / Chapter 13 - Ancaman

Chapter 13 - Ancaman

Agus menggerakkan kepalanya ke arah nyonya Andine. Udin mengerti maksud dari isyarat tersebut.

Mereka melihat ke arah nyonya Andine yang masih berdiri terpaku dan tak bergerak.

Lantas dengan berani Agus dan Udin menghampiri nyonya Andine.

"Nyonya, sebaiknya nyonya tunggu boss Deny sambil duduk di kursi saja, Nyonya," ucap Udin.

"Iya, Nyonya. Nyonya kan capek baru saja pulang," sambung Agus.

Sepasang mata milik nyonya Andine menatap dengan tajam wajah Agus dan Udin secara bergantian.

"Diam, kalian. Kalian tidak berguna, tidak becus mengatasi masalah yang ada di rumah. Memang benar boss kalian itu anak saya, tapi bukan berarti kalian bisa merendahkan saya," ucap nyonya Andine.

"Ma-maksud, Nyonya apa?" tanya Agus dengan bingung, begitu juga dengan Udin yang tidak tau arah pembicaraan nyonya Andine.

"Siapa yang merendahkan Nyonya? Kami sangat menghormati Nyonya," sambung Udin.

"Kalian berdua, kalian selama ini saya percaya bisa menjaga anak saya selama saya pergi. Tapi nyatanya kalian selama saya pergi selalu melaporkan berita tentang Deny dengan berita kebohongan. Kalian berdua, selalu saja mengarang cerita dan mengatakan semuanya baik-baik saja. Tapi nyatanya apa? Kalau saja saya tidak pulang hari ini dan saya menelepon kalian, pasti kalian juga akan mengatakan keadaan di rumah baik-baik saja. Iya kan? Secara tidak langsung, kalian telah merendahkan saya. Kalian menganggap saya sebagai orang lain dan tidak penting!" ujar nyonya Andine sedikit meradang.

"Ta-tapi, Nyonya. Semua ini karena ...."

Belum sempat Udin mengatakan apa yang ingin dia sampaikan, buru-buru sudah terpotong oleh ucapan nyonya Andine lagi.

"Stop! Saya sudah tau apa yang mau kalian bicarakan, pasti kalian hanya akan memberikan alasan bahwa semua ini atas perintah anak saya, begitu kan? Boleh saja kalian melakukannya, tapi kalian punya otak kan? Bisa bedain mana yang harusnya di patuhi dan tidak. Ingat ya, meskipun saya ini bukan boss kamu ... Tapi saya bisa buat kalian tidak lagi bekerja sama anak saya. Kalian akan tau akibatnya nanti jika kalian menatang saya," gertak nyonya Andine.

Mendengar kata-kata dari nyonya Andine yang bernadakan ancaman, buru-buru Agus dan Udin salaing berpandangan. Hidup mereka pasti akan kembali menjadi gelandangan di jalanan. Karena mereka sebelum menjadi anak buah Deny, mereka hanyalah preman jalanan yang selalu menjadi sampah masyarakat dan hidup tanpa penghasilan tetap.

FLASHBACK ON

Pertemuan Udin dan Agus dengan Deny memang tanpa sengaja. Kala itu malam hari, Udin dan Agus sangat lapar. Seharian penuh mereka tidak mendapatkan uang hasil palakan.

Akhirnya mereka memiliki ide untuk pura-pura menabrakkan diri di jalan, lalu meminta uang ganti rugi.

Celakanya malam itu mereka menghadang mobil Deny yang baru saja pulang dari diskotik lewat tengah malam.

Tentu saja setelah melihat dari kejauhan mobil mewah, buru-buru mereka bersiap.

"Pokoknya kita harus dapat uang banyak," ucap Agus. Udin mengangguk.

"Mobilnya semakin mendekat, kamu bersiaplah," ujar Agus lagi.

Ciiit ...

"Aduh!" teriak Udin yang pura-pura tertabrak.

Deny yang berada di dalam mobil merasa panik, dia masih teringat bagaimana dia pernah menabrak seseorang dulu yang ternyata adalah suami Dini.

Deny buru-buru keluar.

"Mas, Mas gak papa?" tanya Deny mencoba membantu Udin yang sudah tergeletak di jalan.

Agus tiba-tiba datang dari arah lain.

"Woy! Kamu apakan temen saya?" seru Agus.

"Sorry, tapi saya yakin temen Anda ini tadi tidak tersenggol mobil sa ...."

"Halah, pokoknya saya gak mau tau. Dia jelas-jelas jatuh berarti kamu telah menabraknya. Saya minta ganti rugi, 5 juta," pinta Agus.

"Ap-apa? 5 juta?" ulang Deny. Bagi Deny, sebenarnya bukan masalah uang 5 juta tapi masalah dengan kejadian ini yang menurut Deny sangat tidak wajar.

"Enggak. Saya tidak menabrak teman Anda," kata Deny sambil melihat kembali keadaan Udin yang tampak pura-pura kesakitan di samping Deny.

"Ini buktinya teman saya kesakitan, mau bukti apa lagi?" sergah Agus.

"Pokoknya saya tidak akan keluarkan uang sepeserpun untuk teman Anda, kalau mau ... saya akan antarkan kalian ke rumah sakit dan akan saya bayarkan semua biayanya," sahut Deny.

"Tidak perlu!" tegas Agus. Mereka sudah merasa target tidak mau memenuhi permintaannya, akhirnya Agus memberikan kode pada Udin untuk mengajar Deny.

Dengan sigap, Deny langsung bisa membaca pergerakan Agus dan Udin.

Hanya dengan sekali pukulan dan tendangan, mereka terkapar.

"Awas saja jika kalian melakukan hal ini lagi pada saya atau pada orang lain, kalian akan berhadapan dengan saya," ucap Deny.

"Ampun, kami tidak akan mengulanginya lagi. Kami terpaksa melakukannya karena kami sangat lapar dan kami tidak memiliki pekerjaan," sahut Udin.

Deny berfikir sentar. Dirinya sebelum ke diskotik telah dimasakkan banyak makanan oleh pembantunya karena nyonya Andine selalu pergi ke luar kota dalam urusan pekerjaannya maka Deny sangat enggan makan di rumah.

"Berdiri, kalian," perintah Deny.

Setelah Agus dan Udin berdiri, Deny pun meneliti penampilan kedua laki-laki yang ada di hadapannya itu.

Wajah mereka menunduk.

"Kalian berdua masuk mobil sekarang," lanjut Deny.

Deny berjalan mendahului masuk ke dalam mobil. Agus dan Udin tidak tau apa yang hendak Deny lakukan pada mereka, namun karena tidak ingin mendapatkan kepalan tinjuan dari Deny lagi, akhirnya mereka ikut juga masuk ke dalam mobil.

"Kita mau dibawa kemana? Kami jangan dibawa ke kantor polisi ya," pinta Agus saat keduanya sudah masuk ke dalam mobil.

Deny menarik salah satu sudut bibirnya dan membentuk sebuah senyuman tipis.

"Kalian tenang saja, kalian akan saya ajak ke rumah. Katanya kalian lapar, di sana kau bisa makan sepuasnya," sahut Deny.

Mendengar jawaban dari Deny, mereka merasa tidak percaya. Setelah kejadian itu, Agus dan Udin bekerja pada Deny.

FLASHBACK OFF

"Tapi, Nyonya ...."

"Tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi karena saya yakin, kalian juga tidak mau mengatakannya sekarang."

Nyonya Andine berjalan menuju kursi, lantas dia duduk.

Agus dan Udin hanya bisa menghela nafas. Mereka tau, Deny memang begajulan tapi sebenarnya Deny memiliki hati yang baik.

Mereka juga merasa serba salah, dimana mereka harus berpihak. Sungguh sulit dan membingungkan.

"Gimana nasib kita selanjutnya?" bisik Udin.

"Aku jua tidak tau, kita jalani saja dulu. Semuanya kita serahkan pada boss Deny," sahut Agus.

Mereka berdua berdiri dengan cemas, sedangkan nyonya Andine merasa penasaran kenapa Deny bisa berhubungan dengan wanita beristri.

Siapa Dini?

Dimana rumahnya?

Siapa suaminya?

Apa hubungan Deny dan Dini?

Pertanyaan itu yang muncul memenuhi kepala nyonya Andine, yang membuat kepala nyonya Andine merasa sedikit pusing.

Nyonya Andine merasa belum siap menerima jawaban yang bakalan Deny berikan, pasti buruk. Apalagi setelah melihat isi kamar Deny tadi.