Chereads / (Not) A Perfect Marriage / Chapter 14 - Persiapan Pernikahan Part 1

Chapter 14 - Persiapan Pernikahan Part 1

Keesokan harinya, jam menunjukkan pukul 9 pagi. Banyak pembeli bedatangan ke butik Ga Adis sehingga Jingga, Adisty serta kedua karyawan sangat sibuk melayani pembeli di butik mereka. Karena terlalu sibuk melayani pembeli, hingga membuat Jingga dan Adisty tidak menyadari jika seseorang lelaki masuk ke dalam butik mereka.

"Jingga aku sangat bahagia karena hari ini sangat banyak yang mengunjungi butik kita," ucap Adisty bahagia.

"Tentu saja. aku juga sangat bahagia Adisty, kerja keras kita selama ini bisa menghasilkan butik yang sangat ramai seperti ini," ucap Jingga.

"Bu Jingga dan Bu Adisty, apakah stok baju ini masih ada yang ukuran L?" tanya Dewi yang menghampiri Jingga dan Adisty.

"Ada, kalau tidak salah ada di atas sana. Coba kamu ke atas, disana ada sebagian stok yang belum diturunkan," ucap Jingga.

"Baiklah Bu Jingga," ucap Dewi yang langsung berlalu menaiki lantai 2 butik mereka.

"Bu Jingga, ini ada baju nya ada lecet sedikit tapi tidak ada stok lagi yang ukuran dan warna yang sama," ucap Santi.

"Coba tawarkan warna lain atau model lain kalau masih gak mau kasih diskon 20%," ucap Jingga.

"Jingga, kamu yakin?" tanya Adisty.

"Adisty, dari pada gak laku mending di jual diskon kan? Yang penting modalnya balik," ucap Jingga.

"Yauda, Santi ikuti yang Jingga katakan," ucap Adisty.

"Baik Bu Adisty," ucap Santi yang berlalu.

Sementara itu seorang laki-laki yang masuk ke dalam butik mereka tengah melihat ke kiri dan ke kanan mencari orang yang ingin di temui olehnya.

"Nona Jingga Athalia," teriak seseorang yang berhasil membuat seisi butik terdiam dan menoleh ke arah sumber teriakan tersebut.

'Ya Tuhan itu kan Sekretaris Niko, mau apa dia datang kesini?' batin Jingga saat berhasil menemukan sumber teriakan yang memanggil namanya.

Adisty pun langsung menoleh ke arah Jingga yang kebetulan berada tepat di samping dari tempat Jingga berdiri.

"Adisty, tolong urus semuanya aku akan kembali nanti," bisik Jingga.

"Baiklah," jawab Adisty.

Jingga langsung berjalan menemui Sekretaris Niko yang berdiri di dekat pintu masuk.

"Sekretaris Niko, ada apa?" tanya Jingga.

"Saya di perintahkan Nyonya Diva untuk membawa anda, Nona," ucap Sekretaris Niko.

"Mau kemana?" tanya Jingga.

"Nanti juga anda akan tahu Nona, sekarang bersiaplah karena kita akan segera pergi," ucap Sekretaris Niko.

"Sekarang?" tanya Jingga.

"Anda mau kapan Nona? Bersiaplah jika tidak ingin melihat Nyonya Diva menunggu," ucap tegas Sekretaris Niko.

"Ah, baiklah Sekretaris Niko saya ambil tas saya dulu di atas," ucap Jingga yang langsung berlalu meninggalkan Sekretaris Niko.

'Ya ampun memang ya keluarga mereka suka sekali acara dadakan,' ucap Jingga sambil menaiki anak tangga.

Sesampainya di atas Jingga langsung mengambil tasnya dan langsung turun ke bawah. Jingga langsung menghampiri Adisty yang tengah sibuk dengan pembeli.

"Adisty," Panggil Jingga.

"Jingga, mau kemana? Kenapa kamu membawa tas?" tanya Adisty.

"Sekretaris Niko mengajak aku pergi bertemu Nyonya Diva, gak apa-apa kan kalau aku tinggal?" tanya Jingga.

"Gimana yah? Sebenarnya aku gak ngizinin kamu pergi karena disini lagi banyak banget pembeli dan kami pastinya bakalan kewalahan, tapi karena berhubungan dengan Nyonya Diva jadi aku izinin," ucap kecewa Adisty.

"Adisty maafkan aku, aku janji akan mencari pegawai baru untuk butik kita," ucap Jingga.

"Engga usah Jingga, nanti kita bayarnya gimana? Sekarang memang sedang ramai kita bisa membayar mereka, tapi kalau butik lagi sepi bagaimana Jingga?" tanya Adisty.

"Aku akan pikirkan semuanya, aku takut jika akan sering seperti ini Adisty, kamu tahu sendiri keluarga Keane bagaimana kan?" ucap Jingga setengah berbisik agar pembeli tidak mendengar.

"Ya sudah aku ikuti saja apa yang kamu mau," ucap Adisty yang selalu menuruti perkataan sahabatnya.

"Baiklah aku pergi dulu," ucap Jingga yang langsung meninggalkan Adisty.

Jingga langsung menghampiri Sekretaris Niko yang sedari tadi melihat Jingga dan Adisty sedang berbicara.

"Maaf sudah menunggu lama Sekretaris Niko," ucap Jingga.

"Minta maaflah kepada Nyonya Diva," ucap Sekretaris Niko yang langsung berlalu.

'Apaan sih bawa-bawa Nyonya Diva, Nyonya Diva pastinya memaklumi pekerjaan aku,' batin Jingga.

Jingga pun langsung mengikuti Sekretaris Niko dan langsung masuk ke dalam mobil yang pintunya sudah di buka oleh Sekretaris Niko. Jingga duduk di kursi belakang mobil Sekretaris Niko.

2 jam berlalu kini kami telah sampai di salah satu mall yang sangat mahal dan terkenal.

'Ya Tuhan, ini mall barang-barang ternama, apakah aku akan masuk ke dalam?' batin Jingga yang langsung melihat pakaiannya.

Kini Jingga menghela nafas.

'Jingga ini baru awalan, tapi diri ini sudah merasa tidak pantas,' batin Jingga lagi.

"Nona mau sampai kapan anda duduk manis di mobil saya?" ucap Sekretaris Niko yang sudah berada di luar mobil dengan membuka pintu mobil di sebelah Jingga.

"Iya," ucap Jingga yang tersadar dari lamunannya.

Jingga langsung keluar dari mobil dan menatap sekelilingnya kemudian menatap pakaiannya.

'Parkirannya saja sudah seperti ini, bagaimana dalamnya?' batin Jingga.

"Sekretaris Niko tunggu!" ucap Jingga saat melihat Sekretaris Niko hendak berjalan.

"Apakah saya tidak apa-apa jika masuk ke dalam? Saya hanya memakai pakaian sederhana dari merek tidak terkenal, rasanya sangat malu jika harus masuk ke dalam," ucap Jingga.

"Tidak perlu khawatir, anda bersama Nyonya Diva jadi semuanya aman," ucap Sekretaris Niko.

"Baiklah," ucap Jingga yang memberanikan dirinya melangkahkan kakinya.

Jingga dan Sekretaris Niko berjalan hingga sampai di sebuah tempat gaun pernikahan yang harganya sangat mahal.

"Jingga, akhirnya kamu datang," ucap Nyonya Diva saat melihat Jingga menghampirinya.

"Apakah kamu tidak di ajarkan tepat waktu? Kamu pikir kamu siapa beraninya membuat kami menunggu!" kesal Arseno.

"Maaf Tuan Arseno," ucap Jingga.

"Arseno jaga bicara kamu yah!" ucap Nyonya Diva.

"Tuan David, Tuan Arseno dan Nyonya Diva maafkan keterlambatan kami karena di jalan sangat macet," ucap Sekretaris Niko.

'Wahh hebat sekali dia, menyelamatkan diriku, padahal akulah yang membuat perjalanan kesini begitu lama,' batin Jingga.

"Sudahlah, ayo kita langsung cobain baju untuk baju pernikahan mereka," ucap Tuan David.

"Nona Yuriza tidak kesini, Nyonya?" tanya Jingga yang tidak melihat sosok Nona Yuriza.

"Yuri sedang banyak tugas di sekolahnya, jadi gak bisa ikut kesini," ucap Nyonya Diva.

"Nah itu Desainer nya," ucap Nyonya Diva.

'Wah, itu Desainernya yah,' batin Jingga sedikit tertawa melihat jalannya.

Arseno pun langsung melirik Jingga dan menatap tajam ke arah Jingga. Jingga pun langsung terdiam.

"Halo Tuan Zen, ini calon menantu saya, Jingga namanya. Jingga dan Arseno akan segera menikah jadi tolong carikan baju mewah dan spesial untuk Jingga dan anak saya," ucap Nyonya Diva.

"Cantik sekali, hanya saja tubuhnya sedikit kurang berisi, kamu makan yang banyak yah biar agak membesar sedikit. Oke, baiklah saya akan mengukur tubuh anda dan nanti saya carikan baju untuk anda yah," ucap Tuan Zen.

'Apa ini dia menghina tubuhku? Ah tapi memang benar aku memang sangat kecil,' batin Jingga kesal.

Aksi ukur mengukur pun terjadi, tak lupa Tuan Zen juga mengukur tubuh Arseno.

"Oke saya sudah dapat ukurannya, nanti kita akan coba bajunya yah, untuk tadi mempelai wanita akan di bantu asisten saya karena bajunya akan sedikit rumit memakainya dan untuk Tuan Arseno apakah mau saya bantu?" ucap manis Tuan Zen.