Hari ini adalah acara pernikahan Arseno dan Jingga di gelar. Di tempat ini, semua rasa bercampur menjadi satu, ada kebahagiaan dan ada kesedihan.
Kini, Arseno sudah berada dikursi yang di depannya sudah ada seseorang yang akan membantu Arseno melangsungkan proses pernikahan.
Sedangkan Jingga baru saja sampai di lokasi pernikahan. Jingga berjalan dengan bantuan keempat wanita yang membantu Jingga, mungkin karena baju nikah yang Jingga pakai agak sedikit sulit jika berjalan sendiri.
Arseno menatap wanita yang berjalan anggun. Ya, wanita itu adalah calon istrinya yang sebentar lagi akan menjadi istrinya.
Arseno tidak berhenti menatap wajah dan tubuh calon istrinya itu. Arseno seolah terpana oleh sosok wanita cantik yang berbalut baju dengan warna senada dengan pakaian yang di kenakan Arseno.
'Kau memang sangat cantik, Jingga,' batin Arseno.
Kini Jingga sudah duduk di kursi sebelah Arseno.
"Baiklah apa bisa kita mulai?" tanya seseorang yang ada di depan Arseno.
Arseno mengangguk kecil.
Tidak ada satupun keluarga Jingga yang datang, sehingga Jingga menjalani proses pernikahan seorang diri. Ada rasa getar di hati Jingga.
Ucap ijab kabul pun kini sudah di lontarkan oleh bapak wali Jingga dan kini giliran Arseno yang melontarkan.
"Saya terima nikah dan kawinnya Jingga Athalia Binti Ferry Athala dengan mas kawin 10 juta rupiah dan seperangkat alat shalat di bayar tunai," lapas Arseno.
"Bagaimana sah?" tanya bapak penghulu.
Serentak semuanya menjawab "Sah!"
"Alhamdulilah sah."
Kini air mata langsung menetes begitu saja.
'Jadi begini hidup aku? Menikah secara paksa dengan seseorang yang tidak aku kenal, tapi mungkin ini memang jalan terbaik, lelaki yang ada disebelah aku kini resmi menjadi suamiku,' batin Jingga.
Kini, Arseno dan Jingga saling tatapan. Jingga mengambil tangan Arseno dan menempelkan pungung tangan Arseno tepat di bibir Jingga sedangkan tangan kiri Arseno menyentuh kepala Jingga.
Mungkin orang yang melihatnya akan berteriak ini adalah adegan romantis, namun Jingga dan Arseno sama-sama tidak memiliki perasaan.
Kini Arseno mendekati wajahnya ke wajah Jingga. Dengan gerakan cepat Arseno menempelkan bibirnya tepat di kening Jingga. Banyak sekali yang mengabadikan momen Arseno dan Jingga, terlihat dari kilatan lampu flash yang sering menyapa mata Jingga dan Arseno.
Jingga memejamkan matanya, seolah menikmati bibir itu namun seketika Jingga tersadar ini hanya pernikahan di atas perjanjian. Jingga apa yang kamu harapkan?
Aktivitas mereka kini terhenti, banyak yang bertepuk tangan di atas keromantisan mereka berdua.
Para hadirin dipersilahkan untuk menikmati semua hidangan yang sudah disajikan, sedangkan Jingga dan Arseno di minta untuk mengganti baju.
Arseno dan Jingga diberikan kamar seruangan. Jingga diminta membuka baju oleh desainer perempuan.
"Jangan disini," ucap Jingga yang menyadari ada Arseno di ruangan itu.
"Loh memangnya kenapa?" tanya wanita cantik yang sedari tadi mengurusi pakaian Jingga.
Wanita itu tersadar ada Arseno disana.
"Nona, bukankah kalian sudah menikah? Jadi kalian sudah sah bukan?" ucap wanita itu.
Ya benar, Arseno berhak atas tubuh Jingga namun pernikahan ini hanya pernikahan terpaksa bagaimana bisa Jingga menyerahkan tubuhnya kepada Arseno? Lagi pula Arseno tidak menginginkan Jingga.
"Baiklah," Jingga menuruti keinginan wanita itu.
Dengan perlahan Jingga melepas pakaiannya. Sementara Arseno melihat lekukan tubuh Jingga dari belakang. Jingga hanya memakai baju dalaman yang tipis hingga setiap lekukan tubuh Jingga sangat terlihat jelas.
'Hah, Istriku sangat seksi tapi entah kenapa aku tidak berselera melihat tubuh Jingga,' batin Arseno.
Kini, baju sudah terpasang rapi di tubuh Arseno dan Jingga. Mereka berdua kembali ke tempat acara dan mulai bertemu dengan kerabat-kerabat yang baru saja berdatangan.
Jingga menangkap sosok wanita yang matanya memerah melihat kebersamaan Jingga dan Arseno. Namun Arseno yang sibuk menyambut para kerabatnya hingga tidak menyadari keberadaan Selva.
Ya, wanita itu adalah Selva kekasih Arseno.
"Saya melihat Selva di ujung sana. Apakah Tuan tidak ingin menghampirinya?" bisik Jingga.
"Mana?" tanya Arseno.
Jingga langsung menunjukkannya. Arseno melihat wajah kecewa dan sedih dari kekasihnya.
'Maafkan aku Selva, tapi aku janji cintaku hanya untuk kamu,' batin Arseno.
"Apa kamu tidak ingin menghiburnya?" tanya Jingga.
Arseno terdiam. Kenapa Jingga malah menawari Arseno untuk menghampiri Selva? Pikir Arseno.
Jingga hanya tahu diri, bukankah semuanya sudah sesuai perjanjian?
"Pergilah! Biar saya nanti mengatakan jika anda ke toilet sebentar," ucap Jingga.
Tanpa jawaban Arseno langsung berjalan menghampiri Selva yang kini sudah menangis.
"Jingga, dimana Arseno?" tanya Nyonya Diva.
"Tadi ke toilet, Nyonya," jawab Jingga.
"Sayang biasakan panggil Mama yah, sekarang kan kamu sudah menjadi menantu keluarga Keane jadi Mama harap kamu harus membiasakan diri," ucap Nyonya Diva.
"Baik Ma," ucap Jingga.
Jingga kembali melihat Arseno dan Selva dari kejauhan.
'Aku tahu, aku tidak mencintai Tuan Arseno, tapi kenapa rasa cemburu ini menghampiri diriku? Dia suamiku kenapa kamu mendekati suamiku? Ah, Jingga, kamu harus sadar ini hanya pernikahan 1 tahun dan kamu harus bertahan untuk itu,' batin Jingga.
Kini Arseno sudah beranjak meninggalkan Selva. Sedangkan Selva terlihat keluar ruangan sedangkan Arseno kini sudah berada di samping Jingga.
"Terima kasih," bisik Arseno.
Jingga hanya tersenyum kepada Arseno.
Kini, acara pernikahan sudah selesai. Semua kerabat sudah mulai meninggalkan acara.
Arseno sendiri kini mulai gelisah dan langsung berjalan hendak keluar ruangan meninggalkan Jingga yang masih terdiam. Tentu saja Jingga benar-benar bingung harus kemana.
"Arseno," teriak Nyonya Diva.
Langkah Arseno pun terhenti. "Mau kemana?" tanya Nyonya Diva.
"Pulang Ma," jawab Arseno enteng.
"Apa kamu gila? Ini istri kamu kenapa di tinggal? Apa kamu lupa sudah memiliki istri?" Nyonya Diva mulai terpacing emosi oleh tingkah anaknya.
"Ma, kenapa teriak-teriak? Mungkin Arseno memang lupa kalau sudah memiliki istri," Tuan David menenangkan.
"Arseno lupa, Ma," ucap bohong Arseno.
'Sial, aku sudah berjanji akan jalan-jalan bersama Selva. Bagaimana bisa aku harus bersama Jingga sedangkan Selva sudah menunggu,' batin Arseno.
"Lain kali kamu jangan begitu Arseno, kasihan Jingga. Hari ini adalah hari bahagia untuk kalian berdua jadi nikmatilah waktu berdua," ucap Nyonya Diva.
Arseno tersenyum kecil mendengar perkataan Nyonya Diva.
'Tuan Arseno pasti terpaksa. Ah, aku jadi serba salah kalau seperti ini terus,' batin Jingga.
"Ayo pulang," ketus Arseno.
"Jaga bicara kamu, dengan istri harus lembut," ucap Nyonya Diva yang langsung berlalu meninggalkan Arseno dan Jingga.
"Saya tahu pasti Tuan mau bertemu Selva kan? Tidak apa-apa, tapi tolong saya tidak tahu apartemen Tuan Arseno dimana, jadi tolong antarkan saya atau saya bisa dengan sekretaris Tuan," ucap Jingga.
"Saya akan antarkan kamu, tapi saya harus menjemput Selva dulu di dekat sini," ucap Arseno.
"Baik Tuan Arseno," ucap Jingga.
'Wanita ini memang sangat pengertian, harusnya dia marah karena suaminya masih mendekati wanita lain tapi dia tidak marah sedikipun. Memang dari awal saya sudah mengingatkan dia untuk tidak melibatkan cinta tapi saya tidak menyangka dia akan setegar ini,' batin Arseno.