"Oke, saya sudah dapat ukurannya, nanti kita akan coba bajunya. Untuk tadi mempelai wanita akan di bantu asisten saya karena bajunya akan sedikit rumit memakainya dan untuk Tuan Arseno apakah mau saya bantu?" ucap manis Tuan Zen.
"Saya bisa sendiri," ucap tegas Arseno yang merasa tidak enak dengan ucapan Tuan Zen.
"Baiklah ayo ke ruang ganti," ajak Tuan Zen.
Arseno dan Jingga pun langsung berjalan menuju ruang ganti dan segera mencoba baju pernikahan mereka.
Baju pernikahan telah terpasang sempurna di tubuh Arseno dan Jingga. Mereka sama-sama keluar dari ruang ganti yang berbeda.
"Wah cantik sekali," ucap Nyonya Diva kagum melihat calon menantunya.
"Nyonya Diva, jadi sesuai permintaan Nyonya bahwa mereka memakai 2 pakaian, yang sekarang mereka pakai adalah baju untuk acara akad nikah dengan sentuhan warna putih dan sedikit mutiara dibagian pinggangnya sehingga membuat lebih berkelas dan di bagian pinggulnya di buat menyempit agar terlihat seksi," jelas Tuan Zen.
'Seksi? Kecil seperti itu dari mana seksinya?' batin Arseno yang melihat tubuh calon istrinya.
"Bagaimana Pa?" tanya Nyonya Diva.
"Ya, yang ini saja buat acara akad nikah. Ini sangat bagus menurut Papa," ucap Tuan David.
"Baiklah Tuan David dan Nyonya Diva, jadi untuk akad akan saya simpan baju ini yah, selanjutnya ayo kita coba baju untuk acara resepsi sore," ucap Tuan Zen.
Arseno dan Jingga pun menuruti arahan dari Tuan Zen.
Tak lama kemudian, mereka pun kini kembali keluar dari ruang ganti dengan memakai baju untuk acara resepsi pernikahan.
Jingga pun berjalan dengan sangat hati-hati karena gaun yang dia kenakan sangat panjang.
"Ya Tuhan, Jingga ku sayang, kamu sangat cantik memakai gaun ini," ucap Nyonya Diva.
Sontak membuat Arseno menatap ke arah Jingga. Arseno melihat Jingga dari atas sampai ke bawah.
'Ya cantik, karena gaunnya bukan karena orangnya,' batin Arseno melengos.
'Nona Jingga sangat cantik, cantiknya sangat alami berbeda dengan Selva entah kenapa aku lebih menyetujui Tuan Arseno bersama Nona Jingga,' batin Sekretaris Niko yang sedari tadi hanya mengamati keluarga Keane.
"Ya Nyonya Diva, tentunya Nona Jingga sangat sangat cantik dan seksi, warna moca yang di pakai sangat cocok dengan kulitnya yang putih bersih," ucap Tuan Zen.
"Yang ini saja yah Tuan Zen untuk acara resepsinya, jangan lupa urus semua keperluannya, dari pakaian dan juga make up anda yang mengurus. Saya juga mau ada 2 orang yang selalu menjaga Jingga nanti karena saya yakin Jingga akan kesusahan dengan gaun ini, dan Tuan Zen jangan salah yah acaranya minggu depan," ucap Nyonya Diva.
"Baik Nyonya Diva akan saya siapkan semuanya dan saya pastikan tidak akan salah," ucap Tuan Zen.
"Baguslah," ucap Nyonya Diva.
"Sayang, kalian pasangan yang sangat serasi, Mama yakin kalian akan terus bersama," ucap Nyonya Diva.
'Terus bersama? Jangan bilang Mama melupakan 1 tahun pernikahan itu,' batin Arseno.
Jingga pun hanya tersenyum tidak enak karena dirinya tahu pernikahan ini hanya akan bertahan 1 tahun.
"Baiklah Jingga dan Arseno gantilah pakaian kalian, Papa dan Mama akan mengurus semua pembayaran ini," ucap Tuan David.
Tuan David dan Nyonya Diva langsung membayar langsung pakaian pernikahan anaknya dan calon menantunya.
30 menit berlalu akhirnya urusan pakaian sudah beres.
"Ma, Arseno harus kembali ke kantor," ucap Arseno.
"Tidak, hari ini kamu akan tetap bersama kami," ucap Nyonya Diva.
"Arseno ada rapat jam 2 siang, Ma," ucap Arseno.
"Jadwal kamu hari ini sudah Mama batalkan, Mama sudah bilang kepada Naisa," ucap Nyonya Diva.
"Ma, kok Mama kaya gitu sih?" tanya Arseno.
"Apa kamu lupa perusahaan itu seutuhnya milik Papa sebelum kamu menikah dengan Jingga? Jadi sekarang perusahaan itu masih milik Papa, jadi wajar kalau Papa dan Mama memutuskan sesuatu," ucap Nyonya Diva tersenyum sinis.
"Yauda terserah Papa dan Mama," ucap Arseno.
Sekretaris Niko yang sedari tadi mengikuti mereka hanya terdiam saja.
"Baiklah sekarang kita akan ke tempat perhiasan untuk mencari cincin pernikahan," ajak Nyonya Diva.
"Terserah Mama," ucap Arseno pasrah.
Mereka berjalan bersama sampai di tempat perhiasan. Nyonya Diva langsung melihat-lihat perhiasan yang bagus.
"Halo Nyonya Diva ada yang bisa saya bantu?" Tanya Tuan Mahen pemilik tempat perhiasan tersebut.
"Tuan Mahen tolong carikan cincin nikah untuk anak saya Arseno dan menantu saya Jingga," pinta Nyonya Diva.
Tuan Mahen langsung melihat Jingga dari atas sampai ke ujung bawah. Namun tujuan mata Tuan Mahen terhenti di bagian sensitif Jingga.
Arseno pun menyadari tatapan Tuan Mahen.
Usia Tuan Mahen masih tergolong masih belum terlalu tua, masih sekitar 40 tahunan. Namun di usianya yang baru 40 tahun, dirinya sudah memiliki 3 istri. Hal itu membuat Arseno merasa tidak nyaman dengan tatapan Tuan Mahen yang melihat tubuh calon istrinya. Memang Arseno tidak mencintai Jingga namun dirinya tidak menyukai seorang lelaki yang melecehkan perempuan.
Arseno pun langsung berdehem membuat Tuan Mahen menyadari perbuatannya.
"Baiklah, ini ada cincin dengan sangat terlihat mewah dan cocok untuk Tuan Arseno dan Nona Jingga," ucap Tuan Mahen gugup karena merasa aksinya ketahuan. Tuan Mahen langsung mengeluarkan cincin tersebut.
Arseno pun langsung mengambil cincin tersebut dan memakaikan di jarinya yang ternyata sangat cocok.
"Jingga cepat coba," ucap Arseno.
"Iya," jawab Jingga yang langsung mencobanya.
"Kebesaran Tuan," ucap Jingga yang memakai cincin tersebut.
"Oh coba yang ini," ucap Tuan Mahen.
Jingga langsung mencoba dan hasilnya sama, tetap kebesaran di jari Jingga yang kecil.
Sampai 5 kali mencoba namun ukuran jari Jingga memang kecil, sedangkan jari Arseno semuanya sangat pas.
"Begini saja, coba ukur jari Jingga dan buatkan cincin untuknya," ucap Arseno.
"Arseno, pernikahan kalian tinggal 1 minggu lagi kalau tidak keburu bagaimana? Pesanan Tuan Mahen juga pasti banyak," tolak Nyonya Diva.
"Tinggalkan yang lain, dahulukan punya saya dan saya akan bayar 2 kali lipat," ucap Arseno langsung mengambilkan kartunya dari dalam dompet dan langsung memberikan kepada Tuan Mahen.
"Baiklah, saya akan selesaikan 5 hari lagi," ucap Tuan Mahen yang menyetujui permintaan Tuan Arseno.
'Kenapa buru-buru sih? Kan aku masih mau melihat perhiasan, siapa tahu aku bisa membelikan emas buat Bu Sri dan Bu Dwi,' batin Jingga.
"Ikut saya, dan Mama Papa tetap disini," ucap Arseno yang langsung menarik tangan Jingga dengan sangat kasar.
Jingga yang kecil di tarik oleh Arseno yang bertubuh kekar membuat Jingga tidak bisa menahan tarikan Arseno.
"Tuan Arseno, sakit," ucap Jingga saat sudah berada jauh dari kedua orang tua Arseno.
"Maaf," ucap Arseno yang melihat tangan Jingga memerah.
'Aku lupa dia badannya kecil, pastinya sangat sakit,' batin Arseno.
"Kenapa Tuan menarik saya?" tanya Jingga heran.
"Kita tunggu disini," ucap Arseno.
"Kenapa?" tanya Jingga.
"Jangan banyak tanya," ucap Arseno kesal.
'Ya Tuhan, kenapa dengan aku? Kenapa aku tidak rela melihat Tuan Mahen menikmati tubuh calon istriku,' batin Arseno.
'Tunggu, calon istri? Sejak kapan aku mengakui dirinya sebagai calon istri?' batin Arseno sambil menatap Jingga.