'Ya Tuhan, kenapa dengan diriku? Kenapa aku tidak rela melihat Tuan Mahen menikmati tubuh calon istriku,' batin Arseno.
'Tunggu, calon istri? Sejak kapan aku mengakui dia sebagai calon istri?' batin Arseno sambil menatap Jingga.
Jingga masih menatap ke arah tempat perhiasan yang sudah mereka tinggal.
"Tadinya saya mau melihat emas disana, Tuan Arseno," ucap Jingga.
"Untuk apa?" tanya Arseno.
"Saya pengen membelikan emas untuk Bu Sri dan Bu Dwi," ucap Jingga.
"Bu Sri dan Bu Dwi? Ibu panti? Kenapa kamu mau memberikan mereka?" tanya Arseno.
"Sebagai bentuk terima kasih karena mereka sudah merawat saya dari kecil hingga saat ini, Tuan Arseno. Kehilangan kedua orang tua membuat saya seperti kehilangan rasa semangat hidup, tapi mereka berdua yang membangun mental saya kembali, rasa sayang saya kepada mereka sama seperti sayang saya kepada kedua orang tua saya," ucap Jingga.
Arseno terdiam mendengar perkataan Jingga. Arseno sungguh tak menyangka, perempuan yang akan menjadi istrinya ini memiliki masa lalu kelam. Tapi melihatnya semangat dan keceriaannya saat ini memang tidak menyangka jika dia adalah anak yang di tinggal pergi kedua orang tuanya dalam kecelakaan.
Arseno tiba-tiba sakit kepala, bayang-bayang dia mengalami tragedi kecelakaan dalam hidupnya yang kini tengah ada di pikirannya.
"Aw," ucap Arseno kesakitan. Arseno yang kesakitan langsung memegang kepalanya.
"Tuan Arseno, anda tidak apa-apa?" tanya Jingga yang menyentuh tubuh Arseno.
"Jangan pernah menyentuh saya," teriak Arseno.
Jingga mendapat teriakan dari Arseno, seketika langsung melepaskan Arseno.
"Maafkan saya, Tuan Arseno," ucap Jingga melangkah mundur.
"Arseno!" teriak Nyonya Diva dari kejauhan.
Nyonya Diva, Tuan David dan Sekretaris Niko langsung menghampiri Arseno.
Jingga pun melangkah mundur ke belakang lagi.
"Kamu gak apa-apa?" tanya Nyonya Diva.
"Tidak Ma, tadi aku sedikit sakit kepala," ucap Arseno.
"Nyonya Diva, Tuan David, maaf, tapi saya tidak melakukan apapun saya hanya bercerita mengenai kehidupan saya dahulu," ucap Jingga ketakutan.
'Pasti Jingga menceritakan tentang kehilangan kedua orang tuanya, Ya Tuhan bagaimana ini?' batin Nyonya Diva.
"Niko dan Papa bawa Arseno ke tempat makan yah, saya mau bicara dahulu dengan Jingga," ucap Nyonya Diva.
Jingga pun langsung panik karena dirinya memang tidak melakukan apapun.
"Jingga, saya mohon agar kamu tidak menceritakan masa lalu kamu lagi kepada Arseno," ucap Nyonya Diva.
"Memangnya kenapa Nyonya Diva?" tanya Jingga bingung.
"Saya mohon, karena ada hal sensitif di otak Arseno yang membuat dirinya mudah sakit kepala jika berhubungan dengan masa lalu. Jadi, saya harap kamu bisa mengerti itu, Jingga," ucap Nyonya Diva.
"Baik Nyonya Diva," ucap Jingga yang masih dalam penasaran namun tidak punya keberanian untuk bertanya lebih lanjut.
'Apakah Tuan Arseno memiliki masa lalu yang juga sangat menyakitkan? Kalau iya, apa masa lalu itu? Kenapa sepertinya masa lalu itu membuat Tuan Arseno sampai sakit kepala?' batin Jingga.
"Kita makan dulu yah Jingga," ucap Nyonya Diva.
"Iya Nyonya Diva," jawab Jingga.
Jingga dan Nyonya Diva berjalan menuju tempat makan yang ada di lantai atas mall tersebut.
Arseno, Papa dan Sekretaris Niko sudah duduk di salah satu kursi yang ada disana. Arseno tampak sudah lebih membaik.
"Arseno, kamu baik-baik saja?" tanya Nyonya Diva saat melihat anaknya.
"Baik-baik saja, Mama dari mana?" tanya Arseno.
"Tadi habis bicara dengan Jingga," ucap Nyonya Diva.
'Bicara? Bicara apa? Apa Mama menyalahkan Jingga hingga membuat aku sakit kepala?' batin Arseno. Arseno menatap tajam Jingga sedangkan Jingga hanya bisa menunduk.
"Duduklah, Ma dan juga Jingga," ucap Tuan David.
"Iya Pa, ayo Jingga duduk," ucap Nyonya Diva.
"Baik Nyonya Diva dan Tuan David," ucap Jingga tampak malu.
"Jadi cincin sudah aman kan?" tanya Arseno.
"Sudah sayang, ini kartumu, dan pembayaran akan di tanggung Papa dan Mama karena pernikahan ini atas kemauan Papa dan Mama," ucap Nyonya Diva memberikan kartu milik Arseno yang tidak di pakai.
"Baiklah," ucap Arseno mengambil kartunya.
"Sudah pesan makanan?" tanya Nyonya Diva.
"Belum Ma, tadi nungguin Mama," ucap Tuan David.
"Baiklah mau pesan apa kalian?" tanya Nyonya Diva sambil membolak balikkan buku menu.
"Steak daging aja," ucap Arseno.
"Papa samakan saja," ucap Tuan David.
"Niko mau apa?" tanya Nyonya Diva.
"Samakan saja Nyonya Diva," jawab Sekretaris Niko.
"Jingga, ayo mau pesan makan apa?" tanya Nyonya Diva sambil memberikan buku menu kepada Jingga.
Jingga terkejut melihat harga makanan disana setara dengan makan dirinya 1 minggu.
"Nyonya Diva, saya pesan air mineral saja," ucap Jingga.
"Kok gitu sih? Memangnya kamu gak laper?" tanya Nyonya Jingga.
"Engga Nyonya Diva," ucap Jingga bohong karena dia tidak sanggup membayar harga makanan tersebut.
Namun kebohongan Jingga terlihat jelas oleh Arseno. Arseno yakin Jingga sangat lapar.
"Ma, pesankan saja steak daging untuk Jingga, dan biarkan aku yang membayar semuanya," ucap Arseno.
"Gak usa Tuan Arseno," tolak Jingga.
"Jangan berpura-pura tidak lapar. Jelas-jelas tadi saya mendengar suara perut kamu waktu mengobrol disana, sudah jangan pikirkan soal harga karena disini saya yang akan membayarnya," ucap Arseno.
Jingga pun tertunduk mendengar perkataan dari calon suaminya.
"Ya sudah, Mbak kami pesan steak daging yang double yah 5 porsi, minumnya jus jambu semuanya," ucap Nyonya Diva.
"Baik Nyonya, kami ulangi, steak daging double 5 porsi dengan minuman jus jambu 5 gelas," jelas pelayan tersebut.
"Iya," ucap Nyonya Diva.
"Baiklah kami akan siapkan pesanan Nyonya dan Tuan, mohon ditunggu," ucap pelayan tersebut.
Pelayan tersebut langsung meninggalkan mereka yang sedang duduk.
"Jadi semua urusan sudah selesai kan?" tanya Tuan David.
"Sudah, semuanya sudah di urus tinggal pengambilan cincin pernikahan, dan Jingga kami akan memberikan 500 undangan kepada kamu," ucap Nyonya Diva.
"500 undangan? Itu terlalu banyak Nyonya," ucap Jingga.
"Benarkah?" tanya Nyonya Diva yang tampak berpikir.
"Kami bahkan menyediakan undangan 1500 Jingga," sambung Nyonya Diva.
"Jingga ambil 100 aja Nyonya karena Jingga tidak memiliki banyak kerabat," ucap Jingga.
'100 undangan, buat siapa aja itu? Hah ternyata memang dia tidak memiliki siapa-siapa,' batin Arseno.
"100 undangan? Apakah cukup?" tanya Tuan David.
"Cukup Tuan David. Jingga hanya akan mengundang teman sekolah Jingga dan anak-anak panti sekalian juga mengundang karyawan Jingga," ucap Jingga.
"Baiklah, jika kurang nanti kamu kabari biar kita tambah," ucap Tuan David.
"Baik Tuan David, terima kasih banyak," ucap Jingga.
"Ya sudah nanti kamu list nama-nama yang akan kamu undang dan berikan namanya kepada kami, nanti kami akan antarkan undangan tersebut kepada kamu," ucap Nyonya Diva.
"Baik Nyonya Diva, nanti saya akan kasih ke siapa yah?" tanya Jingga.
"Sama Niko, nanti Niko akan ke butik kamu," ucap Nyonya Diva.
Jingga tersenyum dan mengangguk.
15 menit berlalu kini steak pesanan mereka datang. Harum wanginya sudah tercium, kini mereka sontak bersama-sama melihat makanan yang kini sudah ada di depan meja masing-masing.
'Ini makanan orang kaya? Ya Tuhan apakah perutku bisa menerimanya? Tapi ini kan hanya daging aku rasa perut aku bisa menerimanya,' batin Jingga.